8 Pertanyaan untuk mendeteksi potensi kekerasan dari pasangan | Illustration by Hipwee
Belakangan ini santer pemberitaan tentang kekerasan dalam hubungan. Hal ini memang bisa menimpa siapa saja meski hubungan sudah berlangsung lama, sudah saling mencintai, bahkan saling mengenal keluarga sekali pun. Bentuknya bisa berupa verbal dan nonverbal, seperti penghinaan, pelecehan, hingga penanganan fisik, misalnya memukul, mencekik, dan membanting.
Melansir dari Psychology Today, orang yang melakukan kekerasan pada pasangannya biasanya karena memiliki rasa ketergantungan yang berlebihan, sulit percaya dengan pasangannya, dan merasa berhak mengatur pasangan sepenuhnya.
Munculnya kekerasan dalam hubungan semacam ini umumnya ditandai dengan perilaku seseorang yang sebenarnya bisa terlihat dari komunikasi sehari-hari, lo. Hal semacam ini sering disebut juga dengan istilah red flag atau kumpulan perilaku seseorang yang berpotensi menyebabkan hubungan jadi nggak sehat. Lalu, apakah hal ini bisa terdeteksi dini, bahkan sebelum menjalin hubungan pacaran?
Mengingat pentingnya antisipasi kekerasan dalam suatu hubungan, Skuat by Hipwee mencoba memahami lebih dalam mengenai tanda-tanda seseorang yang memiliki perilaku kasar dan berpotensi melakukan kekerasan pada pasangannya.
Kamu bisa mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah si dia berpotensi melakukan kekerasan padamu atau nggak. Bahkan, pertanyaan ini bisa kamu ajukan sebelum menjalin hubungan pacaran. Yuk pahami lebih dalam!
ADVERTISEMENTS
1. Ketahui apakah dia punya sikap dominan terhadap pasangan atau nggak melalui pertanyaan soal sikap saling menghormati dalam suatu hubungan
Ketahui gimana dia ingin dihormati sebagai pasangan | Credit by Mart Production on Pexels
“Seperti apa seharusnya seseorang menghormati pasangannya?”
Sikap menghormati merupakan salah satu cara menghargai pasangan yang wajar dan sah-sah saja dilakukan. Misalnya saja, menjaga perasaan pasangan, menghargai prinsip-prinsipnya, dan berdiskusi tentang keputusan bersama. Namun, jika menghormati yang dia inginkan adalah rasa takut dari pasangan terhadap dirinya, maka kamu perlu hati-hati.
Rasa ingin dihormati dengan cara dipatuhi semua aturan dan keinginannya, serta ditakuti oleh pasangan karena merasa lebih baik dan paling benar membuat seseorang mudah mengancam atau memberikan tekanan pada pasangan. Melansir dari Psychology Today, munurut pakar hubungan Steven Stosny, rasa dominan atau perilaku superior menjadi tanda bahwa seseorang bisa bersikap kasar. Hal ini menjadi tanda bahwa dia berpotensi melakukan kekerasan baik fisik maupun verbal jika kamu nggak patuh dan menunjukan sikap nggak takut padanya.
ADVERTISEMENTS
2. Coba tanyakan tentang pengandaian jika suatu saat kamu dan dia beda pendapat. Ketahui bagaimana sikapnya melalui pertanyaan tentang solusi yang dia anggap tepat
“Bagaimana cara paling tepat untuk memecahkan masalah kalau kita beda pendapat?”
Pertanyaan pengandaian seperti ini bisa memberimu gambaran jika suatu saat kamu menghadapi masalah serupa. Bagaimanapun, perbedaan pendapat dalam suatu hubungan kadang memang nggak bisa dihindari. Pasangan yang baik akan menganggap berdiskusi dan membuat keputusan bersama tanpa memaksa sebagai cara pemecahan masalah paling tepat ketika ada perbedaan pendapat.
