Anak sulung dianggap punya tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga. Bisa dibilang soal tanggung jawab, sulung menempati posisi nomor dua setelah orangtua. Si sulung yang harus selalu jadi teladan adik-adiknya. Si sulung yang harus selalu ringan tangan dan bisa diandalkan oleh semua anggota keluarga.
Apalagi kalau si sulung ini perempuan. Jangan dipikir karena perempuan tanggung jawabnya jadi lebih ringan daripada anak cowok pertama dalam keluarga. Sebab di mata adik-adiknya, kakak perempuan mereka itu memang luar biasa tangguh.
Tapi sebagai anak cewek pertama, kira-kira apa saja sih yang kamu rasakan selama ini? Sampai-sampai membuat adik atau orangtuamu sendiri bersyukur memiliki kamu dalam keluarga.
ADVERTISEMENTS
1. Jadi tempat curhat adik juga orangtua, membuatmu harus selalu ada untuk mereka
Mbak, lagi sibuk nggak? Adek lagi bingung sama sikapnya Si Didid.
Kenapa lagi dia? Atau kenapa lagi kamunya?
Atau,
Mbak, duduk sini dulu sama ibu….
Ada apa, Bu?
Saat adikmu merasa sedikit segan untuk cerita dengan orangtua, akhirnya kamulah yang jadi pelabuhan curahan hatinya. Sosokmu sebagai perempuan membuat adikmu merasa santai menceritakan apapun. Naluri sebagai anak yang dianggap lebih dewasa pun menuntutmu memberi masukan yang bisa lebih bijaksana. Setidaknya menenangkan adikmu ini.
Tapi bukan cuma adik yang nyaman bercerita denganmu. Kadang ibu dan ayahmu memilih kamu sebagai tempat untuk mencurahkan segala pikiran serta perasaan mereka. Membuatmu merasa harus selalu ada untuk keluarga dalam segala kondisi dan situasi.
ADVERTISEMENTS
2. Saat adikmu salah, kamu sendiri selalu siap untuk ikut disalahkan juga
Mbak kok adeknya bisa acak-acak kue buatan ibu? ‘Kan tadi ibu titip suruh jagain….
Tadi Mbak udah ngelarang Ade buat acak-acak. Tapi ibu tahu sendiri ‘kan, adek kalau dilarang malah marah-marah.
Ya, masa kalah sama adeknya sih? Ayo bantu ibu rapiin.
Sedari kecil hingga sebesar ini kamu memang selalu jadi pihak yang akan ikut disalahkan. Apalagi kalau memang kamu punya andil di dalamnya, siap-siap saja dirimu menanggung semua kesalahan. Kadang kamu sendiri selalu menjadi tameng untuk menutupi kesalahan adikmu, seperti membantu meluruskan kesalahannya di depan orangtua. Sebab kamu sendiri selalu merasa sikap atau tingkah adik-adikmu ini jadi tanggung jawab juga.
ADVERTISEMENTS
3. Di dalam rumah, sebentar-sebentar nama kamu lah yang sering dipanggil mereka
Mbak…. tolongin Ibu, beliin telur ke toko depan komplek.
Mbak, buku yang kemaren ditaruh di mana? Adek mau pinjem dong.
Mbak, Adeknya udah ditanyain belum, mau pulang jam berapa? Bilang, Ayah nyuruh cepet pulang.
Di dalam rumah, nama kamu lah yang laris dipanggil-panggil oleh ayah, ibu, dan adikmu. Seolah hampir setiap hal bertumpu di dirimu. Minta tolong ke kamu, menanyakan sesuatu ke kamu, jadi perantara ucapan antara orangtua dan adikmu ya juga kamu. Dari hal seperti ini yang akhirnya membuatmu merasa punya tanggung jawab ke keluargamu.
ADVERTISEMENTS
4. Sebagai anak cewek pertama dalam keluarga, kamu pun jadi lebih peka. Membuatmu harus siap jika dimintai pendapat
Kamu terbiasa dimintai pendapat oleh Ibu dan Ayah, saat mereka ingin membeli barang atau menghadapi sikap adikmu. Begitu pula adikmu yang juga lebih nyaman meminta pendapat kepadamu. Mulai dari ekstrakulikuler apa yang sekiranya cocok untuk dia, sampai meminta penilaianmu tentang seseorang yang sedang mendekatinya. Membuat kamu semakin peka dengan segala hal yang ada di dalam keluarga.
ADVERTISEMENTS
5. Jadi orang kepercayaan Ayah dan Ibumu untuk mengawasi dan menjaga adik-adikmu
Selain sering jadi perantara ucapan antara orangtua dan adikmu. Kamu sendiri dipercaya oleh Ayah dan Ibumu untuk menjadi teropong yang selalu bisa mengawasi adik-adikmu. Kamu yang pertama ditanya saat adikmu belum pulang dan tak ada kabar. Kamu yang akan ditanya ketika adikmu pergi dengan siapa dan ke mana. Apalagi kalau adikmu ini cewek juga, kadang kamu diminta untuk menemaninya pergi.
Mbak, besok temani adek ke Lembang ya. Ibu khawatir kalau dia pergi sama teman-temannya aja. ‘Kan kamu udah kenal sama teman-temannya juga.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu sendiri sudah hafal dengan kalimat, “Mbaknya harus jadi contoh yang baik dong buat adiknya….”
Mbak ini kok abis masak nggak dirapiin? Gimana bisa jadi contoh yang baik coba, kalau kamu begini….
Intinya kalimat menjadi contoh yang baik untuk adik-adikmu sudah biasa kamu dengar. Karena sedari kecil kamu memang dididik untuk siap menjadi teladan dalam segala hal, mulai dari sikap sehari-hari sampai urusan prestasi di sekolah. Meski kamu tak sempurna, setidaknya dirimu harus selalu berusaha berhati-hati sekali di setiap tindakan.
7. Saat ibu jatuh sakit atau sedang pergi, kamu jadi andalan adik-adikmu untuk bantu menyiapkan keperluan mereka
Sebagai anak perempuan dan paling tua, membuat Ibu tak pernah ragu mempercayakan urusan rumah ke kamu. Apalagi saat ibu jatuh sakit atau sedang tak di rumah, peran ibu benar-benar kamu gantikan. Mulai dari beres-beres rumah, sampai bantu membuatkan bekal untuk adikmu yang masih kecil, atau sekadar membangunkan adikmu supaya tak kesiangan.
8. Menjadi anak perempuan pertama mengharuskanmu untuk selalu perhatian, meski tinggal jauh dari mereka
Dan tanggung jawabmu sebagai anak pertama pun akan tetap berjalan sekalipun kamu tinggal jauh dari rumah. Kamu akan selalu jadi orang pertama yang dihubungi oleh Ibu, Ayah, atau adikmu saat mereka memang membutuhkan sosokmu. Kadang tanggung jawab yang sudah tertanam pun membuatmu tak pernah lupa untuk menghubungi mereka terlebih dahulu. Sekadar bertanya kabar, berbagi cerita dan canda, sampai mengingatkan orangtua untuk menjaga kesehatan atau adikmu supaya segera menyelesaikan kuliahnya.
Menjadi anak perempuan pertama dalam keluarga memang tak pernah mudah. Tapi kamu lebih bersyukur lagi, karena bisa jadi kepercayaan untuk mereka semua.