Emosi cowok/ Illustration by Hipwee via hipwee.com
Banyak yang bilang kalau memahami perempuan adalah ujian yang lebih berat daripada menyelesaikan soal matematika. Makanya di internet banyak bertebaran memes soal cewek dan kata “terserah” andalannya yang sulit diartikan. Padahal, kalau diperhatikan kebanyakan perempuan cenderung lebih ekspresif dalam menunjukkan emosinya daripada para laki-laki.
Kami akan menangis saat sedih, marah saat merasa BT, dan tertawa saat senang. Sebaliknya, laki-laki justru lebih sering memendam emosi karena takut diberi label tertentu oleh masyarakat. Makanya, nggak jarang kebiasaan memendam emosi ini mungkin membuat kamu para perempuan sulit memahami mereka, yang akhirnya bisa mengakibatkan konflik dalam sebuah hubungan.
Ternyata memang ada sebuah sistem yang membuat para lelaki lebih susah mengekspresikan emosi mereka, lo. Alih-alih disebabkan faktor biologis, ternyata penyebab laki-laki sulit mengekspresikan emosi justru disebabkan hal yang mungkin nggak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Kalau selama ini kamu merasa sulit memahami mereka, maka kamu mungkin perlu sebuah panduan yang akan berguna atau bahkan mungkin bisa membantu pasanganmu untuk bisa lebih mengekspresikan diri.
ADVERTISEMENTS
Kondisi emosi dan cara mengekspresikannya ternyata dipengaruhi oleh kehidupan masa kecil kita
Laki-laki dan perempuan sebenarnya sama secara fisiologis saat masih di dalam kandungan. Baru ketika janin memiliki hormon testosteron yang lebih banyak, maka ia akan berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, jika hormon testosteron lebih sedikit maka ia akan menjadi perempuan. Perbedaan gender masih belum terasa saat mereka masih bayi, tapi lingkungan yang memberikan ekspektasi-ekspektasi tertentu yang membuat keduanya berbeda.
Nggak boleh nangis/ Illustration by Hipwee
“Kamu kan laki-laki, harus jadi penerus keluarga. Jadi, harus kuat dong.”
“Kamu perempuan. Harus halus ya perilakunya. Pasti lebih sensitif ya?”
Jika tinggal di lingkungan yang masih sangat kaku, maka ada gender checklist yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Dari ekspektasi orang tua dan orang sekitar tersebut akhirnya struktur otak kita terpengaruh. Bahkan, apa yang kita dengar dari usia 0 sampai 7 tahun akan masuk ke alam bawah sadar kita.
Nah, pengalaman kita di masa perkembangan, jika diumpamakan, seperti kotak pandora yang baru akan terbuka saat kita bersama orang terdekat. Makanya, saat sudah dewasa dan memiliki pasangan, pasangan kita lah yang sering kali menjadi agen untuk men-trigger isu-isu yang kita miliki dengan sangat baik. Dengan kata lain, kalimat-kalimat seperti “Kamu kok cuek banget sih?” atau “Kamu tuh nggak peka!” atau bahkan “Kamu tuh bikin aku insecure!” sebenarnya merupakan refleksi dari isu yang ada dalam diri kita, bukan pasangan.
ADVERTISEMENTS
Sebelum mencoba memahami pasangan dan menuntut mereka supaya mau mengekspresikan diri, ada baiknya kenali dulu emosimu
Tahan dulu, SoHip. Sebelum berusaha untuk memahami pasangan dengan berjuta misterinya, akan lebih baik kalau kamu mengenal emosi yang kamu miliki terlebih dulu. Skill menamai emosi adalah salah satu hal penting yang harus dikuasai sebelum masuk ke suatu relasi. Uniknya, kita nggak cuma mampu merasakan satu emosi saja di suatu waktu, lo, tapi juga merasakan emosi campuran. Makin intens hubungan kita dengan seseorang, maka emosi yang dirasakan semakin bermacam-macam.
Kamu mungkin akan familiar dengan perasaan-perasaan “Aku BT, tapi kangen.” atau “Aku kesel banget, tapi juga sayang banget.”
Nggak apa-apa, perasaan tersebut ternyata memang wajar terjadi. Nggak apa-apa punya beragam perasaan ke pasangan dan nggak apa-apa pula memiliki beragam perasaan ke diri sendiri.
Kabar baiknya, kamu bisa mengendalikan emosi dalam diri sendiri lo. Meskipun memiliki pengalaman yang nggak terlalu baik di masa kecil terkait emosi, kamu bisa belajar melatihnya setiap hari. Kamu bisa mencoba mengawali latihan berikut ini dengan 5 sampai 10 menit sehari lalu jadi 30 sampai 40 menit sehari. Jika dilakukan secara konsisten selama 3 sampai 6 bulan, latihan ini akan membuatmu menjadi orang yang berbeda. Bahkan, dalam satu tahun, kamu akan memiliki kualitas relasi yang lebih bagus dengan pasangan.
Self-care, caranya simpel yaitu dengan mengatur pernapasan karena dengan bernapas yang baik maka pikiran kita akan lebih tenang. Triknya adalah dengan melakukan belly breathing yaitu menarik napas dengan mengembungkan perut dan membuang napas dengan mengempeskan perut. Latihan ini bisa dimulai dari 3 menit saja lo.