Pertanyaan ini juga membuatmu mengetahui apakah dia punya perilaku otoriter atau nggak. Jika dia ingin kamu harus mengikuti pendapatnya karena merasa paling benar dan mengatur semua keputusan yang harusnya diambil bersama, maka dia bisa jadi termasuk otoriter dan berpotensi melakukan kekerasan, misalnya pemaksaan hingga kekerasan secara fisik.
3. Ketahui reaksi amarahnya melalui pertanyaan tentang pengendalian emosi yang biasanya dia lakukan pada seseorang yang membuatnya marah
Waspada jika dia melampiaskan amarah dengan kekerasan | Credit by Mart Production on Pexels
“Apa saja hal sepele yang membuatmu marah, lalu apa yang kamu lakukan?”
Pertanyaan ini akan memberikan gambaran seperti apa penyebab amarah yang biasa dia rasakan, hal yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut, dan pengendalian emosinya. Rasa marah memang hal yang wajar, tapi jika penyebabnya hal-hal yang sangat sepele, misalnya lupa balas chat atau telat datang saat janjian membuatnya marah berlebihan, maka kamu harus hati-hati.
Apalagi, jika dia mengakui melampiaskan amarahnya pada benda-benda di sekitarnya, hingga menekan atau memberikan ancaman pada orang lain yang melakukan kesalahan sepele. Pengendalian emosi yang berlebihan menandakan dia berpotensi melakukan kekerasan pada pasangan.
ADVERTISEMENTS
4. Rasa kecewa sering kali membuat seseorang melakukan hal di luar batas. Ketahui bagaimana sikapnya ketika kecewa melalui pertanyaan tentang apa yang dia lakukan dalam kondisi tersebut
“Apa yang kamu lakukan kalau ada orang yang membuatmu kecewa?”
Kecewa biasanya timbul dari penghianatan, kebohongan, dan kepercayaan yang dipatahkan. Rasa kecewa biasanya menimbulkan amarah yang begitu besar dan membuat seseorang sakit hati sehingga bisa melakukan hal di luar batas. Untuk mengetahui bagaimana sikapnya ketika menghadapi amarah yang besar, coba ajukan pertanyaan tentang perasaan kecewa yang dia hadapi.
Jika dia melampiaskan dalam bentuk emosi yang berlebihan misalnya mengamuk atau membuat pelampiasan dengan sikap kasar, maka kamu perlu hati-hati. Sikap seperti ini menjadi tanda bahwa dia berpotensi melakukan kekerasan. Walaupun penyebab kekecewaannya bukan kamu, yang namanya emosi di luar kendali bisa menjadikan siapa saja sebagai pelampiasan atas kekecewaan yang dirasakannya.
ADVERTISEMENTS
5. Nggak hanya sikap dari masalah, ketahui juga hal-hal yang membuatnya merasa lega ketika dalam kondisi tertekan atau posisi yang nggak aman
Waspada jika hal yang membuatnya lega ketika tertekan adalah dengan melampiaskan emosi berlebihan | Credit by Mart Production on Pexels
“Hal apa yang membuatmu merasa lega kalau sedang ada tekanan?”
Pertanyaan ini akan memberikan gambaran bagaimana coping atau kemampuan kognitif seseorang saat menghadapi tekanan atau kondisi yang menimbulkan stres. Jika dia mengaku merasa lega ketika berhasil menangani masalah yang membuatnya tertekan dengan logis dan baik tanpa melukai atau mengancam orang lain, maka kamu nggak perlu khawatir.
Sementara, jika dia mengaku merasa lega ketika sudah meluapkan emosinya pada pemicu tekanan atau masalah, maka kamu harus berhati-hati. Sebab, ketika dia menganggap kamu melakukan tekanan maka ia akan meluapkan emosinya padamu dan berpotensi melakukan kekerasan.
6. Ketahui bagaimana hubungan sosialnya dan orang-orang terdekat yang mengetahui setiap masalah yang dia hadapi melalui pertanyaan yang menggambarkan kedekatan mereka
“Siapa sih orang yang paling kamu andalkan buat bercerita kalau ada masalah?”
