Hal yang harus diperhatikan dalam hubungan | illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Hal yang paling nggak menyenangkan dari suatu hubungan asmara adalah ketika harus mengakhirinya. Sepertinya nggak ada kan, orang yang punya cita-cita putus sejak awal menjalin hubungan? Semua orang yang normal akan berharap kalau hubungan yang terjalin dengan pasangan bisa langgeng. Meski dalam hubungan pasti ada ‘bumbu-bumbu’ masalah, semua orang pasti berharap bisa menghadapi hal itu bersama-sama dengan pasangannya.
Salah satunya diceritakan pada K-drama Yumi’s Cells, tentang seorang perempuan bernama Kim Yumi yang pernah menjalani kisah asmara dengan akhir cukup tragis. Ia diputuskan secara sepihak tanpa alasan yang jelas oleh pacarnya kala itu. Sejak saat itu Yumi sulit sekali membuka hati, hingga 3 tahun setelah putus ia ditawari kencan buta dengan seorang pria bernama Goo-woong.
Awalnya Yumi merasa kencan butanya akan gagal, bahkan ia selalu ingin mengabaikan Woong. Namun, sederet kejadian membuatnya yakin untuk menjalin hubungan kembali dengan seorang pria. Setelah melalui pengalaman putus hubungan yang terlalu buruk, Yumi menjalani kehidupan yang lebih baik saat berpacaran dengan Woong.
Seperti dalam hubungan asmara pada umumnya, hubungan Yumi dan Woong pun dibumbui dengan masalah-masalah yang membuat keduanya maju mundur. Yakin, meragu, ingin tetap bersama, dan berpikir untuk berpisah menjadi kebimbangan bagi siapa saja saat menghadapi masalah dalam hubungan asmara. Kamu sendiri mungkin pernah dalam posisi sulit penuh kebimbangan semacam ini.
Dari kisah Yumi dan Woong, sebenarnya kita bisa belajar tentang bagaimana bersikap dewasa saat menjalani hubungan asmara. Apakah cinta saja cukup membuat hubungan bertahan? Apakah komunikasi yang intens bisa membuat pasangan saling melengkapi? Bagaimana menempatkan prioritas dalam menjalin hubungan?
Ini nih poin-poin pelajaran yang bisa kita pelajari dari drama Yumi’s Cells!
ADVERTISEMENTS
1. Komunikasi yang berkualitas dengan pasangan adalah hal utama yang harus terjalin dalam suatu hubungan. Intensitas komunikasi yang cukup sering ternyata nggak menjamin kualitasnya baik, lo
Komunikasi Yumi dan Woong | Illustration by Hipwee
Semua orang mungkin sepakat jika komunikasi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam suatu hubungan. Sehingga, banyak yang menganggap bahwa bertukar kabar setiap saat adalah kewajiban. Hal ini pula yang dilakukan oleh Yumi dan Woong dalam keseharian mereka. Sejak bangun tidur, di sela-sela pekerjaan, pulang kantor, hingga pergi tidur mereka selalu bertukar kabar.
Secara kuantitas, komunikasi mereka memang terlihat baik-baik saja. Namun, di balik itu keduanya sering mempertanyakan banyak hal tentang alasan sikap atau tindakan pasangan, perasaan, sudut pandang, prinsip kehidupan, dan sebagainya. Hal ini karena keduanya nggak pernah menjalin komunikasi yang berkualitas, hanya sebatas mengetahui kegiatan masing-masing saja.
Secara psikologis, komunikasi yang intens saja nggak cukup, lo. Seperti yang dilansir dari Psychology Today, dalam suatu hubungan romantis butuh komunikasi yang intim, melibatkan pengertian, membahas perasaan, keinginan, dan sudut pandang pasangan. Dengan begitu, komunikasi yang terjalin bisa lebih berkualitas karena masing-masing mengetahui arah hubungan yang dijalani.
