Kadang Memaafkan Dia yang Pernah Menyakiti, Bisa Membuatmu Lebih Baik Lagi sebagai Pribadi

Memaafkan dia yang menyakiti

Sebagian kamu mungkin masih beranggapan jika memberi kesempatan kedua pada mantan tak ubahnya menonton film yang sama berulang kali, di mana endingnya sudah khatam kamu ketahui. Kembali pada dia yang pernah menyakiti, sama saja dengan membiarkan hatimu terluka untuk kedua kalinya. Menyengajakan diri jatuh pada lubang yang sama.

Namun meski begitu, bukan berarti kamu tak bisa memaafkan dia yang pernah menyakiti. Memaafkan terkadang bisa meluruhkan luka yang sudah lama mengendap di hati. Memaafkan juga berarti membuat hatimu lebih legawa. Menjalani hidup bisa terasa ringan, tanpa ada dendam yang tersimpan. Memaafkan memang tak mengharuskan kamu harus kembali padanya. Tapi setidaknya ketika kamu memutuskan untuk bisa menerima dia kembali, 6 hal ini bisa membuatmu lebih bijak lagi.

ADVERTISEMENTS

Bersama dengannya kamu tak perlu mengulang semuanya dari awal. Karena kamu dan dia sudah saling mengenal

Kadang Memaafkan Dia yang Pernah Menyakiti, Bisa Membuatmu Lebih Baik Lagi sebagai Pribadi

Photo by cottonbro from Pexels via www.pexels.com

Memang, ada masanya kamu dan dia sempat memutus kontak dan lama tak berkabar. Bahkan sulit untuk bertukar sapa saat bertemu tiba-tiba. Perpisahan yang menyakitkan itu sempat membuatmu tak lagi percaya cinta dan enggan membuka hati. Hingga pada suatu kesempatan, dia yang pernah menyakiti datang menghampiri. Memintamu untuk memberi kesempatan kedua.

Tak ada yang berubah darinya, sifatnya masih sama. Bahkan kecerobohannya masih saja ia pelihara. Sifatnya yang kekanak-kanakan pun bisa kamu maklumi, setidaknya kini dia berjanji mau berubah lebih baik lagi. Bagimu, kembali menghabiskan waktu bersamanya memunculkan perasaan nyaman.

Ini bukan euforia sesaat, menjalin komitmen dengan seseorang yang sudah kamu kenal, selalu membuatmu merasa pulang.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

Memaafkan tak akan membuatmu rugi. Setidaknya ada kesempatan meluruskan yang pernah salah di masa lalu

Meluruskan kesalahan di masa lalu

Meluruskan kesalahan di masa lalu via dylandsara.com

Sakit hati kadang tak bisa diajak kompromi. Hati mendadak keras dan logika tidak bekerja. Memaafkan pun menjadi hal yang paling sulit dilakukan. Tapi ketika pada akhirnya kamu mau memaafkan, kamu menunjukkan level tertinggimu sebagai manusia. Ada keikhlasan yang kamu tunjukkan bersamaan dengan maaf yang kamu berikan.

Memaafkan tak akan pernah membuatmu rugi. Dari sini kamu kembali diberi kesempatan memperbaiki hal-hal yang dulunya tak berjalan sesuai rencana. Kamu juga berkesempatan menemukan letak kesalahan di masa lalu, yang bisa kamu dan dia coba perbaiki sekarang.

Memang tak sedikit sahabat dan orang terdekat yang meragukan keputusanmu untuk kembali. Mereka khawatir kamu akan jatuh pada lubang yang sama. Pun tidak, hubunganmu dan dia diprediksi akan berjalan stagnan. Namun semua harus kembali pada dirimu sendiri. Kamu harus sadar bahwa segala keputusan memang selalu dihadapkan pada banyak resiko. Namun, selalu ada alasan untukmu kembali lagi pada dia yang pernah menyakiti. Bagimu, salah paham dan kekeliruan di waktu yang lalu selalu bisa diselesaikan dengan jalan kompromi. Selama dia bertekad untuk memperbaiki kesalahan di waktu lalu, dia layak untuk diberi kesempatan kedua.

ADVERTISEMENTS

Terkadang jeda waktu yang ada, membuatmu dan dia berusaha menjadi pribadi yang lebih dewasa

3

Jeda waktu mendewasakan kamu dan dia. via unsplash.com

Pernah ada masanya kamu dan dia tak lagi saling bicara. Jangankan terpikir untuk kembali, memaafkan kesalahannya saja kamu enggan. Bukan tanpa alasan, tapi karena perpisahanmu dengannya diwarnai dengan pengkhianatan. Sampai akhirnya takdir mempermainkanmu. Takdir mempertemukanmu lagi dengannya yang sudah jauh lebih dewasa. Dia memang tak sepenuhnya berubah, tapi setidaknya saat ini dia tengah berbenah diri. Sudut pandangnya akan sesuatu kini sudah berubah, dia lebih bisa menghadapi masalah dengan dingin kepala.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

Dengan memaafkan, kamu bisa lebih mengenal sosoknya lebih dalam. Ada sifat ksatria darinya yang mau mengakui kesalahan

Lebih baik bersama dengan dia yang sudah kamu pahami baik-buruknya.

Lebih baik bersama dengan dia yang sudah kamu pahami baik-buruknya. via rebloggy.com

Ini bukan tentang berdiam di zona nyaman atau memilih berdamai dengan hubungan yang stagnan. Sederhana saja, memberinya kesempatan semata karena kamu meyakini dia adalah orang yang tepat. Kesalahan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tinggal bagaimana masing-masing orang menyikapinya.

Dengan memaafkan, kamu bisa lebih mengenal sosoknya. Dia memang pernah membuatmu jatuh dalam lubang luka yang dalam. Namun di sisi lain, dia mau mengakui kesalahannya. Alih-alih pergi dan melupakan yang pernah terjadi, dia mau berkomitmen memperbaiki semuanya dari awal.

Kembali pada dia yang pernah menyakiti bukan tentang menonton film yang sama berulang kali, tapi tentang keberanian untuk memberi kesempatan kedua, sekali lagi…

Berani memberi kesempatan kedua

Berani memberi kesempatan kedua via dylandsara.com

Bukan tanpa pertimbangan, kembali berkomitmen dengannya semata karena kamu meyakni bahwa dia pun layak untuk diberi kesempatan kedua. Bersamanya, kamu siap menapaki langkah menuju jenjang yang lebih serius. Karenanya kamu dan dia tak keberatan untuk berbenah demi hubungan yang jauh lebih baik. Luka dan kegagalan di waktu lalu, kalian anggap sebagai proses pendewasaan.

Kamu sama sekali tidak menutup mata. Memaafkan dia dan mengambil keputusan untuk kembali sama sekali bukan karena perasaan yang sedang membuncah. Namun karena logika yang kini bisa lebih rasional diajak bekerja. Kamu sudah bisa merasakan apakah ketulusan yang dia beri atau hanya mengambil keuntungan semata.

Mungkin luka dan kegagalan di waktu lalu adalah sebagai bagian dari proses pendewasaan. Selama kamu meyakini bahwa dia adalah orang yang tepat, lantas apalagi yang perlu kamu takutkan?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.

Editor

Not that millennial in digital era.