Saat masih bersama dulu, kita adalah sepasang kekasih yang tak pernah benar-benar mengasihi satu sama lain. Bagaimana bisa kita berdua berjumpa namun hanya aku yang membuka mata dan jatuh cinta? Wajahmu seringkali dingin, tanganmu terlipat di depan dada. Sementara aku berusaha memasang senyum, tanganku berusaha menggapaimu.
Kita menghabiskan banyak waktu bersama, namun tak pernah sekali waktu aku berhenti berpikir bahwa akulah yang mencintai lebih dalam. Dan semakin lama kita bersama, aku makin yakin bahwa “kita” adalah sebuah kesalahan. Namun ini tak membuatku menyesal.
ADVERTISEMENTS
Dulu aku pernah merasa bahagia. Menemukan harapan pada sosokmu yang kuanggap berbeda
Kita berdua sama-sama punya sejarah, sama-sama punya beban dan luka karena perihal “remeh-temeh” bernama cinta. Tapi saat awal bertemu denganmu dulu, aku tak mau melihat ke masa lalu. Buatku, kau berbeda. Aku merasa menemukan harapan pada sosokmu yang tak berminat menjadi lebih dari “biasa saja”, yang tak pernah banyak bicara.
Pasti orang-orang yang pernah bersamamu dulu sempat merasa sebahagia aku. Merasa menemukan asa pada dirimu. Namun aku bertekad mencoba menjadi satu-satunya untukmu. Mengalahkan mereka yang pernah ada di lubukmu, dulu. Entah bagaimana caranya, yang aku tahu adalah aku menginginkannya.
ADVERTISEMENTS
Kita semakin sering menghabiskan waktu bersama, dan aku makin merasa berhak memelihara asa
Tuhan tak pernah lelah untuk memberikan warna hidup, meskipun tak selalu kita minta. Entah bagaimana cara-Nya menggabungkan benang merah kita, nyatanya aku mampu jatuh begitu dalamnya.
Aku sering menerka, apa yang bisa membuatku jatuh hati padamu? Dari sekian banyak orang yang pernah bertemu denganku, tak satupun yang bisa memberikan jawaban atas apa yang selama ini menjadi pertanyaan.
Kemudian aku merasa, aku jatuh hati padamu karena memang harus begitu.
ADVERTISEMENTS
Sekarang aku sudah bisa mengerti. Terjatuh dalam matamu adalah kesalahan dan kau tak akan bisa membalas yang kurasakan
Adakah yang lebih nestapa dari rasa cinta yang tak pernah sama besarnya? Kurasa tidak.
Pelukan itu memang bagai candu.
Sentuhan lembut di kepala itu memang selalu membuat hati terpaku.
Mana aku tahu? Yang kemudian terjadi adalah rasa sakit yang sama saja seperti dulu.
ADVERTISEMENTS
Nampaknya Tuhan hanya ingin kita berjumpa, bukan selamanya bersama. Namun aku tak akan pernah menyesalinya.
Aku mengendap-endap menuju rumah Tuhan untuk berbicara pada-Nya. Berbicara tentang mengapa hidup ini begitu indahnya. Berbicara tentang bagaimana aku harus menjalani hidupku selanjutnya. Dan berbicara mengapa kita berdua hanya berjumpa, namun tak bisa bersama selamanya.
Jika bukan karena kau, mana mau aku menghabiskan waktuku dalam kesendirian.
Jika bukan karena kau, mana mau aku bersusah payah untuk bangkit ketika kau tinggalkan.
Ini semua karena kamu, karena kita, dan karena kesalahan yang pernah kita lakukan.
ADVERTISEMENTS
Terlepas dari kegagalan, aku bersyukur pernah membuat kesalahan. Semoga yang tinggal adalah pelajaran.
Kecupan terakhirmu di dahiku adalah pertanda bahwa memang itu saat terakhir kita bertatap muka. Rasanya ingin mulut ini berucap jangan pergi, tetaplah di sini. Tapi segala usaha yang kulakukan tak akan cukup berarti. Aku tahu. Kamu tahu. Kita semua tahu.
Jika aku adalah sebuah kesalahan bagimu, kuharap aku adalah kesalahan termanismu.
Karena aku menganggapmu begitu — asal kau tahu.