Melalui jalan menuju pernikahan tak semudah menghabiskan pancake cokelat. Meski ujungnya indah, perjalanannya harus dihiasi berbagai kendala dan halangan yang datang. Bentuknya pun bisa bermacam-macam, mulai dari masalah finansial, sensitivitas yang mendadak muncul, bahkan bisa juga hadirnya orang ketiga.
Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, setiap pasangan pun dituntut untuk lebih dewasa dalam menyikapinya. Banyak yang berhasil, namun tidak sedikit pula yang gagal menuju pelaminan. Sebelum kamu dan pasangan melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan, ada baiknya kalian memastikan kembali bahwa kalian memang sudah siap secara lahir maupun batin.
Jika kamu dan pasangan sudah menunjukkan sikap ini saat halangan datang menghadang, itu artinya kalian berdua telah siap menjadi raja dan ratu sehari di kursi pelaminan.
ADVERTISEMENTS
Dalam menghadapi halangan, kamu dan pasangan tetap bisa sabar dan berpegang teguh pada prinsip ingin mengarungi bahtera rumah tangga bersama
Siapa yang tak ingin jalannya menuju pernikahan berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Namun bagi kalian pasangan yang sedang merencanakan pernikahan, sebaiknya mulai sekarang buang jauh-jauh pemikiran tersebut. Sebab sekecil apapun, halangan pasti menghadang kalian yang akan menuju pelaminan.
Ketika kamu dan dia menghadapi masalah menjelang pernikahan yang terus berdatangan, kalian merasa itu bukanlah hal yang membuat kalian harus kehilangan keyakinan satu sama lain. Sebaliknya, kamu dan dia justru malah semakin saling percaya bahwa kalian bisa menghadapi rintangan itu bersama. Kalian berpikir semua akan lebih ringan dan mudah jika dihadapi bersama. Itulah titik dimana antara kamu dan dia sama-sama yakin telah tepat memilih partner hidup sampai akhir hayat.
ADVERTISEMENTS
Cekcok bisa saja terjadi. Tapi kalian sudah sama-sama dewasa untuk tidak saling menyalahkan. Bagi kalian, sudah lewat masanya untuk merasa paling benar
Kamu dan dia mulai sama-sama berpikir dan sadar bahwa permasalahan yang terjadi menjelang pernikahan bukanlah kesalahan salah satu dari kalian. Sehingga, sefrustasi apapun kalian dalam menghadapi persoalan tersebut, kalian tetap mengusahakan kepala tetap dingin meski hati kacau. Karena kalian sadar jika membiarkan emosi menguasai, yang ada hanyalah cekcok mulut tak berkesudahan akibat dari masing-masing yang merasa paling benar.
Kalian juga sudah sampai pada titik dimana kalian menganggap pertengkaran tidak selamanya buruk. Namun justru sebagai ajang untuk saling introspeksi diri. Pertengkaran tak selamanya menjadi momok, jika -sekali lagi- kalian tak merasa yang paling benar dan pasangan yang paling bertanggung jawab atas pertengkaran yang terjadi di antara kalian.
ADVERTISEMENTS
Kamu dan pasangan berusaha saling memahami. Kalaupun salah satu menjauh sejenak, itu bukan karena tak lagi sayang — melainkan demi menetralkan hati dan pikiran
Ketika menghadapi persoalan , tak semua pribadi bisa langsung terbuka. Mungkin kamu atau pasanganmu termasuk golongan orang seperti itu ketika menghadapi persoalan. Namun meski begitu, kamu dan pasanganmu telah menjelma menjadi dua pribadi yang bisa saling memahami tanpa banyak kata.
Kamu dan dia sudah paham betul jika salah satu dari kalian butuh waktu untuk menyendiri sementara. Menghindari pasangan untuk sementara bukan masalah berarti bagi kalian. Sebab menurut kalian, hal itu bukan berarti tak lagi saling sayang. Tapi hanya meredam resiko munculnya pertengkaran hebat ketika emosi masih menyelimuti.
Pada akhirnya setelah melewati masa “sendiri”, kamu dan dia bisa mendapatkan jalan keluar terbaik atas masalah yang kalian hadapi. Karena bagi kalian, memutuskan sesuatu saat pikiran sedang kalut adalah hal yang paling dihindari untuk dilakukan.
