Setiap hari, umur selama bertambah. Kamu kian dewasa, ayah dan ibu kian senja. Kamu juga mulai sibuk dengan segala pekerjaanmu hingga tak sempat pulang ke rumah untuk menemui mereka lagi. Kalau kamu bisa jujur, kamu pastinya sangat merindukan kebersamaan dengan mereka.
Banyak hal yang kini membuatmu menyesali kenapa waktu begitu cepat berlalu, atau mengapa kita tak bisa kembali ke masa lalu dengan mudah. Kamu tak ingin melakukan atau mengubah sesuatu, kamu hanya ingin mengenang betapa kamu bahagia waktu kecil dulu. 6 hal ini mungkin akan membantumu mengingat betapa menyenangkannya masa kecilmu itu.
ADVERTISEMENTS
1. Saat kecil, tak ada ceritanya skip makan karena ibu atau ayah siap menyuapi. Sekarang harus memikirkan jam makan sendiri
Mengenang masa-masa kecil, tak pernah lepas dari kenangan ketika ibu yang senantiasa dengan sabar menyuapimu makanan, yang dimasaknya sendiri. Kesabarannya menghadapi kamu yang rewel dan selalu menolak makan sayuran tak pernah membuatnya menyerah, sampai sepiring makananmu habis. Ayah juga selalu punya andil di setiap kamu susah makan. Dia akan duduk di hadapanmu, menceritakan kisah tentang puteri atau membuat berbagai macam bentuk dari karet gelang. Apa pun, akan ayah lakukan agar membuatmu mau membuka mulut.
Kebahagiaan seperti itu adalah hal yang dulunya hampir setiap hari kamu rasakan. Dan seiring berjalannya waktu, hal ini semakin jarang kamu rasakan. Kamu juga sudah dewasa, tidak ada lagi drama susah makan. Jangankan makan dan disuapi seperti waktu kecil, kamu yang sekarang makin sibuk dengan pekerjaan, jarang memiliki kesempatan untuk bisa sekadar makan bersama.
ADVERTISEMENTS
2. Dibangunkan ibu saat pagi datang, dulu adalah hal menyebalkan. Kini, itu jadi hal yang kamu harapkan
Percakapan seperti ini yang dulu selalu mengawali hari-harimu, saat masih tinggal bersama orangtua. Ibu yang akan membangunkanmu dengan lembut sampai menjewermu gemas karena tak kunjung bangun dan bersiap ke sekolah. Sesusah apa pun kamu bangun pagi, Ibu tak pernah keberatan untuk menjadikan membangunkan pagimu sebagai rutinitasnya tiap hari.
Dulu memang menyebalkan buatmu, kamu yang masih berada di alam mimpi tiba-tiba dibangunkan untuk pergi ke sekolah. Kini, kamu tinggal terpisah dari mereka untuk bekerja. Dan bukannya bersyukur tak ada lagi Ibu yang bawel membangunkanmu, kamu kini malah rindu dengan kebiasaan itu. Rindu suara Ibu yang membangunkanmu dengan lembutnya, dan kamu mungkin rela dijewer lagi layaknya masa kecilmu.
ADVERTISEMENTS
3. Sekadar nonton film di TV bersama dulu kerap kamu lakukan bersama orangtua. Semenjak merantau, hal sederhana ini kamu inginkan
Waktu kecil, kegiatanmu ketika hari libur adalah nonton acara kartun kesukaan. Orangtuamu akan duduk menemani dan tak pernah melepaskanmu dari pengawasan mereka. Ayah dan ibumu juga sama, mereka tertawa dan nampak terhibur dengan acara yang kalian tonton bersama.
Berbeda dengan masa dewasamu yang jauh dari ayah dan ibu. Kamu mungkin masih menonton kartun yang sama, tapi tidak bersama orangtua. Harusnya merasa terhibur, kamu malah terharu karena mengingat Ayah dan Ibu yang juga menyukai acara yang sama.
ADVERTISEMENTS
4. Merengek hingga menarik baju orangtua hanya demi mainan adalah masa lalu. Saat ini perhatian merekalah yang kamu harapkan
Bila mengingat kenakalanmu, selalu teringat betapa kamu pernah menangis di pinggir jalan sambil menarik-nari rok ibu, minta dibelikan mainan terbaru seperti yang ada di TV. Bukanbya menurutimu agar cepat diam, ibu malah mendiamkanmu dan melenggang begitu saja,rayuanmu selalu tak pernah mempan pada Ibu.
Begitua caramu menarik perhatian orantuamu, menangis sampai mencuri perhatian banyak orang. Setelah dewasa, kamu mulai semakin jarang bertemu mereka, perhatian juga hanya kamu dapat lewat telepon atau pesan singkat.
ADVERTISEMENTS
5. Rengkuhan ibu adalah tempat ternyaman untuk bisa berkeluh kesah, sekarang begitu sulit kamu dapatkan
Tinggal bersama orangtua penuh hal menyenangkan. Salah satunya adalah, selalu tersedianya pelukan ternyaman seorang ibu. Tanpa banyak bertanya kamu kenapa, ibu adalah yang paling memahamimu. Dan tidak ada yang bisa menandingi pelukan seorang ibu, walaupun dia adalah seorang kekasih sekalipun.
Memutuskan untuk bekerja jauh dari orangtua, berarti kamu tidak lagi bisa sedekat sebelumnya dengan Ibu. Terlalu berjarak untuk bisa memeluk badannya lagi. Walau begitu, Ibu selalu punya waktu untukmu, setiap kamu menelepon, dia pasti tahu anaknya sedang dalam keadaan susah ataupun senang. Ibu bukan seorang dukun, tapi dia adalah yang paling tahu soal kamu. Tanpa kamu bercerita panjang-lebar, ibu juga pasti paham. Sekalipun jauh, ibu tidak akan pernah jauh, karena setiap darahmu mengalir, ada doa Ibu di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
6. Rasanya ingin kembali, memeluk dan menangis sekeras saat masa kecil. Namun kamu kini tlah dewasa, sadar bahwa kamulah yang sekarang jadi tumpuan mereka
Menghadapi kerasnya dunia dan jauh dari orangtua memang sakitnya luar biasa. Ada rasa lelah lengkap dengan perasaan ingin menyerah. Pekerjaan yang selalu menumpuk, omelan bos yang kerap menyakitkan kadang jadi ganjalan dan rasanya ingin pulang. Tapi sadarlah, bahwa kini kamu adalah tumpuan untuk kedua orangtuamu.
Mereka menjadikanmu sebesar ini tentu tidak mudah. Kamu pun juga begitu, mengumpulkan nafkah demi membahagiakan orangtua itu berat, tapi kamu pasti mampu melewatinya. Bersabarlah untuk ibu dan ayahmu. Kamu mungkin ingin menangis sekeras saat masih kecil dulu. Mengadu betapa jahatnya dunia terhadapmu, namun seseorang yang dewasa sepertimu, tidak akan memberi beban pada orangtua bukan?
Masa kecil memang masa yang paling menyenangkan. Tidak ada beban berat selain PR. Namun, kamu terus tumbuh, dan kedua orangtuamu makin hari makin tua. Kini saatnya kamu yang mengabdi pada mereka. Dulu kamu mengandalkan mereka, kini kamulah yang menjad tumpuan mereka.