Mengangguklah Pada 11 Janji Ini Dulu– Atau Aku Menolak Menikahimu

Kalau ditanya apakah kamu mencintainya, jawabannya jelas “Iya.” Dia adalah orang yang hapal di luar kepala bagaimana takaran kopi yang tidak membuatmu berdebar di malam harinya. Dia adalah orang yang berani mengkritik kemudian memelukmu dengan mesra.

Ibarat bubble drink orang ini tak lain seperti milk tea red velvet yang pas kadar manis dan pahitnya.

Ikhlas, akan kamu tukarkan kebebasan mempertahankan kamar berantakan demi hidup rapi bersamanya. Kamu tak keberatan menukar jadwal hang out bersama teman sepulang kerja dan langsung pulang ke rumah dan mengecup sisi mukanya.

Tidak banyak yang kamu minta. Hanya anggukannya pada 11 janji ini dulu saja. Jika persetujuannya sudah ada, tak perlu lama lagi kamu akan mengangguk lalu menikahinya.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

1. Berjanjilah memperlakukanku seperti partner. Kita akan berdebat. Tapi tahu tenggat

Kita akan berdebat. Tapi tahu tenggat (Via Shutterstock)

Kita akan berdebat. Tapi tahu tenggat (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Kamu tidak harus selalu sepakat pada semua pendapatku. Sesekali ngototlah pada keinginanmu. Jadilah orang keras kepala yang selalu berani bilang apa maumu.

Tunjukkan bahwa kadang aku salah. Patahkan pendapatku dengan kritikmu yang tajam. Jangan pernah takut untuk bertanya, “Kenapa?”; “Kok bisa?” kejar aku sampai kamu mendapatkan jawabannya. Kita akan jadi partner berdebat paling baik sedunia. Yang tetap bisa berpelukan mesra selepasnya.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

2. Tetap tatap mataku lama. Walau kita bertengkar hebat sebelumnya

Walau kita bertengkar hebat lama setelahnya (Via Shutterstock)

Walau kita bertengkar hebat lama setelahnya (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Kamu perlu tahu. Dulu aku jatuh dalam sekali selepas melihat matamu. Ada keyakinan dan pendar di sana yang membuatku percaya, bahwa berdua — kita akan selalu baik-baik saja. Walaupun kita bertengkar hebat atau saling memaki nanti, tolong tutup semua perselisihan dengan menatap mataku lama. Yakinkan aku bahwa kita akan tetap baik-baik saja.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

3. Kita tidak akan terjebak pada siklus kerja-bercinta-mencari uang sebanyak-banyaknya. Berdua, kita tetap merayakan dunia

Berdua, kita akan merayakan dunia (Via Shutterstock)

Berdua, kita akan merayakan dunia (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Kita tidak akan jadi manusia yang membosankan. Berdua, dewasa akan tetap menyenangkan. Walaupun sudah punya tanggung jawab sebagai pekerja yang kadang menyita waktu berjanjilah untuk tetap meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal remeh yang mencipta tawa. Kamu akan mengajakku jajan bakso tusuk seperti anak SD kelaparan. Kubaurkan es krim di mukamu, membuat wajahmu lengket seperti gulali — lalu kita tertawa.

4. Kamu dan aku akan jadi pasangan yang setara. Tidak ada tugas yang tak bisa dibagi berdua

Tidak ada tugas yang tidak bisa dibagi berdua (Via Shutterstock)

Tidak ada tugas yang tidak bisa dibagi berdua (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Kita tidak akan terbelenggu dalam aturan-aturan khas orang kebanyakan soal pembagian kerja. Hanya karena kamu pria bukan berarti kamu akan selalu bertanggung jawab pada kerusakan di rumah dan pembayaran tagihan tiap bulan. Aku bisa memperbaiki kran yang bocor saat kamu sedang ingin tidur siang. Kamu boleh memasak ketika kamu tidak suka dengan apa yang sudah kusediakan.

Berjanjilah kita akan jadi pasangan yang setara. Semua tugas bisa dibagi berdua.

5. Meledaklah saat marah. Lebih baik kamu menyakitiku hatiku saat itu — lalu sudah

Lebih baik kamu meledak lalu sudah (Via Shutterstock)

Lebih baik kamu meledak lalu sudah (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Jangan jadi orang yang menyimpan semuanya sendirian. Di sini aku ada untuk jadi partner yang bisa menggenapkan. Waktu kamu marah atau kesal sekali, meledaklah dan biarkan aku tahu apa yang mengganggumu. Lebih baik aku sakit saat itu, menggerutu karena kamu keras kepala sekali di mataku.

