Setiap kisah asmara pastilah tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya sepasang kekasih berselisih paham atau berbeda pendapat dalam beberapa hal. Tak jarang hal itu pun menyulut pertengkaran yang berakhir pada perang kata-kata kasar atau bahkan kekerasan fisik.
Tapi tahukah kamu bahwa “kekerasan” pada pasangan sebenarnya banyak macamnya? Tidak hanya kata-kata kasar atau pukulan tangan saja, terkadang “kekerasan” itu terjadi bahkan tanpa kita sadari. Padahal, sepasang kekasih sepatutnya saling menyayangi dan bukannya melakukan “kekerasan” macam ini!
1. Sebagai pasangan, kalian seharusnya saling percaya. Tapi kalau sungguh percaya, kenapa dia selalu bertanya-tanya kamu lagi dimana?
Kamu lagi di mana?
Di rumah.
Yang bener? Coba tag lokasi.
Setiap detik, menit, dan waktu kamu harus melaporkan segala sesuatunya kepada pacarmu. Kamu mengirimkan foto selfie-mu ketika bangun tidur, makan siang yang kamu makan, apa yang kamu kerjakan nanti, sampai posisimu ada di mana.
Terlebih sekarang sudah masuk ke dunia digital, pacarmu terus mengontrol media sosialmu dan tak jarang juga berkomentar dan melancarkan aksi protes dengan apa yang kamu tulis dan apa yang kamu bagikan di sana. Kamu pikir awalnya menganggapnya wajar, tapi apa lama-lama kamu tidak jengah juga dengan sikapnya?
Dia bukan pencuri, dan kamu juga bukan korban, jadi kenapa harus berlebihan? Padahal rasa sayang itu seharusnya tidak sampai membuat salah satunya tidak nyaman ‘kan?
2. Alih-alih menikmati waktu saat bertemu, dia justru sibuk membongkar “isi” ponsel bahkan tanpa seizinmu.
Sayang, aku boleh liat HP kamu nggak?
Buat apa?
Aku mau liat seminggu ini kamu berhubungan sama siapa aja.
Percakapan seperti itu mungkin sering kamu dengar atau bahkan kamu lakukan bersama pacarmu. Hal-hal itu sebenarnya termasuk pada ranah privasi, yang sayangnya masih dianggap remeh. Tak jarang pula pengecekan telepon, surat elektronik, maupun akun media sosial dilakukan secara diam-diam karena sudah tahu password masing-masing. Ini juga termasuk salah satu bentuk kekerasan, lho!
3. Cemburu sih boleh-boleh saja, tapi kecemburuan tidak seharusnya mengalahkan logika.
Katanya sih cemburu tanda cinta, tapi kalau sudah keterlaluan bisa berakhir pada sifat posesif dan protektif yang bersifat negatif. Bahkan, dia akan merasa kalau kamu hanya milik dia seorang.
Kamu nggak boleh temenan sama si Icha lagi, ya!
Lho, kenapa?
Pandangannya beda banget. Kayaknya dia suka sama kamu.
Mendapati pacar yang cemburu kadang membuatmu merasa bangga, karena berarti dia peduli dengan kamu. Tapi bagaimana kalau rasa cemburunya sudah melampaui batas? Bahkan, seandainya kamu nggak menurutinya, dia bakal marah besar dan tak jarang akan turun tangan melakukan kekerasan.
Bila sudah begitu, sebaiknya kamu mengambil tindakan segera deh. Jelaskan padanya, kecemburuannya itu berlebihan sekali. Beritahu dia juga sebuah pengertian bahwa kamu tidak akan mengkhianatinya. Kamu juga jangan coba-coba berbohong hanya demi terlepas dari jeratan rasa cemburunya, karena semuanya justru akan memperburuk keadaan. Jujur jauh lebih baik, ketimbang harus menutupi kebohongan, terlebih kepada pacar yang cemburuan.
4. Jika benar-benar sayang, dia tak akan memaksamu berhubungan seks dengannya!
Di Indonesia, keperawanan masih dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Namun, hubungan seksual pra-pernikahan sering dianggap sebagai bukti cinta dan kepercayaan.
