Kepada kamu yang masih mencintaiku tanpa sebab, maafkan aku. Tetapi mencintaiku begitu rupa hanya akan membuat waktumu terbuang percuma. Belum lagi, di usiamu yang produktif itu hanya akan membuat dirimu menjadi seorang pengharap, tanpa bisa melakukan banyak hal. Dan semua karena perasaanmu yang begitu kuat kepadaku.
Bagaimana kamu bisa mencintaiku begitu rupa, sementara yang kamu cintai belum pasti mencintaimu juga?
Maka, dengan ini aku tulis sebuah surat untuk hatimu yang menggebu-gebu. Bukan karena aku tak mau menghargai perasaanmu, melainkan ada baiknya kamu pahami suratku ini dulu.
ADVERTISEMENTS
Aku tahu betul bagaimana kamu mencintaiku. Tapi maaf, pasti akan ada yang lebih mengerti kamu daripada aku.
Terima kasih karena kamu telah mencintaiku hingga saat ini, dan maaf. Maaf, aku hanya ingin memberimu saran, bagaimana kalau kamu menaruh hatimu pada orang lain yang lebih bisa memahamimu? Bukan kepadaku, seorang yang hanya bisa melihat cintamu, tapi enggan membuka pintu hatinya.
ADVERTISEMENTS
Lupakanlah aku, seorang yang tak pernah acuh padamu. Jujur, sudah ada orang lain yang menarik perhatianku.
Apa kamu tahu, alasanku tak pernah memberi ruang perhatian kepadamu? Bukan karena aku tak tahu bahwa kamu sedang berharap, melainkan karena aku telah menuangkan perhatianku pada seseorang yang sungguh bisa menjinakkan bebalnya hatiku ini.
ADVERTISEMENTS
Aku tahu kamu memiliki cinta yang tak luar biasa. Hanya saja, kamu mungkin telah menaruhnya di tempat yang salah.
Cinta, begitu sakral untuk diucapkan atau diberikan. Kuakui, kamu sungguh berani menyerahkan hal spesial itu kepadaku, dan aku sangat menghargai keputusanmu itu. Tapi kamu sudah tahu, bukan, bahwa kamu memberikan ke hati yang salah? Aku hanya tak ingin mengecewakanmu lebih dalam.
ADVERTISEMENTS
Aku setuju bahwa cinta tak dapat disalahkan. Dan mencintaiku adalah kesia-siaan yang sungguh tak perlu kamu lanjutkan.
Kamu boleh mencintai siapa saja, termasuk aku. Perihal cinta, memang ia tak pernah salah, dan memang tak bisa, tak layak untuk disalahkan. Hanyalah keputusanmu yang kurang tepat untuk memberikan cintamu padaku. Sudah kukatakan sebelumnya, aku telah menaruh perhatianku untuk seseorang lain yang bisa meluluhkan hatiku. Cukup, kamu tidak perlu melanjutkan usahamu itu.
ADVERTISEMENTS
Meski jalanku belum pasti, tetapi hatiku telah mantap memilih. Percayalah, mencintaiku begitu rupa hanya akan membuat luka hatimu semakin perih.
Ya, perjalanan asmaraku memang belum bisa dipastikan. Namun ia telah memutuskan, akan berlabuh ke mana perahu cintaku ini. Sementara kamu, dengan berjuta armada bahasa pun, kamu tak akan sampai pada dermaga hatiku. Itu hanya akan membuat hatimu semakin karam dan tenggelam dalam.
ADVERTISEMENTS
Katanya “tak ada penantian yang sia-sia”, tapi aku mohon kali ini kamu jangan percaya. Putar arah kemudi hidupmu segera.
Kali ini aku memohon padamu, jangan pernah meyakini pepatah dan kata-kata motivasi dari layar ponselmu yang mengatakan,
Tak ada penantian yang sia-sia.
Tolonglah, demi kebaikanmu sendiri. Percayalah padaku, kamu akan merasa sesal dan tak berguna lagi, ketika masih menanti balasan dari perasaanku yang memang mati untukmu.
Sudah saatnya kamu hijrah dari aku yang memang enggan membalas cintamu. Bertahan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan sama saja membuang waktu.
Kembalilah pada kehidupanmu yang dulu, kehidupan sebelum mengenal diriku. Kembalilah pada hatimu yang teguh seperti dulu, entah seperti apa, aku tak tahu. Karena ketika kamu menyatakan cintamu padaku, ketika itu pula aku tahu dan kamu juga harus tahu, bahwa kamu telah menyia-nyiakan hidupmu yang berharga itu. Pergilah.
Sekarang kamu berhak melakukan banyak hal di luar sana. Tanpa perlu menanti balasan dari hatiku yang memang tak bisa menerima.
Sudah saatnya kamu melakukan berbagai kegiatan lain yang bisa membuatmu berkembang menjadi pribadi yang baik. Jutaan mimpi telah menantimu di kehidupan mendatang. Jangan pernah biarkan hidupmu hancur karena perasaan berantakan yang aku sebabkan. Kamu berhak berbahagia dengan hidup dan perasaanmu sendiri.
Selamat tinggal, kamu yang sudah susah payah menarik perhatianku. Setelah membaca surat ini, berdamailah dengan hati dan dirimu.
Selamat tinggal, kamu yang sedari dulu menanam perasaan padaku. Maaf, kamu harus mengakhirinya segera. Setelah membaca surat ini, kuharap kamu akan lebih bijak menaruh hati. Sebab tak semua yang kita harap bisa sejalan dengan yang kita mau dan inginkan.
Kuakhiri surat ini dengan sesal dan maaf. Karena aku yakin, kamu pasti akan lebih bahagia jika melepaskan sesuatu yang memang tak bisa bersamamu.
Salam.