Aku tidak butuh kamu selalu tampil manis di hadapanku. Lebih baik kamu jadi manusia yang bisa menyuarakan isi hatimu.

6. Jangan janjikan semua sudah nyaman dan tersedia. Aku lebih bahagia jika kita berjuang bersama

Aku lebih bahagia jika kita berjuang bersama (Via Shutterstock)

Aku lebih bahagia jika kita berjuang bersama (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Gadismu ini tidak seperti wanita kebanyakan. Aku ingin ambil andil dalam banyak hal. Sangat banyak hal di hidupmu. Saat kebanyakan gadis lebih bahagia ketika rumah dan perabotnya sudah siap dan tinggal dimasuki, aku malah ingin punya andil dalam proses membeli. Tak akan keberatan kusisihkan penghasilan tiap bulannya untuk mewujudkan ruamh yang kita suka. Dengan senang hati kuluangkan waktu demi memperdebatkan warna korden apa yang kita sepakati.

7. Kalau capek, pulang. Kalau lapar, makan

Kalau capek pulang, lapar makan (Via Shutterstock)

Kalau capek pulang, lapar makan (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Berjanjilah padaku untuk mewujudkan hubungan yang realistis tapi tetap sederhana. Sudah lewat masanya kalau kita harus menye-menye seperti anak remaja. Saat nanti kita berdua dihadapkan pada banyak masalah, kita akan menghadapinya dengan kepala dingin layaknya orang dewasa.

Waktu kamu mengeluh capek di tengah banyaknya himpitan pekerjaan, pulang dan berbaringlah sebentar. Saat otakmu sepertinya tidak bekerja dalam takaran seharusnya berhentilah sebentar untuk makan dulu. Hubungan kita akan berjalan sesederhana itu.

8. Nanti kita akan membangun keluarga yang gemar membaca. Ruang TV digantikan dengan perpustakaan bersama

Ruang TV akan digantikan dengan perpustakaan bersama (Via Shutterstock)

Ruang TV akan digantikan dengan perpustakaan bersama (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Tidak sering terdengar suara TV dari rumah kita. Walau nanti anak-anak kita tidak sering menonton TV, mereka tidak merasa tertinggal dari teman-temannya yang diperbolehkan menyalakan TV 10 jam sehari. Enid Blyton menggantikan acara kartun yang makin kurang mendidik dari hari ke hari. Berjanjilah kita akan membangun keluarga yang mencintai buku sebesar mereka mencintai diri sendiri.

9. Sesekali ajaklah anak-anak kita naik gunung dan mendaki. Mereka ditempa jadi anak yang bisa mengandalkan diri sendiri

Anak-anak kita akan dididik untuk cinta mendaki (Via Shutterstock)

Anak-anak kita akan dididik untuk cinta mendaki (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Satu hal yang paling kita hindari: menghasilkan generasi yang bahkan tidak bisa berjuang di atas kaki sendiri.

Di akhir pekan kita akan meluangkan waktu demi membawa mereka mendaki. Berusaha mengalahkan diri sendiri. Menyemangati mereka tetap berjalan walau rasanya lelah sekali di kaki.

10. Maukah kamu berjanji membangun keluarga yang bukan hanya soal kita?

Ini bukan hanya soal kita (Via Shutterstock)

Ini bukan hanya soal kita (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Membangun keluarga yang hanya berpusat pada kebahagiaan kita sudah out of date sekali. Aku malah lebih ingin kita jadi pasangan yang ringan berbagi. Rumah akan kita buka supaya anak-anak sekitar rumah bebas main ke perpustakaan, membaca buku sebanyak yang mereka inginkan.

Gaji bulanan tidak akan kita kumpulkan hanya untuk memperkaya diri saja. Kamu mendorongku punya banyak anak asuh. Kamu kukejar supaya membeli genset demi pos ronda RT yang sering jadi tempat nonton badminton warga. Supaya pertandingan pemain kesukaan tidak terlewat walau giliran pemadaman bergilir tiba.

11. Cobaan pasti datang. Janji ya kita tetap mengandalkan Tuhan?

Janji ya kita tetap mengandalkan Tuhan (Via Shutterstock)

Janji ya kita tetap mengandalkan Tuhan (Via Shutterstock) via www.shutterstock.com

Jangan asal main pergi. Semua kita mulai dari komitmen paling suci saat cobaan datang nanti semoga kita sepakat tetap mengandalkan satu zat yang akan selalu peduli. Tuhan akan kita bawa dalam banyak langkah kaki.

Ada banyak pertimbangan yang bisa menguatkan. Bukankah 11 kesepakatan ini akan memudahkan jalan?

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me !

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.