Kamu sayang sama aku, kan?
Iya. Aku sayang kamu.
Kalau kamu sayang sama aku, kamu mau ya kita ngelakuin itu?
Tapi…
Katanya kamu sayang aku? Kalau iya, kamu harus mau dong!
Biasanya hal ini akan memengaruhimu dalam mengambil keputusan hingga mengiyakan ajakannya. Saat itu, kamu tidak terlalu memikirkan konsekuensi yang harus ditanggung nantinya. Maka dari itu, coba dipikirkan ulang kembali kenapa kamu harus mengiyakan dan kenapa sebaiknya kamu menolak ajakannya untuk berhubungan seks sebelum menikah terlebih di bawah tekanan.
5. Pasangan yang baik adalah dia yang menerimamu apa adanya, bukannya merendahkanmu seenaknya.
Kamu harus ingat dan yakin bahwa posisi kalian sebagai sepasang kekasih adalah sama, tidak boleh ada yang saling mendominasi di antara hubungan kalian. Terlebih, bila hasrat mendominasi tersebut ternyata berlanjut pada sebuah ejekan dan hinaan yang merendahkan, seperti membandingkan fisikmu dengan orang lain, keadaan keluargamu dengan keluarganya, atau yang paling parah adalah membandingkan kamu dengan mantan pacarnya.
Kok kamu gendut sih, Sayang. Diet dong biar lebih bagus badannya.
Orang tua kamu aneh banget sih. Kayaknya nggak suka gitu sama aku.
Seharusnya kamu sadar, dia yang merendahkanmu bukanlah pasangan yang baik. Sebaik-baik pasangan adalah dia yang menerima dan memaklumi kekuranganmu.
6. Jangan bertahan dengan seseorang yang berusaha menjauhkan kamu dari keluarga dan teman-teman terdekatmu!
Hasrat untuk saling memiliki satu sama lain kadang dianggap normal dalam sebuah hubungan. Bahkan, bila dia mulai mengatur dengan siapa kamu bergaul dan waktu yang perlu kamu habiskan beraktivitas sehari-hari. Padahal hal itu tidak bisa dibiarkan terus-menerus, karena pelan-pelan akan membuatmu terisolasi dari dunia luar dan hubunganmu dengan orang-orang yang kamu sayangi menjadi terputus.
Beb, besok aku mau kerja kelompok di rumah temenku.
Nggak bisa. Besok kamu ‘kan harus temenin aku potong rambut.
Tidak hanya dengan teman, bahkan kadang kamu merelakan hubunganmu dengan keluargamu menjadi jauh hanya demi pacarmu yang membutuhkan perhatianmu. Kamu bahkan rela berbohong kepada orang tuamu untuk bisa berdekatan dengannya lebih lama daripada pulang ke rumah untuk kumpul dengan keluarga.
Aku nggak bisa pulang ke rumah dulu, Ma. Soalnya Haris lagi sakit nih.
Hal yang seperti itu sungguh tidak sehat bagi hubungan kalian. Kamu harus segera menyadari kalau hubunganmu dengan teman dan keluarga jauh lebih penting atau setidaknya sama pentingnya dengan hubunganmu dengan pasangan.
Laki-laki dan perempuan akan bergulat dengan kepercayaan diri atas tubuh mereka dan dihinggapi pertanyaan soal bagaimana menjadi pasangan yang baik, maupun bagaimana menjadi sosok perempuan dan laki-laki yang ideal untuk pasangan. Bisa jadi hal ini yang menjadi pemicu seseorang ingin mempunyai hubungan seperti ‘dongeng’ yang berakhir dengan happy ending.
Namun, hidup dan hubungan itu tidak selalu berakhir bahagia. Saat kamu mendapat kekerasan secara terus-menerus, segeralah meminta bantuan. Cari informasi mengenai dukungan bagi para korban kekerasan di sekelilingmu. Terakhir yang tidak kalah penting adalah percayai insting sendiri bahwa ada yang tidak beres dengan hubungan kalian. Semoga kamu bisa terhindar dari kekerasan dalam pacaran, ya!