ADVERTISEMENTS
2. Dalam menjalin hubungan, cinta saja ternyata nggak cukup! Butuh sikap saling terbuka dan mempercayai pasangan untuk mengetahui masalah pribadi kita
Momen ketika Yumi berusaha terbuka pada Woong | Credit by @tvn_drama on Instagram
Saling mencintai dalam suatu hubungan adalah modal yang cukup penting. Sayangnya, cinta saja nggak bisa menjadi jaminan langgengnya suatu hubungan. Rasa cinta yang berujung rasa takut mengecewakan dan ditinggalkan kadang membuat seseorang bersikap tertutup mengenai kondisinya sendiri pada pasangan. Hal inilah yang sering sekali Woong lakukan pada Yumi.
Woong cukup sering menutupi kondisinya dari Yumi, misalnya tentang hubungan dengan teman kantornya yang bernama Sae-yi, juga saat Woong kekurangan modal usaha sehingga harus menjual rumahnya. Meski Woong menganggap Sae-yi teman, Yumi melihat bahwa Sae-yi tertarik pada Woong dan nggak menyukai hubungan keduanya. Alih-alih bersikap terbuka pada Yumi, Woong justru selalu menutupi tingkah Sae-yi di depan Yumi karena ia takut pacarnya itu akan marah.
Sikap yang nggak bisa saling terbuka dan percaya membuat hubungan asmara kadang dinilai kurang berarti. Buat apa sih menjalin hubungan kalau ada masalah serius, tapi terus ditutupi karena nggak bisa percaya sama pasangan sendiri?
ADVERTISEMENTS
3. Saat hubungan dengan pasangan sedang nggak baik-baik saja, ternyata banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengalihkan kegalauan. Misalnya, bekerja lebih giat dan menemui orang-orang tersayang selain pasangan
Menjalin hubungan asmara setelah sebelumnya mengalami trauma dan kesepian yang cukup lama membuat Yumi banyak merenungkan hubungannya dengan Woong. Yumi akhirnya berada pada titik di mana ia butuh break alias waktu untuk berpikir tentang kelanjutan hubungan mereka. Woong pun menyetujuinya dengan tenang dan menghargai Yumi.
Break dalam hubungan adalah fase yang cukup kritis karena di sini setiap pasangan akan berpikir untuk melanjutkan hubungan atau mengakhirinya. Biasanya siapa saja di fase ini akan galau, bimbang, sedih, dan mungkin terpuruk. Namun, ini nggak terjadi pada Yumi karena ia justru menyalurkan energinya untuk bekerja dan berolahraga. Yumi baru merasa galau ketika pulang kerja karena ia merasa kesepian. Waktu yang biasanya dihabiskan untuk bertemu dengan Woong harus dihabiskan sendirian sepanjang malam.
Selain itu, Yumi berusaha menggunakan waktu tersebut untuk berpikir dewasa bahwa hubungan asmara adalah persoalan pribadi sehinga ia nggak mau rekan kantornya mengetahui masalahnya. Yumi juga memutuskan untuk cuti dan pulang kampung menemui orang tuanya. Di sana, ia benar-benar merasa bahagia karena sadar bahwa sebenarnya hidupnya nggak kesepian.
ADVERTISEMENTS
4. Dalam menjalin suatu hubungan, seharusnya kita tetap menempatkan diri sendiri sebagai prioritas utama supaya nggak mudah kecewa
Diri sendiri selalu menjadi prioritas utama | CIllustration by Hipwee
Sering kali seseorang menempatkan pasangan sebagai prioritas utama di atas dirinya sendiri. Sikap seperti ini ternyata bisa membuat kita sangat takut ditinggalkan dan memilih untuk bersikap aman seolah semua hal baik-baik saja, padahal banyak yang harus dibicarakan. Seperti saat Yumi menjalin hubungan dengan mantan pacaranya dulu, ia selalu menempatkan pasangan di prioritas utama hingga akhirnya hubungan kandas dan ia merasa kecewa sendirian.
Hal itu berbeda dengan Woong yang selalu memprioritaskan dirinya sendiri di atas semuanya, termasuk Yumi. Saat menghadapi masalah, Woong memilih memperjuangkan harga dirinya lebih dulu. Seperti saat Yumi marah karena tahu Sae-yi tinggal satu gedung dengannya, tapi ia enggan bercerita. Saat itu, Woong menolak untuk minta maaf karena ia nggak bersalah, ia hanya ingin menjelaskan kejadian sebenarnya.