ADVERTISEMENTS
Kalian mau bersama-sama mencari jalan keluar. Tanggung jawab itu tidak cuma dibebankan pada salah satu dari kalian
Hidup berumah tangga pada dasarnya adalah sikap gotong royong antara kamu dan pasangan. Ketika masalah menghadang, kamu dan dia sudah mau berkomitmen untuk menyelesaikannya bersama. Bukan malah membebankan tanggung jawab kepada salah satu untuk mencari jalan keluarnya. Toh kalian sudah saling berjanji, bukan, untuk selalu ada di samping pasangan kalian apapun kondisinya?
ADVERTISEMENTS
Tak hanya itu, kamu dan pasangan juga paham bahwa permasalahan setelah pernikahan akan lebih pelik
Rintangan menjelang pernikahan hanyalah awal perjalanan hidup yang sesungguhnya. Dan juga pintu masuk untuk menjadi lebih dewasa. Karena itu, masalah yang datang saat masa menjelang pernikahan kalian anggap sebagai latihan dalam menghadapi permasalahan “asli” saat sudah berumah tangga nanti. Maka kamu dan dia pun tak gampang putus asa menghadapi rintangan dalam perjalanannya menuju pernikahan.
Mungkin ada kalanya kalian mulai tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Namun itu bukan penghalang bagi kalian untuk kembali bangkit. Itulah mengapa ketika kalian bisa mengatasi permasalahan menjelang pernikahan, artinya kalian telah lulus dalam salah satu macam ujian yang Tuhan berikan pada kalian.
ADVERTISEMENTS
Saat rintangan menjelang pernikahan datang, mungkin ada pihak-pihak di luar kalian yang akan merasa perlu untuk campur tangan. Tapi, ini bisa kalian sikapi dengan bijak
“Kalau kamu menikah dengan dia, kamu tak hanya menikah dengan dia saja. Tetapi juga dengan keluarganya,”
Ungkapan tersebut tak selamanya salah. Sebab saat kamu dan pasangan belum saling bertemu, memang telah lama menjadi bagian dari sebuah keluarga. Ketika kalian menikah, tentunya kamu dan dia dituntut untuk bisa menyatu dengan keluarga masing-masing.
Karena itulah, tak menutup kemungkinan ada campur tangan dari pihak keluarga ketika kamu dan dia sedang menghadapi persoalan menjelang pernikahan. Terutama orangtua kalian masing-masing, yang pastinya merasa memiliki andil besar dalam menikahkan anak mereka.
Namun kalian bisa menghadapi hal tersebut dengan sangat bijak. Kalian tak berpikiran bahwa hal tersebut selamanya buruk. Campur tangan pihak keluarga saat masalah datang melanda bagi kalian mungkin bisa memberikan beberapa solusi. Walaupun tetap, keputusan final ada di tangan kalian berdua.
Ribut-ribut soal hal sepele seperti di masa awal pacaran hampir tak pernah lagi terjadi. Kalian sudah punya tantangan lebih besar yang mesti siap dihadapi
Urusan yang berkaitan dengan persiapan pernikahan sudah cukup membuat kalian pusing dan terkadang kelabakan. Oleh karena itu, kamu dan dia tak pernah lagi meributkan hal-hal kecil yang cenderung tidak penting.
Kalian merasa jika terus menerus meributkan hal kecil, hal-hal besar lain yang seharusnya kalian persiapkan justru akan terlewatkan. Bagi kalian, persoalan kecil hanya perlu diselesaikan tanpa perlu adanya perdebatan sengit. Toh kalian sudah saling sama-sama mengerti keinginan masing-masing.
Namun berhenti meributkan hal kecil saja bagi kalian tidaklah cukup. Kalian pun mulai berhenti untuk mengungkit kesalahan masa lalu
Siapa yang tidak punya masa lalu? Semua orang pasti memiliki masa lalu, begitu juga kamu dan pasanganmu. Kalian sadar masa lalu tidak pernah bisa diubah, satu-satunya yang bisa diubah adalah pandangan kalian dalam menghadapi masa depan. Masa depan kamu dan dia sudah di depan mata, tak lagi ada waktu untuk mengungkit masa lalu yang telah lama terkubur.
Masa lalu meski sudah terkubur, tetapi juga telah memberikan kalian pembelajaran hidup. Kalian belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Bagi kalian mengungkit masa lalu hanyalah membuang waktu.
Jika kamu dan pasangan sudah bisa melewati rintangan menjelang pernikahan bersama, maka pertahankan hal itu untuk menghadapi persoalan lebih besar saat kalian berumah tangga. Best of luck, ya!