Kalau Hanya Untuk Bercumbu Atau Membuka Baju — Kita Selalu Bisa Menunggu

Kamu jelas menarik. Duduk di sampingmu saja sudah membuatku berkali-kali bergidik. Lengan atasmu selalu tampak apik, 5 o’clock shadow yang terbentuk di pipi dan dagumu tak pernah gagal membuatku melirik. Belum lagi waktu pelukanmu mendekap erat sampai aku tak bisa berkutik.

Seperti marshmallow yang lumer setiap didekatkan ke perapian, kita adalah 2 orang yang sedang berusaha menjaga diri mati-matian. Kalau boleh ingin rasanya melupakan semua aturan, demi cepat-cepat meluapkan perasaan. Namun kita sama-sama mengerti bahwa ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan.

Bercumbu atau membuka baju bagi kita bisa ditunggu. Sebab kita lebih dari semua itu.

Rasa ingin didekap erat muncul setiap kamu di sisi. Namun ada ketuk hangat di hati — kita mesti menjaga diri

Ada ketuk hangat di hati. Kita mesti menjaga diri

Ada ketuk hangat di hati. Kita mesti menjaga diri via www.engagedandinspired.com

Kita berdua sudah sama-sama dewasa. Berbagi cium-cium kecil, lalu mengarahkan bibir ke lekuk bahu sudah tidak lagi tabu terasa. Bahkan jika mau ruang pribadi pun bisa saling kita masuki sesukanya. Orang-orang sudah mahfum. Beberapa dari mereka malah mendukung.

Namun kita juga sama-sama tahu, niat yang baik mesti diawali dengan usaha yang tak kalah apik. Setiap pelukan mesti kita atur jedanya, supaya rengkuh itu tak berlanjut ke sergap hangat lainnya. Tiap kecup sayang semestinya kita urai intensitasnya, sebab masih ada hal yang mesti dijaga.

Bukan berarti kita tak saling cinta. Kamu dan aku hanya sepakat hal-hal terhangat mesti dilakukan pada momen tersakralnya.

Dada atasmu sebenarnya rindu disandari. Lekuk pinggangku pun ingin direngkuh saban hari. Kita hanya meyakini bahwa indah akan datang dalam satu kata ‘nanti’

Indah akan tiba dalam satu kata nanti

Indah akan tiba dalam satu kata nanti via www.engagedandinspired.com

Nanti. Saat kita tak lagi perlu rikuh karena menunjukkan tiap inci bagian tubuh. Waktu rengkuhmu padaku jadi ibadah, bukan hanya penambah dosa dalam keimanan yang kian payah.

Nanti. Saat pagi yang malas bisa kita nikmati bersama. Tanganmu menyelip di bawah bantalku. Tanganku terselip kasual di bawah dadamu. Bibirmu mengecup pelan keningku. Aku mendekatkan diri mencari kehangatan tubuhmu. Tanpa perlu khawatir ada hal-hal berlebihan yang perlu dihindari selepas itu.

Nanti. Waktu tenggelam di lekuk lehermu tak lagi mencipta gamang. Saat rengkuhan panjangmu di bahu atasku justru jadi sumber rasa tenang. Ketika hal-hal yang kata orang mencipta dosa sudah bisa kita nikmati dengan tenang.

Bersamamu bukan cuma kecup yang membuatku merasa cukup. Perbincangan ringan pun sudah mencipta letup

Perbincangan ringan pun bersamamu sudah mencipta letup

Perbincangan ringan pun bersamamu sudah mencipta letup via www.engagedandinspired.com

Melihat kedekatan kita, beberapa orang dengan kasual bertanya soal sudah seberapa jauh kita menjalani semuanya. Kebanyakan dari mereka nyengir tak percaya saat kita bilang sampai saat ini semua masih terjaga.

Sebelum bersamamu, aku pun barangkali tak bisa percaya. Kita ini sudah seperti tutup bertemu ulirnya. Klik. Cocok dalam dan luarnya. Apalagi yang mesti ditahan hanya untuk menunjukkan sisi terjujur sebagai manusia?

Tapi bersamamu rasa cukup ternyata bisa datang lewat banyak cara. Dalam perjalanan random kita mencari warung mie di batas kota, aku merasa digenapi sebagai manusia. Lewat omelanmu yang mengingatkan untuk tak menyetir dengan kecepatan seenaknya, aku merasa semua tindakanku jadi ada artinya.

Ucapan terima kasihmu atas semua usahaku. Senyum tulusmu yang menyambut setiap hari berat menggulungku. Rasa cukup datang dari hal-hal sesederhana itu.

Kalau hanya untuk bercumbu atau membuka baju, kita selalu bisa menunggu. Sebab kita lebih dari semua itu

...Sebab kita lebih dari semua itu

…Sebab kita lebih dari semua itu via www.engagedandinspired.com

Kita tidak saling jatuh cinta karena badan mulus atau otot yang pejal di balik kemeja. Kita juga tidak membangun komitmen bersama atas nama letupan dalam kepala yang harus ada dalam setiap jumpa. Rasa siap menjalani setapak ini berdua muncul setelah perbincangan yang membuat kita tak lagi kesepian sebagai manusia.

Aku tidak mencintaimu hanya untuk membuka bajumu. Dengan atau tanpa kehangatan bercumbu, hatiku akan tetap aman tersimpan di bagian atas dada kananmu. Dekat di jantungmu.

Kita lebih dari keinginan untuk mengakrabi setiap lekuk. Atas nama keatatan dan menjaga harga diri rasa yang bergelegak itu bisa tunduk.

Jika hanya untuk bercumbu dan membuka baju, yakinlah kita pasti bisa menunggu. Yang kita punya saat ini lebih dari semua itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.