Ibu, sebentar lagi anakmu akan bertambah satu. Bukan karena Ibu akan melahirkan untuk kesekian kalinya — tentu tak mungkin mengingat usia Ibu yang tak lagi muda — namun karena putra Ibu yang sudah dewasa akan segera mempersunting seorang wanita.
Aku bersyukur bahwa wanita itu adalah aku. Akulah yang akan menjadi anak Ibu yang baru.
Terima kasih, Ibu, karena sudah mempercayakan putramu kepadaku.
Terima kasih, karena sudah merawat dan membesarkannya dari kecil hingga dewasa
Kini giliranku yang akan mendampinginya. Terima kasih, Bu, telah merelakannya.
ADVERTISEMENTS
Aku tidak akan bisa menyaingimu sebagai wanita. Penerimaanmu padaku adalah anugerah yang tak terkira.
Ibu, terima kasih karena mau membuka hati dan menerimaku ke dalam lingkar keluarga. Tahukah Ibu betapa jantungku berdegup kegirangan ketika Ibu mau menyambutku dengan tangan terbuka? Ya, aku tak pernah mengira jika tanggapan Ibu kepadaku akan begitu hangatnya. Apalagi karena aku gadis yang biasa-biasa saja.
Aku ingat ketika kali pertama aku diajak berkunjung ke rumah Ibu. Aku gugup luar biasa, takut jika Ibu akan menolakku. Namun nyatanya ketakutan hanya ada dalam lingkar kepalaku saja.
Saat kali pertama aku tiba, Ibu langsung menyambutku dengan tangan terbuka. Ibulah yang membuka obrolan, memahamiku yang saat itu sedang dilanda kegugupan. Di kunjunganku yang berikutnya Ibu tak pernah alpa untuk duduk bersamaku dan membicarakan ini-itu. Bahkan, Ibu dengan repotnya bersedia membuatkan banyak rupa makanan untuk kubawa pulang.
Sekali lagi terima kasih Bu, sudah mau menerima gadis biasa saja seperti aku masuk ke dalam lingkar keluargamu.
ADVERTISEMENTS
Aku memang gadis yang biasa-biasa saja. Terima kasih, Bu, karena sudah percaya bahwa cinta lebih bernilai dibandingkan nama keluarga atau rupa.
Harus kuakui, Bu, aku memang gadis yang biasa saja. Aku tak pandai memulas bedak dan mengoleskan gincu. Selera pakaianku juga tidak istimewa. Pakaian yang kukenakan selalu itu-itu saja, tak lepas dari kaos, celana jeans, dan sepatu kets. Bahkan, aku juga tidak terlalu mengikuti gaya berpakaian gadis jaman sekarang.
Untuk urusan dapur, aku juga tak begitu lihai. Masakan andalanku hanyalah nasi goreng yang dibalut dengan telur mata sapi. Walaupun terkadang aku mencoba membuat tumis kangkung yang hasilnya jauh dari sempurna karena selalu kelebihan garam. Maafkan aku karena belum bisa menyiapkan santapan lezat sarat gizi yang biasa kau sediakan untuk putramu.
Jika dibandingkan dengan gadis lainnya, aku memang kalah menawan. Namun, Ibu tidak usah meragukan kadar cintaku kepada putramu. Ya, aku mencintainya dari lipatan hatiku yang paling dalam. Aku berjanji pada Ibu bahwa dengan segala kekurangan yang aku miliki aku akan membahagiakan putra kesayanganmu.
ADVERTISEMENTS
Aku siap belajar menjadi wanita teladan. Semoga Ibu mau membimbingku jadi istri yang istimewa.
Ibu, di balik kekurangan yang aku miliki, aku selalu ingin belajar. Ya, aku ingin menjadi istri yang istimewa bagi calon suamiku. Aku mulai belajar mengenal ragam rempah-rempah dan membiasakan meracik bumbu di dapur. Bersediakah Ibu membagikan resep makanan kegemaran putramu? Aku ingin suamiku nanti bisa makan dengan lahap ketika menyantap kudapan buatanku.
Aku juga ingin Ibu tahu bahwa ada banyak hal dari ibu yang ingin aku tiru. Ya, aku ingin tangguh dan serba bisa seperti ibu. Diam-diam aku juga memendam keinginan untuk membekali diriku dengan ilmu menjahit, kegiatan yang biasa Ibu lakukan demi mengisi waktu luang. Supaya nantinya aku bisa membuatkan calon buah hatiku baju mungil berlogo nama lahirnya sebagaimana Ibu selalu membuatkan putramu baju-baju lucu nan menggemaskan ketika ia masih bayi.
ADVERTISEMENTS
Jangan khawatir Bu, esok saat hari istimewaku tiba, putra kesayanganmu tidak akan pergi ke mana-mana.
Ibu, sebentar lagi hari bahagiaku dan putramu akan segera tiba. Ya, kami akan saling mengucap janji sehidup semati di depan ratusan pasang mata. Kami akan saling menautkan jemari hingga usia kami menua. Aku akan menjadi teman hidupnya yang akan selalu menemani dan sedia di sampingnya. Menemaninya melewati masa-masa suka maupun masa terendah dalam kehidupan. Ya, aku berjanji akan selalu ada di sisinya dalam kesenangan maupun saat duka datang bertandang.
Ibu tidak usah khawatir, saat nanti putramu sudah menjadi suamiku, kami masih akan sering berkunjung. Aku juga akan selalu menyempatkan diri untuk menelpon Ibu demi menanyakan kabar serta menentramkan hati Ibu. Putra Ibu tidak akan kemana-mana, ia masih akan menjadi putra kesayangan Ibu.
Ibu, tidak usah cemas jika aku akan menggantikan posisi ibu.
Karena memang ada dua tempat di lipatan hati calon suamiku.
Untukku, wanita yang akan mendampinginya dan untuk Ibu, wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Dariku,
Gadis sederhana yang sudah siap mendampingi hidup putra kesayanganmu