Halo, Sayang, masihkah kamu memiliki keyakinan untuk jalinan cerita kita?
Walaupun ada jarak membentang, percayalah kadar cintaku tidak pernah sedikitpun berkurang.
Kenangan tentang pertemuan pertama dan saat kita menautkan jemari untuk mengucap janji tak pernah meninggalkan lingkar kepalaku.
Jangan cemas, walaupun ragaku jauh darimu, namamu selalu tersemat di lipatan hatiku.
ADVERTISEMENTS
Aku ingat saat keberangkatanku ke ibukota, jalinan cerita jarak jauh kita terasa tak mudah pada awalnya
Aku masih ingat senja itu, kala aku menyampaikan berita bahagia kepadamu. Akhirnya setelah keberhasilanku memperpanjang nama dengan meraih gelar sarjana, aku diterima bekerja di tempat yang aku cita-citakan. Ya, bekerja di ibukota merupakan bagian dari cita-cita yang ingin ku wujudkan di usia muda. Aku haus petualangan dan tidak sabar meniti pengalaman baru, demi memenuhi gelegak darah mudaku.
Memang hatiku gembira, namun di satu sisi rasa gamang juga menguap memenuhi udara di dalam dada. Napas yang kuhela terasa begitu berat. Hatiku sedikit berlubang menyadari kita tak lagi bisa sering-sering bersua.
Ya, mulai sekarang akan ada ribuan kilometer jarak yang membentang di antara ragaku dan ragamu. Membuat kita tak bisa lagi bercumbu dan berbagi dekap.
Kita hanya bisa bertukar suara lewat gagang telepon dan menumpahkan rasa rindu melalui rangkaian kata yang dikirim lewat pesan singkat. Pelukan hangat darimu tak akan mudah kutemui ketika aku membutuhkan penyemangat di sisa hari. Wangi tubuhmu yang menenangkan tak akan lagi ada memenuhi indera penciumanku. Aku hanya bisa puas memeluk boneka pemberianmu sembari memandang lekat-lekat wajahmu di secarik kertas foto yang sudah terlipat di beberapa bagian karena seringnya kucumbui.
Ah, ingin rasanya aku menyerah dan mengubur mimpiku dalam-dalam. Aku merasa enggan pergi ke ibukota dan ingin berada di kampung halaman saja, dekat bersama dengan belahan jiwa. Namun, justru kamu lah yang berdiri di garda terdepan untuk menyemangatiku. Agar aku tak gampang menyerah pada keadaan, bahwa kita harus menang melawan jarak yang terbentang.
Ya, sebelum aku pergi, kita sama-sama mengucap janji bahwa jarak bukanlah halangan. Cintaku dan cintamu tetap akan tersulam rapi, tanpa ada kesukaran yang berarti.
ADVERTISEMENTS
Hubungan kita naik-turun karena jarak membentang. Aku dan kamu pun sering menyerah pada ego dan kesalahpahaman
Hubungan jarak jauh yang kita pintal bersama memang tak selamanya mulus dan baik-baik saja. Aku dan kamu sering dilahap ego dan kesalahpahaman yang tak berkesudahan. Kita bagai kanak-kanak yang sedang berebut mainan. Ya, rasa rindu yang sudah memenuhi ambang batasnya sering membuat kita enggan bertukar sapa karena masalah sederhana.
Ah, betapa lucunya jika direka ulang. Aku begitu gusar ketika menyadari bahwa kamu jatuh tertidur karena mendengar ceritaku yang belum tuntas ku tuturkan. Begitu pula kamu, begitu risau ketika aku tak dapat dihubungi hanya karena aku sedang asyik bercengkerama dengan teman kerja dan lupa mengangkat ponsel. Sejujurnya, masalah yang mengisi hari-hari kita saat berjauhan merupakan bumbu yang membuat cerita kita kian terasa sempurna.
Ya, ego yang dibalut dengan kesalahpahaman memang bertubi-tubi selalu singgah. Namun ketika seharian kita tidak bertukar sapa dan berbagi kecup melalui gagang telepon, hati ini terasa sangat linu. Aku dan kamu pun saling bergiliran berucap maaf dan berjanji akan lebih dewasa lagi dalam menghadapi esok hari.
Ah, sayang, sadar ‘kah kamu, betapa banyak pelajaran yang bisa kita petik dari hubungan ini yang nantinya dapat kita tuturkan kepada anak-cucu?
ADVERTISEMENTS
Sesungguhnya ujian ini mendewasakan. Aku dan kamu sama-sama belajar untuk tak menyerah pada tantangan.
Sayang, kita memang seharusnya mengucapkan terimakasih kepada jarak. Karena dia lah yang mendewasakan. Kini, kita tak lagi kelimpungan jika dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Ya, hubungan jarak jauh ini telah membuat jalinan kita kian erat. Seiring berjalannya waktu, kita makin bisa berpikir dewasa. Permasalahan sepele tak lagi membuat hubungan kita merumit. Kita semakin berbesar hati dan tak termakan ego yang mengudara.
Yang terpenting, jarak bukan lagi momok yang seharusnya membuat kita gentar, justru bersamanyalah takaran cinta kita tetap bertahan.
Jaraklah yang membuat kita bersabar menabung rindu. Saat kita bertemu kembali, kita pun saling bertukar senyum jumawa karena berhasil bertahan hingga sekian lama. Ya, tanpa kita sadari kita berhasil bahu membahu mengalahkan jeda yang selama ini memisahkan ragamu dan ragaku.
ADVERTISEMENTS
Siksaan ini hanya akan ada untuk sementara. Pada saatnya nanti, kita akan kembali bersama.
Sayang bersediakah kamu berjuang bersama denganku? Menuntaskan perjuangan kita hingga sampai ke jenjang yang lebih serius dalam hubungan?
 Aku yakin, cinta kita tidak akan semudah ini digoyahkan oleh jarak yang membentang. Aku yakin kita pasti bisa bertahan.