Terkadang, demi cinta kamu bisa melakukan apa saja. Apapun akan diperjuangkan, apalagi kalau sedang cinta-cintanya. Cinta diukur dari apapun yang kamu korbankan demi pasangan. Sebisa mungkin apapun yang dia inginkan harus dipenuhi. Ya, demi pembuktian cinta pada pasangan. Namun sayang, kamu lupa hakikatnya, bahwa segala sesuatu ada batasnya. Bahwa cinta tak selalu diukur dari terpenuhi atau tidaknya keinginan orang yang kamu cintai.
Mungkin untuk beberapa hal, memang tak masalah jika kamu mengikuti keinginannya. Namanya juga orang yang tersayang, tentu kebahagiaannya adalah kebahagiaanmu juga. Namun apakah cinta berarti harus menuruti segala keinginannya? Tentu tidak. Kamu harus mengerti kadar dari segala sesuatunya. Termasuk tuntutan pasanganmu. Jika keinginannya memang demi kebaikanmu, tentu tidak masalah. Tapi bagaimana jika tuntutannya itu menjadi beban untukmu? Membuatmu merasa terpaksa untuk memenuhinya meski kamu tak menginginkannya?
ADVERTISEMENTS
1. Berpenampilan sesuai dengan apa yang dia inginkan, bukan karena apa yang kamu kenakan terasa nyaman
Penampilan mungkin menjadi salah satu perhatiannya padamu. Bukan hanya kebersihan, tapi juga kerapianmu dalam berpakaian. Hal ini tentu sah-sah saja. Demi kebaikanmu juga ‘kan? Namun, ketika perhatian itu berubah menjadi tuntutan, apakah itu masih menjadi hal yang wajar? Kamu yang biasanya pakai kaos oblong, celana jeans, dan sepatu kets, mulai diatur olehnya.
Dia memintamu untuk menggunakan gaun atau high heels kalau ingin pergi bersamanya. Padahal kamu merasa nggak nyaman kalau harus menggunakan pakaian seformal itu. Tapi baginya itu adalah keharusan. Dia ingin punya pacar yang terlihat anggun. Kalau kamu nggak mau menuruti penampilan yang dia mau, maka dia lebih memilih untuk tidak pergi bersamamu. Hal ini tentu sudah melampaui dari yang seharusnya. Tentang penampilan, tentu seleramu berbeda dengannya. Dan lagi, penampilan tentu soal kenyamanan. Ketika kamu risih mengenakannya, maka kamu berhak untuk memilih mana yang nyaman kamu gunakan.
ADVERTISEMENTS
2. Siap siaga kapanpun dia membutuhkanmu, padahal dia sebenarnya bisa mengerjakan sendiri dulu
Terkadang dia lupa, bahwa kamu ini adalah kekasihnya, bukan asisten pribadi. Tapi dia tetap menuntutmu untuk selalu ada. Padahal kamu juga punya aktivitas lain. Tapi dengan alasan sayang dan tanggung jawab, dia memaksamu untuk siap siaga setiap saat dia membutuhkan. Padahal, pergi atau melakukan sesuatu hal sendiri dia juga bisa.
Kamu tidak membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik jika terus menuruti kemauannya yang ini. Sesekali dia harus dibiarkan menjadi orang yang mandiri. Bukan sedikit-dikit bergantung denganmu.
ADVERTISEMENTS
3. Keberadaannya dan teman-temanmu kini menjadi pilihan, kamu dituntut untuk memilih satu di antara keduanya
Sebelum punya pasangan, kamu punya lingkungan dimana kamu bebas bergaul kapanpun dan dengan siapapun. Teman-teman kuliahmu, teman kantor, atau temanmu melakukan hobi. Tapi setelah punya pasangan, waktumu sedikit tersita dengan kehadirannya. Adalah hal yang wajar ketika waktumu dengan teman-teman berkurang, karena sekarang kamu punya seseorang yang lebih penting dalam hidupmu. Tapi bukan berarti waktumu bersama teman-teman hilang, bukan?
Jika pasanganmu melarangmu bergaul dengan teman-temanmu dan memintamu untuk menghabiskan waktumu hanya bersamanya, tentu ada sesuatu yang salah. Menjadi orang yang penting di hidupmu bukan berarti lingkungan sosialmu menjadi terabaikan. Dan ketika dia memintamu untuk memilih dia atau teman-temanmu, jangan sampai kamu memilih satu di antaranya. Mereka adalah bagian dari hidupmu.
