Adalah cerita lama bahwa pria dan egonya adalah dua hal yang saling berhubungan dengan rumit. Sebagian pria akan merasa senang bila dirinya dianggap sebagai sosok yang melindungi dan mengayomi. Rasa dibutuhkan itu seperti candu yang membuat mood jadi bahagia. Karena hal-hal itu membuatnya merasa seperti pria sejati.
Meski begitu, bukan berarti kamu harus selalu membuatnya merasa menjadi pria sejati. Yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan adalah rasa saling menghargai, bukan mengangkatnya tinggi-tinggi. Karenanya, tak perlu lagi melakukan hal-hal ini hanya untuk membuat priamu merasa “laki!”. Itu bukan tanggung jawabmu kok, karena setiap orang bertanggung jawab atas perasaannya sendiri.
ADVERTISEMENTS
1. Berbohong soal kesuksesan ataupun penghasilan hanya karena tak ingin membuatnya berkecil hati kalau kurang sepadan
Perkara penghasilan dan kesuksesan terkadang bisa sangat sensitif dalam sebuah hubungan. Terlebih untuk laki-laki. Banyak yang bilang gaji perempuan yang terlalu tinggi dan prestasi yang menjulang akan membuat pasangannya minder. Namun, itu bukan urusanmu apakah dia minder atau tidak, karena itu urusannya dengan dirinya sendiri.
Tanggung jawabmu adalah menjaga sikap agar tidak sombong atau merendahkan saat gaji atau prestasimu lebih tinggi daripada dia. Namun, kamu nggak harus menyembunyikan fakta itu untuk menjaga perasaannya. Karena kalau memang benar dia pria sejati, dia tak akan mudah terintimidasi dan justru akan menjadikan hal itu sebagai pecut untuk berusaha lebih keras lagi.
ADVERTISEMENTS
2. Tanyakan pendapatnya tentang sesuatu, tapi tak perlu menanyakan sesuatu yang sudah kamu tahu. Hanya demi membuatnya merasa lebih pintar
Seseorang suka ditanyai sesuatu, apalagi yang dia tahu. Rasanya senang bukan bila kita dianggap lebih paham atas suatu hal? Namun, perasaan ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan dengan alasan membuatnya merasa keren. Tanyakan pendapatnya tentang banyak hal dalam kehidupanmu atau kehidupan kalian berdua. Tanyakan pendapatnya tentang hal-hal yang sedang viral atau isu-isu yang sedang hits di sekitar.
Akan tetapi, tak perlu menanyakan sesuatu yang sebenarnya kamu sudah tahu hanya untuk membuatnya merasa lebih pintar. Untuk apa? Bila kamu sudah mengerti juga terkait hal itu, kenapa tidak bertukar informasi saja agar terjadi diskusi yang setara? Dengan begitu wawasan kalian akan sama-sama bertambah.
ADVERTISEMENTS
3. Tidak mengambil keputusan sebelum dia memberi approval hanya untuk membuatnya merasa didengarkan
Meminta pendapatnya sebelum memutuskan itu sudah tepat. Itu menunjukkan bahwa kamu menganggapnya sebagai seseorang yang penting dalam hidupmu dan layak dimintai pertimbangan. Namun, bila ini adalah tentangmu, pada akhirnya kamulah yang harus mengambil keputusan sendiri. Untuk hal-hal yang menyangkut dirimu sendiri, kamu tidak perlu meminta approval-nya atas setiap keputusan yang kamu buat. Jikalau dia benar pria sejati, tentunya dia sudah mengerti bahwa kamu berhak memutuskan hidupmu sendiri.
ADVERTISEMENTS
4. Memuji-mujinya atas hal yang tidak dia lakukan atau tidak sesuai kenyataan. Kamu justru akan menjadi pasangan toxic baginya
Kamu selalu memujinya sebagai pacar yang perhatian, padahal tidak. Kamu bilang dia pria dewasa yang sangat berwibawa, padahal tidak. Kamu memujinya sangat bijaksana, padahal tidak. Kamu memujinya selangit, padahal tidak banyak yang sesuai dengan kenyataan. Pujian-pujian yang tidak sesuai kenyataan ini justru bisa berbahaya. Karena bila diucapkan berulang-ulang, sebuah kebohongan bisa dipercaya sebagai kebenaran. Bisa-bisa dia meyakini bahwa dirinya A,B,C,D seperti yang kamu katakan padahal kenyataannya jauh dari itu.
ADVERTISEMENTS
5. Menahan diri dan tidak mengingatkan ketika dia melakukan kesalahan, hanya karena kamu tak ingin dia sedih dan merasa bersalah
Seperti memuji yang tak sesuai kenyataan, diam saja ketika dia melakukan kesalahan juga sikap yang sama toxic-nya. Faktanya, terkadang kita tidak tahu bahwa apa yang kita lakukan itu salah sebelum orang lain mengatakannya. Karenanya, mendiamkan saja ketika kamu tahu dia melakukan hal yang jelas-jelas salah, atau mungkin malah membelanya, kamu membuatnya terjebak di hal-hal yang buruk. Memang dia akan senang dan merasa benar, tapi kamu tahu ‘kan bahwa itu tidak benar?
Tugasmu adalah menghargainya. Dan itu berbeda dengan membuatnya merasa menjadi pria sejati. Seorang pria sejati tidak akan menunggu sinyal bahwa dia dibutuhkan, melainkan akan berinisiatif untuk melakukan sesuatu karena merasa memang perlu. Sehingga tak perlu ada relasi kuasa di sini. Karenanya, kamu tak harus mengorbankan banyak hal untuk memberi makan egonya, hanya untuk membuatnya bahagia.