Awalnya Yumi memang menempatkan Woong sebagai prioritas utama, saat itu ia hanya bisa memendam keluh kesah dan membiarkan masalah berlalu tanpa diselesaikan karena ia berusaha menjaga hubungannya dengan Woong. Di situasi yang memanas soal Sae-yi, akhirnya Yumi sadar bahwa ia harus menempatkan dirinya sendiri sebagai prioritas utama. Saat itulah Yumi berani mengungkapkan isi hatinya tentang sikap Sae-yi yang mengganggunya karena mendekati Woong. Bahkan, Yumi mengatakannya di depan Sae-yi dan juga Woong.
Dalam menjalani hubungan, ternyata memprioritaskan diri sendiri di atas kepentingan pasangan adalah yang cukup baik untuk dilakukan. Bukan berarti egois, ya! Hal ini membuat kita bersikap dewasa dalam memandang suatu hubungan, apalagi jika hubungannya beracun alias toxic.
Akan tetapi, memang ada batasan tipis antara memprioritaskan diri sendiri dan bersikap egois, makanya coba lihat dari berbagai sisi ketika akan mengambil sikap saat terjadi sesuatu dalam hubunganmu.
ADVERTISEMENTS
5. Mempertimbangkan prinsip atau sudut pandang kita dan pasangan tanpa harus mencari-cari kesalahannya adalah cara mengakhiri hubungan secara dewasa yang bisa kita pelajari dari Yumi dan Woong
Saat Yumi meminta waktu untuk memikirkan hubungan mereka pada Woong, keduanya sepakat melalui hari tanpa bertemu dan komunikasi seperti biasanya. Waktu ini benar-benar dimanfaatkan untuk membuat banyak pertimbangan. Dari sisi Woong, ternyata ia memiliki prinsip yang berbeda dengan Yumi. Hal ini ia sadari saat Yumi menanyakan soal pernikahan, padahal Woong di masa lalunya sudah membuang jauh-jauh keinginan tersebut dan ia belum bisa melakukannya untuk saat ini.
Sementara dari sisi Yumi, ia sempat mempertanyakan keputusannya saat minta waktu untuk memikirkan hubungan mereka. Yumi mengakui bahwa ia nggak mau sendirian, tapi ia kembali bertanya pada diri sendiri “Apa aku takut kesepian? Atau, apa aku takut Woong akan meninggalkanku?” Pemikiran ini justru membuat Yumi semakin yakin untuk mengakhiri hubungannya dengan Woong.
Yumi merasa ia nggak takut kesepian karena ia punya teman-teman dan keluarga yang mendukungnya. Ia juga nggak takut Woong meninggalkannya karena prioritas utama saat ini adalah dirinya sendiri.
Sebenarnya Yumi menyiapkan 2 keputusan bijak, yakni putus dan melihat situasi lebih dulu. Namun, Woong lebih dulu mengungkapkan sudut pandangnya dan menganggap hubungan mereka harus berakhir. Kemudian Yumi pun sepakat bahwa mereka memang harus mengambil keputusan tersebut. Pada akhirnya, baik Yumi dan Woong saling belajar dari hubungan yang mereka jalin.
Pengalaman masa lalu, masalah yang datang, komunikasi, pengertian, dan rasa sayang pada diri sendiri membuat Yumi dan Woong bersikap sangat bijak dan dewasa saat mengakhiri hubungan mereka. Meski bukan keputusan yang mudah karena masih saling menyayangi, keduanya nggak menyimpan sakit hati, kecewa, dan dendam. Dari kisah Yumi dan Woong kita bisa banyak belajar tentang hubungan asmara, terutama dalam hal bersikap dewasa saat mengakhiri hubungan dan mencintai diri sendiri lebih dari apa pun.
Mengutip kalimat Yumi, saat memikirkan hubungannya dengan Woong, “Pemeran utama dalam hidupmu adalah dirimu sendiri.”