Menggunakan aplikasi untuk mood tracking seperti InnerHour atau Moodnotes. Metode ini digunakan untuk mendata mood kita saat pagi, siang, dan malam yang berubah-ubah. Kamu bisa menggunakannya selama 7 sampai 14 hari.
Termometer emosi juga bisa digunakan untuk menunjukkan intensitas emosi kita di suatu waktu. Ada skala dari 0 sampai 10 di mana semakin tinggi angkanya maka semakin tinggi pula intensitasnya. Ssst, metode ini juga bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan pasangan supaya mereka lebih peka lo. Misalnya saat ini kamu sedang kecewa namun di intensitas 8, maka pasangan akan lebih responsif jika diberi tahu daripada ketika kekecewaanmu di angka 3.
ADVERTISEMENTS
Setelah memahami diri sendiri dengan baik dan sudah melatih emosi, saatnya kamu memahami pasangan dan bahkan membantu mereka untuk bisa lebih ekspresif
Tahu nggak sih, SoHip, kalau ternyata kita akan menjadi magnet untuk orang-orang yang justru memiliki sikap yang berkebalikan dari kita? Misalnya, kalau kita termasuk orang yang insecure justru bisa jadi kita akan attract orang yang sangat cuek. Sayangnya, ketika menghadapi gap yang jauh, biasanya para perempuan belum mampu menawarkan solusi untuk suatu permasalahan, padahal otak laki-laki saat sudah dewasa terbiasa dengan problem solving.
Kok cuek?/ Illustration by Hipwee
Jadi, penting banget untuk memberikan solusi spesifik ya. Misalnya, alih-alih hanya bilang “Kamu kok cuek banget sih?” kamu bisa bilang “Akhir pekan ini kita ngobrol 30 menit, yuk?” Selain itu, semisal sudah ngobrol dan pasangan kita bilang nggak bisa maka jangan langsung merasa dia nggak mengerti kebutuhan kita, tapi mungkin memang ada alasannya. Nah, makanya penting juga untuk kita melatih menjaga ekspektasi.
Kalau masih bingung bagaimana berkomunikasi dengan laki-laki, ini dia tipsnya!
Beri gambaran big picture. Misalnya, ketika membahas tema pernikahan maka jangan hanya membahas “Warnanya bagus putih atau biru?” tapi harus jelas warna itu mau digunakan untuk apa?
Gunakan ‘I Message’. Jangan melabeli pasangan atau menghakimi pasangan. Beri tahu ekspektasi dan harapan secara spesifik serta hindari penggunaan kode-kode. Hindari kata ‘terserah’ dan ‘nggak apa-apa’. Kalau emosi sedang intens, maka kamu juga bisa meminta waktu untuk menenangkan diri selama beberapa menit sebelum berkomunikasi.
Berikan apresiasi sekecil apa pun. Apresiasi ke pasangan akan lebih mudah dilakukan kalau kita juga sudah bisa mengapresiasi diri sendiri. Selain melakukan selfcare, kita juga bisa melakukan positive self talk menggunakan kata-kata yang tulus pada diri sendiri.
ADVERTISEMENTS
Jika selama ini mungkin kamu lebih familiar dengan love language ternyata ada juga istilah apology language yang juga perlu dikuasai supaya bisa rekonsiliasi
Apology Language penting untuk dipahami karena bisa jadi walau kamu merasa sudah meminta maaf setelah membuat salah, pasangan malah mengira kamu belum melakukannya. Ada 5 bahasa yang perlu kamu dan pasangan sama-sama ketahui.
Expressing regret (mengungkapkan penyesalan), “Aku merasa malu karena menyakiti kamu.”
Accepting responsibility (bersedia untuk bertanggung jawab), “Aku salah melakukan ini ke kamu.”
Genuinely repent (bersungguh-sungguh nggak akan mengulangi), “Aku bisa membayangkan gimana sakitnya jadi kamu. Maaf ya, aku janji nggak akan melakukannya lagi.”
Making restitution (menebus kesalahan), “Aku akan melakukan…untuk menebus kesalahan ke kamu.”
Requesting forgiveness (memohon maaf), “Kamu mau nggak maafin aku karena berbuat kesalahan yaitu…?”
Komunikasi lancar/ Illustration by Hipwee
Laki-laki cenderung memiliki perasaan ingin dihargai baru rasa cintanya akan muncul. Maka, hal ini bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk mencari laki-laki yang bahkan ketika dia nggak melakukan apa pun, kamu sudah bisa menghormatinya. Misalnya, menuntaskan tanggung jawab dengan baik, atau melakukan apa yang dikatakannya alias ‘walk the talk’, dll.
Intinya, ketika masuk ke hubungan percintaan, it’s all about other people. Artinya, kita sudah harus ‘selesai’ dengan diri sendiri, sebelum kita membagi rasa cinta yang kita miliki dengan orang lain. Jadi rumusnya adalah give, give, give, and receive. Apa kamu sudah siap untuk itu?
PS. Konten ini dibuat secara co-create antara pihak content creator dengan tim editorial Skuat by Hipwee
Mental Health Advocate | Child Psychologist |
Adult & Parent-child Relationship Educator |
Author's Book "Kamu Tak Harus Sempurna" &
"Tak Ada Sekolah tuk Jadi Orang Tua"