Ada banyak orang yang mengagungkan cinta pertama. Cinta yang begitu sulit untuk dilupakan karena sensasinya berbeda. Cinta yang hadir saat kamu masih meraba-raba apa itu arti cinta. Cinta yang hadir dengan segala kepolosan dan skillmu yang masih newbie.
Namun, ada yang lebih sulit dilupakan daripada cinta pertama: patah hati pertama. Ingat saat kamu begitu bangga pada rasa asing yang kamu hidupi itu lantas tiba-tiba seolah dipaksa memangkasnya? Mungkin sekarang kamu bisa menertawakan momen itu dan menganggapnya cinta monyet yang kekanak-kanakan. Tapi dulu, hatimu mencatat betapa momen itu sangat berat.
ADVERTISEMENTS
Hari itu adalah hari pertamamu mengenal cinta. Kali pertama kamu menyayangi orang lain yang bukan keluarga
Sebenarnya momen patah hati pertamamu tak bisa dilepaskan dari momen cinta pertama. Kamu mengingat hari itu sebagai hari yang aneh, sebab mendadak kamu begitu tertarik pada seseorang. Apa pun yang dia lakukan, bahkan saat dia hanya diam, menjadi pemandangan yang kamu nanti-nantikan. Ah, kamu baru tahu kalau itu yang namanya jatuh cinta. Perasaan itu bersambut, kamu dan dia pun sepakat untuk menjajaki hubungan berdua. Baru kali ini, kamu menyayangi seseorang yang bukan anggota keluarga.
ADVERTISEMENTS
Perasaanmu masih begitu lugu sekaligus begitu naif. Rasanya cinta yang belia itu akan terjadi selamanya
Saat itu kamu belum mengerti bahwa cinta bisa penuh huru-hara. Bagimu, cinta itu sesederhana berangkat dan pulang sekolah bersama, jalan bareng di malam minggu, dan rutin berkomunikasi lewat pesan dan sesekali teleponan sampai tengah malam. Cinta juga berbentuk saling memberi kado dan penciptaan panggilan sayang sesederhana “yank” atau “beb”, sampai yang sevisioner”mama” dan “papa”. Tak apa, jiwamu yang polos dan lugu membuatmu optimis hubungan ini akan berlangsung selamanya.
ADVERTISEMENTS
Nyatanya cinta itu sama rapuhnya dengan akar tanaman yang masih muda. Embusan angin membuatnya mudah tercabut
Hari-hari bahagia itu ternyata tidak bertahan lama. Masalah-masalah datang dengan berbagai rupa. Dari dia yang terlalu sibuk dengan kegiatannya, sampai ketidakcocokan atas banyak hal. Kadang kamu curiga dia bermain mata di belakang, atau mungkin dia yang merasa kamu tidak setia. Momen-momen unyu saling curi-curi pandang di kelas, atau malu-malunya bergandengan tangan berganti jadi momen-momen yang menghindar. Muncul lagi sebuah perasaan asing yang belum pernah kamu alami, resah di hati.
ADVERTISEMENTS
Dia yang sudah kamu percaya sebagai belahan jiwa, ternyata membuatmu terluka. Hatimu terasa porak poranda
Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Hingga yang kamu takutkan terjadi: hubungan harus diakhiri. Dia yang begitu kamu sayangi memilih pergi tanpa kompromi. Hatimu pun campur aduk sampai tak berbentuk. Bingung, marah, dan kecewa jadi satu. Rasa asing yang menyelinap itu pun semakin menampakkan wujudnya. Ah, akhirnya kamu tahu inilah yang dinamakan patah hati. Ambyar, begitu katamu. Dia yang sudah kamu percaya sebagai belahan jiwa, ternyata pergi dengan mudahnya.
ADVERTISEMENTS
Kamu jadi bertanya-tanya, bagaimana menghadapi hari-hari selanjutnya nanti? Bagaimana bila bertemu dengan dia yang menyakiti hati?
Bingung, jawabmu ketika ditanya bagaimana perasaanmu saat itu. Kamu tak siap dengan segala kekosongan yang ia tinggalkan. Kamu tak lagi punya teman berangkat dan pulang bersama. Ponselmu sepi, dan malam minggumu sunyi. Moodmu anjlok, dan motivasimu melakukan segala sesuatu sirna. Rasanya kamu cuma ingin sembunyi saja. Jujur saja, kamu bingung bagaimana harus menjalani hari-hari setelah ini? Bagaimana jika kamu bertemu dengannya secara tak sengaja? Bagaimana menjawab orang-orang yang bertanya kenapa kalian tak lagi bersama?
ADVERTISEMENTS
Kamu butuh waktu lama untuk menerima kenyataan ini. Nyatanya masih dan hanya dia yang kamu pikirkan setiap hari
Kalau dipikir-pikir, ada milyaran orang di dunia ini. Dia bukan satu-satunya, dan bahkan dia bukan sosok yang sempurna. Bahkan kalau dipikir-pikir, dia banyak kekurangannya. Kamu pun bertemu orang baru, banyak pula yang menawarkan hubungan baru. Tapi hati dan isi kepalamu sendiri tak bisa diajak kompromi. Masih dan hanya dia yang mendominasi. Masih ada harapan yang begitu besar untuk kembali, walau akhirnya kamu menyadari bahwa itu sia-sia. Dia baik-baik saja, mengapa kamu di sini harus menderita?
Hari demi hari berlalu, akhirnya kamu sadar bahwa ternyata tak seburuk itu. Meski perlahan, kamu temukan lagi arah hidupmu
Pelan dan perlahan, kamu mulai mengangkat dirimu. Mengumpulkan motivasimu untuk kembali menghadapi hari dengan ‘biasa saja’. Hari-hari patah hati itu sudah terlampaui. Kamu mulai menemukan arahmu kembali. Ternyata kamu bisa baik-baik saja kok tanpanya. Ternyata dunia masih terus berputar meski dia bukan lagi pusat duniamu. Dia adalah salah satu episode hidup yang harus kamu lalui. Kelak kamu pun berjanji bahwa patah hati selanjutnya tak akan separah ini.
Kamu pun mulai belajar tentang jatuh cinta dan patah hati sebagai dua sisi koin. Cinta pun bukan sekadar memuasi rasa ingin
Sakitnya patah hati juga bukan tanpa pesan. Langkah kakimu yang masih lugu mulai mengenali dunia dengan cara yang berbeda. Kini kamu menyadari bahwa jatuh cinta dan patah hati adalah dua sisi mata uang yang saling mengintip dan bisa bertukar posisi kapan saja. Kamu juga belajar bahwa tak selamanya cinta menganut hukum aksi sama dengan reaksi. Kamu juga mengerti bahwa cinta bukan perasaan yang abadi dan bisa hilang kapan saja bila tidak dirawat.
Sekarang bertahun-tahun setelah hari itu terlalui, kadang kamu masih tertawa mengingatnya. Tapi kamu juga sadar bahwa kerapuhanmu menghadapi patah hati pertama adalah sebuah proses pendewasaan. Seperti bayi yang mencecap rasa manis dan pahit kali pertama, kamu pun belajar banyak hal dari momen patah hati pertama.