Selama ini kita lebih familier dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang dimaksud pun mungkin hanya dipahami dalam bentuk kekerasan fisik. Padahal kekerasan bisa berbentuk banyak hal seperti kekerasan verbal maupun sikap yang super protektif menjurus ke posesif.
“If our love is only a will to possess, it’s not love.” – Thich Nhat Hanh
Sayangnya “diposesifin” masih sering dianggap sebagai sesuatu yang manis dan menyenangkan serta melambangkan cinta yang begitu dalam. Padahal sikap posesif ini adalah tanda hubungan tidak sehat yang akan menyakitimu sendiri. Jangan terlena dengan sikap dan kata-kata manis, berikut tanda-tanda pasanganmu posesif.
ADVERTISEMENTS
1. Kalau semua dicemburui, kamu wajib waspada. Apa dia berharap dirimu jadi antisosial yang tidak ngobrol sama siapa-siapa?
Satu kali dia bilang cemburu mungkin kamu akan merona malu-malu dan berkata “duh, kamu kok sweet sih”. Namun cemburu yang kelewat batas, sampai-sampai terkadang kamu tidak paham alasannya, patut diwaspadai. Ngobrol sama teman kerja dicurigai, habis ditelepon bos dicurigai, balas-balasan komen di medsos sama orang lain tidak dibolehin, balas chat sama driver ojol pun dipersoalkan. Stop, itu bukan lagi “cemburu yang manis”, tapi serem abis!
ADVERTISEMENTS
2. Mengritik sepanjang waktu, mengatur hidupmu, dan terlalu banyak “kok kamu…” yang bikin hidupmu terasa salah melulu
“Kamu kok gendut sih?”
“Kamu kok makannya banyak banget?”
“Jangan pake itu. Nggak pantes.”
“Aku kan udah bilang nggak suka pakai baju kayak gitu. Ganti!”
Dari ujung kaki hingga ujung rambut dia mengomentarimu. Seringkali dia juga menyuruhmu untuk ini dan itu, pakai ini dan itu. Itu bukan bentuk perhatian seperti yang kamu pikirkan. Dia hanya ingin kamu menjadi seperti keinginannya. Ingat bahwa tubuhmu adalah milikmu sendiri ya, jangan biarkan orang lain mengontrolnya sesuka hati.
ADVERTISEMENTS
3. Pacaran sama dia bikin kamu nggak pernah “kesepian”. Karena ke mana-mana nggak pernah dibiarkan sendirian
Apakah dia memiliki kehidupan sosial yang sempit? Seolah-olah kegiatannya hanya istirahat – kerja – ngikutin kamu ke mana-mana. Mungkin ini terkesan manis karena seolah-olah dia tidak butuh siapa pun atau apa pun di dunia ini karena dia sudah punya kamu. Tapi hal-hal seperti ini justru tanda kuat dia sosok yang posesif. Sebab bila dia menjadikanmu pusat dunianya, maka dia mengharap kamu melakukan hal sama. Dia tak ingin berkembang dan tak ingin kamu berkembang juga. Hubungan kalian akan stuck di sana terus-terusan.
ADVERTISEMENTS
4. Komunikasi memang penting. Tapi seharusnya nggak perlu menelepon dan kirim pesan setiap jam ‘kan?
“Kalo aku telepon tuh segera dijawab dong!”
“Kan kamu baru aja telepon, yang. Baru juga satu jam yang lalu.”
“Ya aku kan selalu pengin tahu kabarmu terus!”
Telepon dan pesannya nggak pernah berhenti 24 jam. Apalagi kalau kalian sedang berjauhan. Terlambat membalas pesan atau mengangkat telepon sebentar langsung terjadi drama pertanyaan “kamu udah nggak sayang aku lagi?”. Keterikatan berlebihan dan rasa curiga saat berjauhan ini tanda hubungan tidak sehat. Orang yang posesif sangat takut diabaikan, sehingga mereka merasa harus jadi prioritas pertama di atas segala-galanya.
ADVERTISEMENTS
5. Minta password media sosial sebagai bentuk kejujuran. Hubungan pun tak lantas privasi ditiadakan
Berbagi media sosial dianggap lumrah dilakukan dan dianggap sebagai bentuk kejujuran dalam hubungan. Padahal setiap orang memiliki privasi yang harus dihargai dan nggak boleh ditiadakan hanya karena katanya saling sayang. Menerobos masuk ke wilayah privasi adalah salah satu tanda-tanda sifat posesif. Meski pacaran, bukan berarti dia berhak tahu segalanya kan?
ADVERTISEMENTS
6. Dia selalu menjelek-jelekkan teman-teman dan keluargamu, seolah dia lah yang paling mengerti dirimu
“Kamu ngapain sih masih temenan sama Riska? Udah tahu dia itu orangnya cerewet banget!”
“Nggak sahabatan sama Tia lagi. Dia nggak cocok jadi temanmu.”
“Udah deh, kamu itu cuma butuh aku. Nggak usah ketemu-ketemu sama temanmu yang nggak jelas itu.”
Selayaknya partner, mungkin kamu sempat curhat tentang masalah persahabatan atau keluarga. Tapi respons-nya selalu sama, yaitu menjelek-jelekkan mereka semua dan malah menyuruhmu untuk berhenti berhubungan dengan mereka. Ini adalah sinyal kuat sosok yang posesif, yang ingin memutuskan hubungan antara kamu dengan orang lain selain dirinya. Pada akhirnya dia ingin membuatmu bergantung padanya. Nggak mau begini ‘kan?
7. Lalu saat kamu merasa muak dan ingin berhenti, dia memohon, minta maaf dan bilang “aku begini karena nggak mau kehilanganmu”
Menghadapi orang posesif memang sangat melelahkan. Mungkin berkali-kali kamu merasa kalian tidak cocok dan ingin menyerah. Tapi di setiap pertengkaran yang berujung pada keinginan untuk berpisah itu dia selalu mengeluarkan jurus terakhirnya, bahwa ini semua adalah soal cinta. Perlakuannya padamu, pengekangannya, kecemburuannya yang tak beralasan, dan sikap needynya yang 24/7 itu adalah karena dia mencintaimu. Setelah berkali-kali, apakah kamu masih percaya?
Secinta apa pun sama seseorang, sisakan sedikit ruang untuk akal sehat. Apalagi kalau hubungan masih dalam tahap pacaran. Meski merasa cute dan sweet saat kalian belajar memanggil mama-papa, tapi mencintai tidak berarti memiliki dan mengontrol seluruh hidupmu. Ingat, kamu berhak mendapatkan pasangan yang lebih kooperatif dan mau mendukungmu untuk berkembang. Bukan yang mengekangmu dengan alasan terlalu sayang.