Menunggumu tak pernah mudah. Sering aku bertanya-tanya apakah aku menunggu di tempat yang salah, ataukah memang waktunya saja yang belum memberi kita kesempatan. Memikirkannya juga membuatku begitu sakit kepala. Dunia ini sungguh nyata luasnya, dan aku yakin kamu ada di luar sana, di salah satu sudut dunia. Tapi bagaimana aku bisa menemukanmu di antara milyaran orang di dunia?
ADVERTISEMENTS
1. Hidup ini begitu tak tertebak bukan? Barangkali saja sebenarnya kita sudah berada di tempat yang sama, tapi kita belum menyadarinya
Terkadang aku memang sedikit kurang kerjaan. Bila aku duduk sendirian di sebuah kafe atau bangku taman di tempat umum, aku sering mengamati orang-orang yang ada di sana. Pikian liarku berpikir, barangkali kamu adalah salah satu dari mereka. Dan bila aku cukup berani untuk membuka langkah, barangkali kisah kita akan terbuka. Sayangnya, yah, aku tak sebernyali itu.
Tapi bukankah hidup ini begitu misterius? Bisa saja, kita memang sudah pernah berada di tempat yang sama. Berpapasan di sebuah sudut jalan, atau berdiri berdampingan saat menunggu kendaraan. Tapi tentu saja, saat itu kita adalah dua orang asing yang tak pernah berpikir untuk saling menyapa.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Aku selalu bertanya-tanya bagaimana kelak hati kita dipertemukan? Rasanya aku ingin memesan sebuah skenario yang indah untuk kita berdua
Apa kamu percaya pada pendapat yang mengatakan, pada usia 20an, seseorang pastilah sudah pernah bertemu jodohnya? Hanya hati saja yang belum bisa menerjemahkan itu semua. Di antara segala persoalan hidup yang serba tak tertebak ini, tentu aku paling penasaran dengan bagaimana pertemuan kita kelak. Bagaimana terjadinya sebuah pertemuan bisa kita kenang dan kita ceritakan pada anak cucu kita di masa depan nanti. Bila memungkinkan, rasanya aku ingin memesan sebuah skenario dari Tuhan. Skenario yang begitu berbeda dan berkesan, sehingga akan mudah bagi kita mengingatnya sepanjang usia.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Apa benar kita bisa saja jatuh cinta pada pandangan pertama? Begitu tergila-gila meski masih begitu banyak yang tak saling kita ketahui
Banyak yang bilang cinta pada pandangan pertama itu hanya mengada-ada saja. Hanyalah sebuah kosa kata berlebihan yang dipakai para pujangga untuk membesar-besarkan sebuah fenomena. Tapi bukankah, sering juga, kita merasa tertarik pada seseorang pada pertemuan pertama? Rasa tertarik yang membuat aku dan kamu ingin saling mengenal lebih jauh. Saat itu, barangkali belum bisa disebut cinta. Tapi bisa juga bukan cinta itu datang tapi kita saja yang belum menyadarinya? Seperti Jesse dan Celine di film Before Sunrise, yang saling tertarik saat bertemu kali pertama di sebuah perjalanan kereta. Atau Beth dan Nick di film When In Rome.
ADVERTISEMENTS
4. Ataukah kita sebenarnya dua orang yang sudah kenal lama, namun hati kita baru bersua? Ah, begitu juga tak apa. Toh semua memang ada waktunya
Beberapa hari yang lalu aku datang ke pernikahan teman. Konon katanya mereka sudah kenal begitu lama. Hanya saja, awalnya keduanya sama-sama menganggap masing-masing hanyalah teman biasa, yang tak perlu diingat di waktu-waktu luang. Tapi pada akhirnya mereka saling mengenal, dan saling jatuh cinta. Bisa saja hal yang sama terjadi pada kita bukan? Barangkali aku dan kamu memang sudah saling tahu. Hanya saja, hati kita masih belum terbuka untuk saling menerima. Seperti Rahul dan Anjalie dalam film Kuch Kuch Hota Hai, sebuah film Bolywood yang begitu populer saat kita anak-anak dulu.