ADVERTISEMENTS
4. Melakukan hobi yang biasa kamu geluti menjadi sesuatu yang haram baginya. Apapun yang kamu lakukan harus mendapatkan izinnya terlebih dahulu
Nggak cuma pergaulan dengan teman-teman, tapi hobi yang biasa kamu lakukan sebenarnya juga nggak boleh masuk daftar larangan darinya. Sejak kamu menjalin hubungan dengannya, entah kenapa rasanya melakukan hobi menjadi sesuatu yang haram alias nggak boleh dilakukan. Padahal biasanya hobi itu kamu lakukan hampir setiap minggu. Banyak saja alasannya untuk melarangmu untuk melakukan hobi kesukaanmu.
Waktu bersamanya yang cuma dikit lah, nanti kamu sibuk terus lupa ngabarin dia lah, atau bahkan takut ada orang lain yang lebih akrab denganmu. Mungkin alasan-alasan tersebut memang semata-mata bahwa dia ingin kamu selalu bersamanya. Tapi meskipun begitu kamu harus ingat bahwa kamu punya kehidupan lain selain dirinya, termasuk hobi ini. Jadi ketika pasanganmu melarang kamu melakukan hobi, apakah kamu akan berhenti total? Tentu sulit ‘kan?
ADVERTISEMENTS
5. Mengetahui hal-hal privasimu adalah keharusan baginya, seperti kata sandi media sosialmu yang harus dia punya
Dengan alasan ingin mengetahui pergaulanmu atau lingkunganmu lebih jauh, dia menuntutmu untuk memberikan hal-hal privasimu, seperti kata sandi media sosialmu kepadanya. Agar dia sewaktu-waktu bisa mengecek siapa saja orang-orang yang berinteraksi denganmu. Jangan kira ini adalah sesuatu yang “so sweet” ya. Meminta hal-hal privasi seperti ini mengisyaratkan dua kemungkinan. Pertama, dia adalah pasangan yang posesif, atau kedua, dia nggak percaya sama kamu. Padahal, tanpa dia ketahui pun, kalau kamu memang sayang sama dia, tentu kamu nggak bakal macam-macam ‘kan?
ADVERTISEMENTS
6. Melakukan hubungan intim bukanlah sebuah pembuktian kalau kamu benar-benar mencintainya
Hal seperti ini kadang jadi polemik bagi pasangan. Hubunganmu dengan dia belum lengkap rasanya kalau belum berhubungan intim. Padahal hubungan kalian hanya sebatas pacaran dan belum resmi sebagai suami istri. Namun hal tersebut udah berani dia minta. Nah, kalau pasanganmu meminta hal ini, kamu berhak bahkan harus menolaknya.
Mau melakukan hubungan intim layaknya suami istri ini bukan pembuktian cinta ya. Menolak melakukannya bukan berarti kamu nggak sayang sama dia, tapi emang belum saatnya. Walaupun dia mengancam akan memutuskanmu kalau nggak mau, berarti dia lah yang sebenarnya nggak sayang sama kamu. Kalau dia beneran sayang, tentu dia akan menjagamu sebagai orang yang berharga untuknya. Dia nggak akan menuntutmu untuk sesuatu yang belum saatnya.
7. Membelikan segala kebutuhannya juga bukan tanggung jawabmu sebagai orang yang mendampinginya saat ini
Mungkin ini juga jadi hal yang sering terjadi dalam sebuah hubungan. Kalau udah pacaran, rasanya kamu sebagai pasangan mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhannya. Apapun yang ingin dia beli, segala sesuatu yang dia butuhkan harus kamu bayar. Padahal kamu ‘kan belum resmi menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap lahir batin dan dunia akhiratnya. Mungkin dalam beberapa hal kamu bisa menuruti, tapi kalau semua kebutuhan bulanannya kamu yang bayarin, itu namanya sayang atau diporotin?
Jadi, meski kamu sayang dan cinta sama pasanganmu, bukan berarti kamu wajib menuruti segala permintaannya ya. Nanti malah merugikan salah satu pihak. Dia itu bukan Tuhan, yang harus kamu ikuti semua perintahnya dan kamu tinggalkan semua larangannya ~