Seseorang yang memiki hubungan sosial yang baik, entah itu dengan keluarga dan teman dekat atau sahabat biasanya memiliki cara pengambilan keputusan yang terbuka dan menghormati pendapat orang lain. Gambaran hubungan sosial yang dia miliki bisa kamu dapatkan melalu pertanyaan soal kedekatannya dengan orang-orang yang mengetahui masalah pribadinya.
Melansir dari The Healthy, seseorang yang nggak punya hubungan baik di lingkungan sosial biasanya memiliki masalah dengan orang-orang di sekitarnya. Entah itu sikapnya yang tertutup, masalah komunikasi dan ketidakmampuannya dalam membaur, serta perilakunya yang mampu menekan orang lain. Jika jawabannya mengarah pada hal-hal ini, maka kamu perlu waspada. Sebab, bisa jadi masalah sosialnya menjadi alasan atas sikap keras yang dia lakukan padamu.
7. Bagaimana dia memahami situasi dan menempatkan orang lain dalam situasi tersebut bisa menjadi gambaran perilaku, apakah dia berpotensi melakukan kekerasan
Waspada jika dia memahami sesuatu dari pemahamannya sendiri | Credit by Mart Production on Pexels
“Dalam memahami sesuatu kamu lebih suka melihat langsung atau mendengarkan penjelasan?”
Setiap orang dianugerahi kemampuan melihat dan mendengar sebagai cara untuk memahami suatu hal. Orang yang menyimpulkan sesuatu hanya dari apa yang dia lihat, maka bisa menimbulkan kesalahpahaman. Begitu juga jika mengandalkan pendengaran saja. Maka, sikap yang baik mestinya melibatkan kedua hal ini dalam memahami suatu kondisi.
Jika dia mengakui memahami sesuatu yang dia lihat atau dengar saja, tanpa mempertimbangkan alasan atau penjelasannya, maka kamu perlu waspada. Orang semacam ini akan mudah menilai sesuatu buruk berdasarkan pemahamannya sendiri, pada akhirnya akan membuatmu selalu dalam posisi serba salah, bahkan dia memiliki potensi melakukan kekerasan.
8. Ketahui bagaimana sikapnya ketika kamu melakukan kesalahan, apakah ia berusaha membuatmu mengakui kesalahan dengan cara yang baik?
“Hal apa yang menurutmu paling efektif membuat seseorang mengakui kesalahannya?”
Membuat seseorang mengakui kesalahan mungkin bisa saja menjadi hal yang menguras emosi bagi sebagian orang. Entah itu kesabaran, rasa marah, dan kecewa. Perlu diketahui bagaimana sikap dia ketika dalam situasi tersebut. Coba ajukan pertanyaan ini untuk mengetahui apa yang akan ia lakukan jika menurutnya kamu melakukan kesalahan.
Jika jawabannya hanya seputar mendiamkan, menjauhi, menasihati, dan berusaha bersikap terbuka, maka kamu nggak perlu khawatir. Namun, jika dia mengaku akan memberikan tekanan berupa ancaman atau tindak kekerasan, maka kamu perlu hati-hati karena dia berpotensi melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik padamu.
Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa kamu ajukan pada dia sebelum menjalin hubungan pacaran atau hubungan yang lebih serius, misalnya pernikahan. Namun, pertanyaan ini bukan sebagai judgement dan kesimpulan satu-satunya untuk mendeteksi potensi kekerasan dari pasangan. Kamu juga perlu memahami perilakunya sehari-hari terhadap orang lain dan dirimu sendiri. Jika perilakunya mengarah pada sikap yang kasar, baik secara fisik maupun verbal, maka kamu harus bersikap tegas untuk keluar dari hubungan yang nggak sehat tersebut.
Satu hal yang harus kita pahami, sebelum jatuh cinta dan mencintai orang lain secara mendalam, kita harus lebih dulu mencintai diri kita sendiri dengan lebih baik daripada yang bisa kita lakukan pada orang lain.