“Kamu sama Adam udah berapa tahun pacaran?”
“Hmmm. Bulan depan kita empat tahun. Kenapa?”
“Nggak mau cepetan nikah aja sama Adam? ‘Kan biar menghindari zina!”
“Err…”
Nikah muda memang selalu ngetren, ya. Zaman ayah-ibu kita dulu, menikah saat masih kuliah atau baru lulus itu hal biasa. Tapi, bedanya nikah muda zaman orangtua dan zaman kita sepertinya ada pada alasannya. Kalau dulu orang nikah muda karena memang cinta dan ngerasa cocok aja, sekarang ada banyak teman-teman sebaya kita yang memutuskan nikah “untuk menghindari zina”.
Kalau itu jadi salah satu alasan, masih masuk akal. Tapi kalau itu satu-satunya alasan nikah, bahkan alasan paling kuat…
Hmmm… nanti dulu, deh. Yakin konsep “menghindari zina” ini cukup masuk akal untuk jadi satu-satunya alasan memasuki kehidupan pernikahan?
ADVERTISEMENTS
Nikah itu gak cuma biar bisa berhubungan seks tanpa dosa. Menikah adalah tentang menemukan teman untuk mengarungi hidup sampai hari tua
Iya, pernikahan memang bisa menjadi solusi supaya dua orang muda-mudi tidak melakukan zina. Tapi, menjadikan “biar gak zina” sebagai satu-satunya justifikasi pernikahan adalah perbuatan yang ekstrem. Seolah-olah tujuan menikah adalah sesempit untuk berhubungan seks tanpa dosa. Padahal lebih dari itu, tujuan menikah adalah untuk menemukan teman hidup. Untuk menemukan seseorang yang bisa diajak berbagi, mengelola pemasukan dan pengeluaran, merawat keturunan, sampai menghabiskan hari tua yang damai dan tenang.
Kondisi tiap orang pun berbeda. Ada yang cepat yakin bahwa pacarnya memang cocok dijadikan teman hidup sampai tua. Tapi, ada juga yang butuh waktu lama untuk mengumpulkan keyakinan yang sama.
Menikah juga butuh kesiapan ekonomi serta mental. Memangkas tujuannya jadi cuma soal seks sama saja dengan menafikan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang jauh lebih sakral.
ADVERTISEMENTS
Menyatukan dua keluarga pasti banyak tantangannya. Seks tanpa dosa belum tentu worth-it dibandingkan permasalahan suami-istri yang mungkin sekali ada
Menikah adalah tentang menyatukan dua keluarga. Masalah setelah menikah itu bisa macam-macam bentuknya. Mulai dari ketidakcocokan dengan keluarga suami, tidak diterima oleh ayah istrimu sendiri, ketidakcocokan dalam pengelolaan keuangan, sampai ke sekolah apa kamu mau memasukkan si anak. Saat menikah, kebiasaan buruk pasangan yang tadinya mampu kamu toleransi juga bisa sangat mengganggu. Belum lagi ada risiko KDRT alias memiliki suami/istri yang abusif. Karena itu, menjadi logis ketika seseorang ingin benar-benar mengenal seseorang sebelum menikahinya. Kalau memang dia butuh waktu lama untuk itu, nggak usah lah memaksanya menikah segera.
Semua tantangan yang bisa terjadi dalam pernikahan ini juga terlalu besar untuk dibayar cuma dengan “seks halal”. Apa enaknya juga punya partner berhubungan seks kalau setiap hari ada aja alasan kamu berantem sama dia? Apa enaknya juga berhubungan seks dengan orang yang sering bikin kamu marah, nggak sopan sama orangtuamu, atau bahkan sering memukuli kamu?
Seks memang penting, tapi seks bukan segalanya. Naif sekali kalau seks dijadikan alasan untuk menikah satu-satunya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Lagipula, bukankah manusia punya kemampuan untuk menahan nafsu primal mereka?
Kalau kamu memilih untuk hanya melakukan hubungan seks setelah menikah, bukankah ada yang namanya usaha untuk menahan nafsu? Kalau sudah pada prinsipnya kamu tidak mau, apakah menahan nafsu memang sesulit itu? Dan apakah pilihan menahan nafsu memang selamanya lebih payah dibandingkan menyegerakan menikah?
Sekali lagi, kapasitas orang berbeda-beda. Nggak semua orang kesusahan dalam menahan nafsunya. Dan kalau kamu nggak kesusahan, sebenarnya kamu tidak punya urgensi untuk menikah hanya demi menghindari zina. Kamu bisa menahan diri sampai benar-benar merasa siap menghabiskan sisa hidupmu dengan orang yang sama.
ADVERTISEMENTS
Toh bahkan setelah menikah pun, bukankah tetap ada godaan untuk berbuat zina?
Sebelum nikah kamu harus menahan diri supaya nggak zina.
Setelah nikah… ya sama aja 🙁
Mereka yang selalu berkoar-koar supaya semua orang menyegerakan pernikahan biar nggak zina, apa lupa kalau setelah menikah pun godaan untuk berzina justru tambah banyak? Godaan untuk selingkuh, “jalan-jalan lucu” dengan pasangan orang lain, flirting ke cewek yang lebih muda atau cowok yang bukan suami kamu: setelah kamu punya pasangan hidup, godaan untuk berbuat zina itu tetap ada. Bahkan banyak pasangan suami/istri yang akhirnya bercerai karena pasangannya berzina dengan orang lain, bukan?
Di akhir hari, terserah kamu sih kenapa kamu akhirnya menikah. Ini hidup kamu, dan kalau kamu ingin menikah biar nggak zina, ya silakan saja. Tapi kalau itu dijadikan satu-satunya alasanmu menikah, cobalah pikirkan lagi. Masih banyak hal selain seks yang harus kamu pikirkan sebelum sah menjadi suami-istri.
Bagaimana menurutmu sendiri?