Kaleidoskop Patah Hati | Ilustrasi by Farny & Fanny Hertandho via hipwee.com
*Disclaimer: Setahun berlalu dan sepertinya pandemi masih panjang. Tak hanya membuat perekonomian ambyar, pandemi nyatanya membuat kisah percintaan banyak orang kandas di tengah jalan. Melihat fenomena putus pas pandemi, Hipwee mencoba mendengar dan merangkum kisah mereka yang patah hati. Semua cerita adalah riil. Tapi demi kenyamanan dan privasi, kami menyamarkan semua nama.
Tangan yang menggenggam ponsel itu lemas. Selepas mendengar suara seseorang yang notabene masih pacarnya waktu itu, Tasia (umur 22 tahun) terduduk lesu di kursi. Raut wajahnya nggak sumringah usia sambungan telepon terputus. Rasa sesak langsung menyelimuti dadanya lantaran mengetahui satu kenyataan dari mulut sang pacar.
“Dia bilang udahan karena dia udah punya pacar baru,” jelas Anastasia sambil mengorek-orek lagi ingatannya.
Bak menelan pil pahit, Tasia mengaku saat itu juga dirinya menangis. Dengan hubungan pacaran selama 6 tahun, Tasia cukup percaya diri kalau ia dan sang pacar bisa melewati pandemi tanpa adanya keretakan. Pun ia mendengar banyak pasangan putus pas pandemi, tapi ia masih yakin hubungan mampu bertahan. Apalagi di awal pandemi, hubungannya masih mulus. Komunikasi nggak menjadi masalah karean masih ada aplikasi chat dan video call.
Saking sakitnya, Tasia nggak bisa cerita pada siapa pun setelah itu. Tehitung selama 2 bulan ia memendam perasaannya dan nggak membagikan pada orang lain. Tasia masih mengingat peristiwa menyakitkan yang terjadi bulan Oktober silam. Setelah segala drama pertengkaran dan sempat lost contact selama seminggu, akhirnya ia dan sang pacar.
“Sebenarnya bukan cuma di udah punya pacar lagi. Jadi tuh, kita udah mulai renggang pas pandemi. Bosan deh kayaknya, pacarku eh mantan ya sekarang. Dulu ia bilang pacaran di video call rasanya kayak meeting :(“
Menjalani hubungan jarak jauh dan sama-sama sibuk kerja, Tasia dan pacarnya nggak bermasalah saat komunikaasi via video call waktu itu. Tapi semua berubah ketika pandemi. Mengubah rutinitas, Tasia dan pacarnya mulai bekerja dari rumah. Semua urusan kantor dikomunikasikan melalui zoom meeting. Semula biasa saja, tapi Tasia sadar kebiasan baru itu ternyata berdampak besar terhadap suasana video call dengan pacar.
Karena dilanda kebosanan, pacarnya pun janrang memberi kabar. Tasia nggak terlalu ingat bagaimanan semua berubah. Baik sang apcara dulu dan dirinya sepertinya sama-sama berubah keran pandemi. Puncaknya, pacar Tasia nggak bisa dihubungi selama satu pekan. Setelah bisa dihubungi, Tasia justru mendapatkan kabar sangat menyakitkan.
Sebagai manusia biasa, Tasia mengakui kalau ia marah dan kecewa karena sang pacar diam-diam menjalin hubungan dengan orang lain. Masih sayang, Tasia sesekali masih kangen setelah beberapa bulan putus. Namun Tasia sudah nggak mau menoleh ke belakang. Ketimbang melihat masa lalu, ia berfokus dengan masa sekarang dan masa depan. Pelan-pelan ia mencoba bangkit dari keterpurukan.
Kebosanan seolah menjadi tren penyebab putusnya hubungan pacaran di masa pandemi. Bukan cuma hitungan jari jumlah hubungan pacaran yang hancur gara-gara rasa bosan. Di kondisi normal, kebosanan bisa diatasi dengan beragam hiburan. Tapi di kala pandemi, orang lebih susah mengusir rasa bosan. Tanpa sadar kebosanan berimbas ke hubungan asmara.
Kaleidoskop Patah Hati merupakan tulisan berseri Hipwee tentang perjalanan patah hati selama pandemi. Ikuti kisah-kisah patah hati lainnya melalui pranala berikut ini ya!