5. Tapi semoga nanti kita tidak perlu menjalani cinta yang rumit dan menyedihkan seperti kisah Emma dan Dexter di film One Day
Aku memang selalu membayangkan pertemuan kita kelak akan terjadi seperti film-film yang kutonton. Di antara itu semua, aku paling benci pada kisah Emma dan Dexter di film One Day. Apa kamu menontonnya juga? Mereka bersahabat begitu lama, dan memiliki rasa saling membutuhkan yang begitu aneh. Aku selalu sedih setiap kali mengingat kisah mereka. Kurasa cinta dan hidup begitu kejam mempermainkan mereka. Bagaimana bisa mereka harus mengalami skenario yang begitu rumit? Ibarat sebuah jalan, mereka harus berjalan memutar untuk kemudian saling bertemu. Dan saat pertemuan tiba, kebahagiaan yang mereka cecap juga tidak lama. Ah, aku tak mau kita seperti mereka.
6. Ya, apapun skenarionya, aku yakin Tuhan pasti sudah mengatur semua. Bukankah Dia memang kreator yang tak perlu diragukan lagi kreatifitasnya?
Bila mengikuti mauku, tentu aku ingin sebuah pertemuan yang romantis. Tapi lagi-lagi, apalah kita bila dihadapkan pada skenario Tuhan? Apa yang sudah disuratkan barangkali memang yang paling baik untuk kita. Bagaimanapun pertemuan kita kelak, aku yakin Tuhan sudah menyiapkan semuanya. Seperti apa prosesnya, tentulah tak perlu kita pertanyakan lagi. Toh, semuanya sudah diatur oleh Tuhan yang Maha Kreatif. Dengan jalan-jalan misteriusnya, kita pasti akan bersua, suatu hari nanti, di sebuah simpang jalan yang mungkin tak pernah kita duga sebelumnya.
7. Untuk saat ini, aku hanya bisa menebak-nebak saja. Sedang apa kamu di sana? Apakah kamu melakukan hal yang sama?
Sementara ini, kita memang masih meniti jalan sendiri-sendiri. Yang bisa kulakukan hanyalah sebatas membayangkan pertemuan kita nanti, sambil mengingat-ingat scene film romantis yang pernah kutonton. Meski hanya bertanya-tanya dalam hati, aku selalu ingin tahu kabarmu di sana. Kamu sedang apa, dan apakah kamu juga sedang memikirkanku di saat yang sama. Orang bilang aku bodoh karena terus-terusan menunggu apa yang tak pasti. Tapi bukankah kamu adalah orang yang dijanjikan Tuhan bila aku mau berusaha dan tidak hanya berpangku tangan?
8. Di sekeliling kita, takdir Tuhan sedang bekerja. Persiapkan hati untuk memasuki skenario yang sudah disiapkan untuk kita
Bila di sana kamu juga sedang memikirkan aku, memikirkan kita kelak, kumohon jangan bosan dulu. Segalanya memang perlu waktu dan proses, yang kadang menuntut kesabaran ekstra. Yakin saja, bahwa saat ini takdir Tuhan sedang bekerja. Bila kita sama-sama mau membuka mata dan hati, pertemuan kita barangkali sudah tidak lama lagi.
Suatu saat nanti, kita akan duduk bersama, dalam sebuah kursi bambu di rumah yang hangat. Bersama secangkir teh hangat, kita menikmati kenangan masa lalu yang kita ukir bersama. Asal saat ini aku dan kamu sama-sama bersabar dan meminta yang terbaik untuk kita. Asal kita sama-sama yakin bahwa kita adalah dua orang yang sudah saling memiliki meski kita belum bersua. Kapankah pertemuan itu tiba? Tak lama lagi, pasti.