Kakakku tersayang,
Tanpa terasa kita sudah bukan anak-anak yang dulu sering berebut mainan. Atau lebih tepatnya, tanpa terasa kamu sudah bukan lagi anak-anak yang suka jahil menyembunyikan mainanku. Sekarang kita sudah sama-sama dewasa. Sebentar lagi akan ada seorang laki-laki yang akan meminangku dan mengajakku untuk menjalani hidup baru bersama.
Aku tahu, sampai saat ini belum terbesit niat Kakak untuk menikah. Maka, izinkan aku untuk terlebih dahulu memasang janur kuning di halaman rumah kita. Restu kakak tak kalah penting dengan restu Ayah-Bunda. Untuk itu, adikmu ini hendak mengetuk pintu dan memohon restu.
ADVERTISEMENTS
Terima kasih karena Kakak selalu menjagaku dan menjadi contohku selama ini.
Masih teringat jelas dalam memoriku, saat pertama kali aku masuk sekolah menengah. Kakak yang mengantarkanku ke sekolah berkali-kali berpesan: “Jangan aneh-aneh!” Bahkan kakak selalu mengamati seragam yang kukenakan, jangan sampai rok seragamku di atas lutut, pakaianku terlalu ketat, atau singlet yang kukenakan terlihat dari balik baju seragam yang berwarna putih. Daripada nanti diisengin anak laki-laki, begitu katamu.
Kadang aku sebal dengan kelakuan kakak yang kelewat protektif. Seolah-olah aku anak kecil yang harus selalu dibimbing. Tapi, aku tahu semua itu kakak lakukan karena Kakak sayang denganku dan ingin selalu menjagaku. Terima kasih telah menjagaku selama ini ya, Kak.
ADVERTISEMENTS
Saat pertama kali dia datang ke rumah, Kakaklah yang paling galak. Bahkan, lebih galak dari ayah. Aku tahu, itu karena Kakak tak ingin dia menyakitiku.
Waktu itu, untuk pertama kali dia datang ke rumah di malam Minggu. Teman laki-laki yang sebenarnya sudah sering kuceritakan padamu tapi selalu kau tanggapi dengan dingin. Saat itu, sambutan Kakak tak begitu bersahabat dengannya. Dibanding ayah yang malah terkesan cuek, Kakak jauh tampak lebih menyelidik. Seolah dia datang ke rumah untuk mengintai.
Sejak hari itu, kakak lebih cerewet menasehatiku. Tentang hati-hati bergaul dengan laki-laki, tentang bagaimana menjaga diri saat pacaran. Kakak masih juga menganggapku adik kecil yang harus dijaga.
ADVERTISEMENTS
Lambat laun, Kakak telah mengenalnya dan mulai menerimanya dalam kehidupanku. Mengakui bahwa dia benar-benar mencintaiku
Untung lelaki itu tidak ciut nyali dengan kesinisan kakak. Justru itu membuat dia gigih untuk membuktikan segala niat baiknya. Dengan susah payah, dia mencoba untuk mengambil hati kakak, tentu saja setelah sebelumnya mencuri hatiku. Sebelum mengenalkannya pada kakak, aku telah memiliki keyakinan bahwa dia anak yang baik. Seiring bergulirnya waktu, kakak kian percaya dengan penilaianku. Kakak pun mulai yakin bahwa dia tak akan mempermainkanku, adikmu yang paling kau sayang ini. Dia yang benar-benar mencintaiku akan mampu menghargai mimpi-mimpiku, sebagaimana kakak memacu dan menghargainya.
ADVERTISEMENTS
Kami ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang pernikahan. Aku mohon izin untuk kami melangkahi Kakak terlebih dahulu.
Hubungan aku dan dia sudah cukup lama. Aku telah yakin dia laki-laki yang dipersiapkan khusus untuk menghadapi gadis manja sepertiku. Sebentar lagi kami berencana untuk meresmikan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Kami ingin cinta kami abadi dalam sebuah pernikahan. Sebagai satu-satunya kakak yang kucinta, aku ingin memohon izin pada Kakak agar kami dapat melangsungkan pernikahan dengan perasaan tanpa beban.
Aku tahu belum terbayang dalam benak Kakak untuk melangsungkan pernikahan. Bagi kakak, mengejar cita-cita masih menjadi prioritas yang utama sebelum memiliki keluarga. Kakak pun masih enggan mencari tambatan hati. Maka dari itu, izinkanlah aku melangkahi Kakak untuk terlebih dulu melangsungkan pernikahan dengan dia yang selama ini telah mengisi hatiku.
ADVERTISEMENTS
Aku selalu berdoa agar Kakak segera bertemu tambatan hati. Seseorang sebaik Kakak layak diganjar figur yang mendampingi
Di sela-sela doa persiapan pernikahanku, aku tak pernah lupa untuk mengirim doa untuk Kakak. Aku berharap semoga Kakak segera menemukan tambatan hati dan teman untuk berbagi. Sebentar lagi, aku akan pergi. Kita tak lagi makan dari dapur yang sama. Aku tak mau Kakak kesepian ketika aku tak lagi bisa mendengarkan keluhan Kakak. Aku ingin kakak segera menyusulku. Menemukan rumah baru untuk tempat kakak berlabuh dan bersandar. Kakakku tentu lelaki yang baik. Aku yakin banyak perempuan yang rela dipersunting Kakak. Aku pun yakin Kakak pasti mendapatkan perempuan baik yang mampu menemani Kakak dalam situasi apa pun.
ADVERTISEMENTS
Kakak tahu aku dan dia saling mencinta. Terimalah dia sebagai bagian baru dari keluarga. Anggaplah dia sama sepertiku, adik yang selalu kau cinta.
Restu Kakak sangat berarti buatku. Bagiku, doa dan restu kakak sama berharganya dengan restu Ayah-Bunda. Untuk itu, aku mohon restuilah pernikahan kami. Kakak paham aku sangat mencintai dia, begitu pula sebaliknya. Aku mohon agar Kakak dapat menerima dia sebagai keluarga sendiri. Aku berharap Kakak juga dapat memperlakukan dia sebagai adik, sama seperti Kakak memperlakukanku selama ini.
Sekali lagi, aku mengucapkan terimakasih untuk segala kebesaran hati Kakak.
Dariku,
Yang dulu sering berebut remote TV dan menangis karenamu