Hari ini, aku pulang lebih awal. Tapi, entah kenapa aku merasa banyak hal yang janggal. Seperti saat aku melihat senja yang kemerahan di ujung cakrawala. Aku baru tersadar, sudah lama tak kulihat semburat jingga yang merona. Bagaimana bisa melihat cahaya matahari sore yang mulai tenggelam? kalau beberapa waktu ini aku selalu pulang saat langit sudah gelap.
Kesibukan membuatku lupa bagaimana menikmati hari. Bahkan mengamati hal-hal kecil yang sering kutemui. Terutamau kamu, orang yang sebenarnya selalu ada buat aku.
ADVERTISEMENTS
1. Entah sudah berapa banyak waktu kita yang kubuang dengan alasan kesibukan. Sampai aku sendiri lupa rasanya pergi berdua menikmati secangkir kopi di kedai langganan.
Saat istirahat makan siang, secangkir kopi yang aku teguk tak hanya mengguyur kerongkonganku, tapi juga ingatanku. Tiba-tiba aku teringat kebiasaan kita pergi ke kopi langganan di selatan kota, untuk sekedar menghabiskan waktu dengan secangkir kopi dan cerita. Aku mengingat-ingat lagu kesukaanmu yang sering kamu minta putar oleh pelayan di sana. Aku mengingat-ingat kebiasanmu bernyanyi di selala komentar tentang para pejalan kaki di luar sana. Ah ternyata, akhir-akhir ini sudah cukup banyak waktu yang aku buang dengan alasan kesibukan.
Kalau aku merasa sedih dengan kelalaianku sendiri, bagaimana denganmu yang sering tak kutanggapi?
ADVERTISEMENTS
2. Bahkan aku lupa kita pernah pergi ke acara ini itu. Kesibukan seperti menghapus ingatanku, kalau kamu ada di hari-hariku.
Kalau saja kemarin kamu tak mengunggah beberapa foto kita saat menyaksikan acara musik di taman kota, mungkin aku benar-benar akan tenggelam dengan kepikunan yang lahir dari kesibukan. Entah, sudah berapa banyak hal-hal tentang kamu dan kita yang tak lagi aku perhatikan detailnya. Padahal kamu selalu ada di hari-hariku, tapi kehadiranmu seperti angin yang lewat begitu saja. Maaf, kalau kesibukan membuatku enggan memikirkan atau memperhatikan hal-hal sepele. Padahal kamu sendiri, meski sibuk dengan kegiatan ini itu, tak pernah sedikitpun lupa mengirimkanku pesan, untuk sekedar mengucapkan rindu.
ADVERTISEMENTS
3. Saat terjebak keramaian lalu lintas, rasa sepi tiba-tiba hadir. Aku pikir seperti ini rindumu yang terabaikan di tengah kesibukanku.
Benar kata pujangga, berada di keramaian bisa saja terasa sepi. Dan seperti itulah yang kini aku rasakan. Suara klakson belasan motor dan mobil, seperti alarm yang membangunkanku pada kesepian. Aku terlalu lama lelap dalam kesibukan. Aku pun tiba-tiba berpikir tentang rindumu yang terabaikan. Rasanya seperti ini pula rindumu yang berlalu lalang di tengah kesibukanku. Rindumu riuh dengan harapan dan doa. Tapi dengan ketidakpedulianku rindu terasa sepi dipikiramu.
Maaf lagi, karena aku rasa masih banyak lagi yang terlupakan.
ADVERTISEMENTS
4. Bukan hanya pesan kecilmu yang sering kulupakan. Lebih dari itu, aku lupa hidupku berharga untuk banyak orang.
Aku baru ingat, sudah terlalu sering pesanmu hanya kubaca. Lalu aku tutup lagi, tanpa ada balasan. Setelah aku ingat-ingat lagi, kelupaanku tak cukup sampai di sini. Aku bahkan lupa, jika hidupku berharga dimata banyak orang. Aku sering menganggap enteng ucapan orang tuaku, tapi kemarin ketika aku dengarkan lagi suara mereka. Entah kenapa suara mereka terdengar seperti kakek dan nenek membuatku berpikir ulang. Ah, aku lupa ada mereka yang menua saat aku berkembang dengan kehidupanku sendiri.
ADVERTISEMENTS
5. Aku sibuk demi masa depanku sendiri. Aku lupa, kamu pun akan ambil bagian dalam masa depanku ini.
Iya, aku terlalu sibuk dengan bayang-bayang masa depan yang coba aku bangun. Sampai aku lupa, kalau semua orang di sekitarku termasuk kamu nantinya akan ambil bagian dalam masa depanku. Sekarang, aku tidak bisa membayangkan kalau aku harus berada sendiri di masa depan. Pastinya bukan kebahagian yang aku rasakan, tapi justru kesepian karena kehilangan.
Jadi, sebelum aku benar-benar kehilangan, sudah sepatutnya aku menyadarkan diriku sendiri untuk bisa bersikap adil, antara kesibukan, kamu dan semua orang di sekitarku.
ADVERTISEMENTS
6. Bukan maksud hati ingin mengabaikan, kadang kesibukan membuatku bingung menentukan mana yang harus diprioritaskan.
Kamu atau orangtuaku mungkin tak pernah langsung menegurku. Tapi percaya, sebenarnya aku tak bermaksud mengabaikan siapapun. Keadaan yang sering membuatku bingung menentukan mana yang harus diperioritaskan. Saat aku sedang dikejar deadline kerjaan, pesan darimu masuk. Kalau aku membalasnya, aku terlalu takut waktuku terbuang sampai akhirnya pekerjaanku tak kelar. Padahal, mengetik pesan untukmu sebenarnya hanya membutuhkan waktu tak kurang dari lima menit. Sekali lagi maaf atas semua kealpaanku.
7. Sekarang aku mengerti. Tenggelam dalam kesibukan adalah kesalahan yang harus segera diperbaiki
Maaf mungkin tak bisa mengembalikan semua waktu yang aku lewatkan, tapi maukah kamu mengijanku untuk lebih berusaha memperbaikinya lagi.
Mungkin aku harus berterima kasih kepada hal-hal sepele yang telah mengingatkanku, kalau kehidupanku tak hanya perihal pekerjaan dan pekerjaan. kehidupanku lebih luas maknanya dari sekedar masa depan yang berkecukupan. Tapi, kehadiran kamu dan mereka lah yang sudah pasti akan membuat masa depanku lebih indah dari apapun.
Ya, aku sadar, ternyata kesibukanku adalah kesalahan yang harus segera diperbaiki. Demi kehidupan yang lebih baik lagi, bersama kamu dan semua orang yang selalu ada untuk diri ini..