Bicara tentang cinta jarak jauh memang tidak bisa membuat hati tenang begitu saja. Selalu ada kecemasan dan pertanyaan yang muncul di kepala. Jarak, harus diakui bisa berubah jadi bangsat. Terlebih bagi mereka yang hatinya belum begitu lekat.
LDR jelas bukan untuk semua orang. Alih-alih membuat bahagia, ikatan yang satu ini malah bisa membuatmu lebih banyak galaunya. Tak usahlah berani-berani menjalani LDR sebelum punya 7 komitmen ini. Karena itu cuma bakal membuatmu makan hati…
1. Sebelum punya komitmen untuk selalu terbuka, jangan biarkan jarak ada. Buat apa? Kamu tidak pacaran untuk mengira-ngira
Sebelum kalian ada di satu halaman yang sama soal keterbukaan, jangan gampang mengiyakan untuk menjalani hubungan jarak jauh. Sekilas keterbukaan memang mudah sekali dijanjikan dan diberikan. Tapi Bung-Nona, dalam praktiknya tidak demikian.
Akan ada hari di mana kamu lelah sekali dan enggan menceritakan apa yang sudah dihadapi. Dia juga bisa menghadapi hari yang panjang dan buruk, hingga cuma ingin dozing out sesampainya di kamar karena mengantuk. Saat-saat seperti ini sering memunculkan alasan, “Nanti aja ah ceritanya. Dia gak perlu tahu.”
Hmmm…kalau hal ini terjadi berulang kali akan banyak hal yang melompat dan tidak dibagi. Hati yang tadinya dekat bisa perlahan menjauh karena ini.
2. Setia itu harga mati. Pastikan kalian sudah punya komitmen untuk saling menjaga hati
Bukan berarti membatasi pergaulannya dan jadi satpam yang terus bertanya dia sedang apa, di mana, dan bersama siapa. Kesetiaan dalam hubungan ini adalah tentang usaha untuk menjaga hati. Memastikan dia yang tidak bertemu setiap hari bisa tetap terhubung dalam perasaan. Mengganti rengkuh dan genggam tangan dengan kepercayaan.
LDR tak akan berarti apa-apa jika komitmen saling menjaga hati belum diamini bersama. Komitmen yang satu ini jelas berbeda untuk setiap pasangan. Ada yang berarti tidak jalan bersama mantan — ada juga yang mensyaratkan selalu mengenalkan teman yang menemani dalam tiap kesempatan. You name it! Tapi yang jelas keberadaan komitmen ini harus dipastikan.
3. Suatu saat akan datang hari saat kalian rindu sekali. Sebelum mulai menjalani, sudahkah kalian punya komitmen untuk rutin mengunjungi?
Oke lah Skype, video call, Snap Chat, Instagram Stories sampai sekadar chat di Whatsapp bisa mendekatkan hati. Bertemu setiap hari memang bukan harga mati bagi ikatan di masa urban seperti ini. Tapi kita harus akui bahwa akan datang hari di mana kamu bisa rindu skali. Dan hanya merengkuh tubuhnya lah yang bisa membuat rasa rindu lebih ringan dihadapi.
Sebelum mulai menghela ikatan yang jelas tak mungkin bisa bertemu setiap hari, sudahkah kalian membuat komitmen untuk rutin saling mengunjungi? Tanpa janji macam ini LDR tidak akan ada tujuannya. Kalian bisa terus bersama hanya karena status saja. Dan bukankah ini tak ada baiknya?
4. Rengkuh dan dekap jadi mahal dalam ikatan ini. Pastikan bukan cuma sentuhan fisik yang membuat kalian jatuh hati
Kamu bisa lupa bagaimana rupanya, bagaimana rasanya menyesap harum dari lehernya, bagaimana nyamannya didekap lama. Bersama dia sentuhan fisik bisa jadi nisbi. Berharap debar di hati bisa muncul karena sentuhan peluangnya hampir nol besar.
Tanyakan pada hatimu apa yang membuatmu jatuh hati. Apakah karena sikap dan pemikirannya? Apakah sebab kalian berbagi impian yang sama? Atau sekadar karena bersamanya kamu merasa hangat sebab dekap selalu ada?
Jika memang hanya sentuhan fisik darinya yang memenangkan hatimu — berjalanlah lebih pelan dan pikir ulang lebih dulu. Perasaan bisa menguap cepat jika alasanmu hanya itu.
5. LDR itu menguras tenaga. Investasi yang sesungguhnya setengah gila. Wajar ‘kan jika seharusnya ada komitmen soal masa depan bersama?
Kalau ditimbang secara rasional sebenarnya hubungan ini risky sekali. Menitipkan hati pada dia yang cuma bisa kamu temui lewat suara atau percakapan virtual harusnya dipertimbangkan matang-matang. Sebab ikatan ini sesungguhnya membutuhkan usaha yang 2 kali lipat besarnya. Investasi kepercayaan yang ditanam tidak main-main banyaknya.
Hanya selepas sepakat tentang masa depan bersama barulah kamu boleh menjalani hubungan. Sepakati bagaimana kalian akan berusaha mencari jalan agar bisa tinggal di satu tempat. Bagaimana rencana meringkas jarak agar makin dekat. Tanpa komitmen soal masa depan? Lupakan saja. Masih banyak yang lebih baik (dan dekat) di luar sana.
6. Dalam ikatan ini hatimu sangat rentan patah. Check list restu orangtua mesti ada sebelum mulai melangkah
Udah LDR, susah ketemu, kangen terus, eeeh restu orangtua masih dalam proses approval. Sedih banget sih Kak 🙁
LDR sudah menempatkanmu dalam posisi rawan sebab jarak membuat hati lebih mudah patah. Janganlah memperberat keadaan dengan menggantungkan restu orangtua. Kalau dari awal orangtuamu bilang jangan — ya tak perlu dilanjutkan. Cukuplah jadi pejuang jarak saja. Tak perlu jadi pejuang restu juga.
7. Berjanjilah untuk terus berusaha sekuat yang dibisa. Sebab hubungan ini mesti diperjuangkan, berdarah-darah, berdua
Perjuangan sendiri makin tidak masuk akal dalam hubungan yang memasukkan variabel jarak dalam ekuasi. Kerjasama yang baik jadi harga mati. Berjuang berdua, atau tidak sama sekali.
Saat pasanganmu nampak ogah-ogahan mempertahankan perasaan, ketika hanya kamu yang mati-matian menjaga agar seluruhnya tetap berjalan — tak ada salahnya melirik pada emergency exit di sisi kanan. Sebab dia ada untuk dimanfaatkan.
Saat sudah tidak ada lagi komitmen untuk berusaha sampai lebam, demi mempertahankan hubungan berdua — pikirkan keputusanmu untuk tetap bertahan bersamanya.
Jarak itu sudah kejam. Jangan biarkan dirimu makin tersiksa dengan menciptakan ruam. Kamu layak untuk cinta yang jauh lebih baik dari itu.
LDR yang baik jelas akan mendewasakan. Memberimu insight yang terang tentang sebaik-baik upaya mempertahankan perasaan. Namun tanpa 7 komitmen ini LDR-an hanya akan makan hati dan buang waktu.