Dewasa ini banyak pasangan yang menikah di usia muda. Belum memiliki pendapatan yang tetap dianggap bukan sebagai halangan. Mereka berpikir bahwa cinta bisa digunakan sebagai modal utama. Menikah pun makin bergeser maknanya sebagai sebuah pencapaian. Banyak yang berkeinginan mengikat janji suci hanya karena tidak ingin kalah dengan kawan maupun mantan.
Memang tak ada salahnya melangkah ke pelaminan di usia yang masih muda. Tapi bukankah segalanya akan jauh lebih indah ketika kamu dan pasangan membangun sebuah keluarga dengan kesiapan penuh di usia yang lebih matang?
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Menikah adalah soal kesiapan. Jangan sampai pertanyaan “kapan menikah?” membuatmu ingin segera mengikat janji suci hanya karena tuntutan.
Kita memang tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Di usia kita yang makin beranjak dewasa ini, tak jarang setelah pertanyaan “kapan lulus?” tuntas terjawab akan menyusul pertanyaan “kapan menikah?”. Entah dari orangtua, kerabat, hingga kawan-kawan. Memang terkadang pertanyaan ini tak serius, namun jangan sampai hal ini memaksamu untuk melepas masa lajang.
Menikah adalah soal kesiapan. Menikahlah ketika kamu telah benar-benar siap dan bukan karena tuntutan. Jangan sampai kamu menikah hanya karena demi menghindari pertanyaan “kapan menikah?” yang dilontarkan orang sekitaran,
ADVERTISEMENTS
2. Impian dan cita-cita bisa diletakkan di prioritas nomor satu. Di usia muda, berkarya dan berkarier sepuasnya bisa menjadi tujuan utamamu.
Usia 20an tentu adalah masa-masa produktifmu. Di usia ini kamu bisa mengembangkan sayap untuk meraih apa yang diinginkan selama ini. Masih berstatus single dan belum menikah membebaskanmu untuk mencoba segala hal yang bisa mendukung kariermu ke depan. Bekerja di luar kota hingga luar pulau demi pengalaman yang lebih kaya pun bisa dilakoni.
Kamu pun tak masalah jika harus dipindahtugaskan karena memang masih belum memiliki tanggungan keluarga. Jadikan usia mudamu ini untuk mengerahkan segala upaya dan tenaga demi meraih mimpi dan juga memajukan karier sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Ini adalah kesempatan emas untuk menggembungkan tabungan, dengan begini kamu memiliki pijakan yang lebih kuat saat menyusun pondasi keluarga masa depan.
Dengan hanya memiliki tujuan utama memajukan karier sendiri, tak pelak hal ini juga akan membuat perekonomianmu kian matang. Uang hasil dari keringatmu yang terperas bisa digunakan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Bahkan, kamu masih memiliki banyak waktu untuk menggembungkan tabungan.
Uang yang terkumpul tentu bisa dijadikan sebagai bekal memperkuat pondasi keluarga masa depanmu nanti. Kamu bisa menggelar pesta pernikahanmu sendiri dan mencukupi kebutuhan setelah menikah dengan uang tabungan ini. Bukankah rasanya menyenangkan ketika mampu berdiri di atas kaki sendiri dan tak merepotkan orangtua?
ADVERTISEMENTS
4. Semakin matang usiamu, secara emosi kamu pun juga jadi lebih stabil. Kamu tak lagi mudah naik pitam ketika menghadapi permasalahan.
Makin matang usiamu, makin dewasa juga perilakumu. Tak lagi kekanak-kanakan dan mudah naik pitam, kamu semakin sabar di usia yang lebih matang. Nantinya setelah menikah, masalah yang dihadapi tak sesederhana ketika kamu masih melajang. Dari mulai masalah perekonomian keluarga, konflik dengan pasangan, hingga suka dukanya mengasuh buah hati. Tentu saja kesabaran merupakan bekal penting yang harus kamu miliki dan usia yang lebih matang adalah masa yang tepat untukmu memperoleh kesabaran dalam porsi yang lebih banyak.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu sudah puas menuntaskan masa muda, tak ada lagi cerita buah hatimu akan terlantar karena kamu tak mencukupi kebutuhannya.
Menuntaskan masa muda dengan melakoni segala hal yang kamu inginkan tentu memiliki pengaruh yang positif untuk hidupmu ke depan. Tuntaskan segala minat dan hobimu di usia ini, sehingga nantinya ketika kamu sudah menjadi seorang suami atau istri kamu bisa menjalankan kewajibanmu dengan porsi yang sempurna.
Setelah kamu menikah nanti, tentu saja keluarga selalu menempati posisi yang utama. Sehingga tak ada lagi cerita buah hati ataupun keluargamu terlantar dan diposisikan di nomor kedua karena kalah dengan hobi dan kegemaran yang menyedot perhatianmu.
6. Ilmu serta pengalaman yang kamu punya lebih mumpuni, sehingga kamu lebih maksimal ketika merawat dan mengajari buah hatimu nanti.
Bertambahnya usia tentu juga membuatmu makin kaya ilmu dan pengalaman. Hal ini tentu saja akan membuatmu menjadi seorang pribadi yang lebih mumpuni dalam mengasuh si buah hati. Saat memiliki anak di usia yang lebih matang, kamu mampu membagikan ilmu yang dipunya secara lebih maksimal.
7. Menjalani beberapa hubungan yang salah membuatmu menghargai komitmen. Ikatan ini tak mudah dihapus seperti saat menjajal lipen
Jatuh bangun dalam hubungan asmara tentu pernah kamu alami sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Kamu pun makin berpengalaman dalam memiliki komitmen dalam menjalin hubungan. Hal ini bisa dijadikan bekal dalam menjalani hidup berumah tangga. Menikah di usia yang lebih matang akan membuatmu makin siap dalam menghadapi permasalahan dalam hubungan.
8. Pengalaman kawan-kawan yang sudah menikah lebih dulu bisa jadi pembelajaranmu. Ada hal yang perlu kamu ikuti; ada pula yang tak harus ditiru
Tak perlu buru-buru menikah, justru menikah di usia yang lebih matang akan membuatmu kaya pembelajaran. Tak perlu gengsi atau justru merasa tersaingi ketika banyak kawan yang telah memasuki jenjang pernikahan. Toh, sebenarnya dari mereka kamu bisa belajar banyak hal. Kamu bisa berkaca dari pengalaman mereka setelah menikah. Hal ini tentunya bisa dijadikan petunjuk untukmu ketika akhirnya melepas masa lajang nanti.
9. Menangguhkan menikah sementara berarti punya waktu lebih untuk membahagiakan orangtua. Selepas menikah, kebebasan memanjakan mereka tidak akan lagi sama.
Ketika memutuskan untuk tak menikah di usia muda sejatinya kamu sedang mendedikasikan diri untuk membahagiakan orangtua. Kamu bisa memanfaatkan masa-masa ini untuk membanggakan mereka. Persembahkan uang hasil jerih payahmu untuk mengulas senyum di wajah ayah dan ibu. Maksimalkan juga waktu luangmu untuk menemani mereka. Setelah menikah nanti, tanpa disadari kamu hanya memfokuskan diri hanya untuk keluarga. Kebebasanmu untuk memanjakan orangtua pun tak lagi sama.
Sungguh, pernikahanmu akan lebih membahagiakan ketika kamu menjalaninya dengan penuh kesiapan di usia yang telah matang.