Ada saat dalam hidupku dimana aku membayangkan akan selalu menjadi kekasihmu. Meskipun aku tak pernah memberitahumu, namun aku sangat mencintaimu. Tak pernah sekalipun aku memikirkan bagaimana akhir hubungan ini, hingga suatu saat kau mulai merasa bahwa kita tak akan pernah sejalan nantinya.
Aku tak akan pernah menahanmu. Aku rela kau pergi meninggalkanku meskipun setelahnya hidupku berantakan. Tapi sekarang, setelah tahun kedua kita berpisah, mendadak bayanganmu muncul di hadapanku dan kembali mengangkat luka yang telah terkubur lama.
Apakah benar dia? Apakah dia yang benar-benar akan menemaniku selamanya? Kenapa dia kembali setelah aku hampir bisa menyembuhkan luka?
ADVERTISEMENTS
Kau adalah bagian terbaik dalam perjalanan hidupku. Tapi aku bisa apa ketika akhirnya kau memilih pergi dariku.
Hubungan kita baik-baik saja sampai akhirnya pertanyaan macam itu muncul. Aku pun heran kenapa setelah menghabiskan 5 tahun bersama-sama justru terbersit rasa ragu perkara kemungkinan kita berdua bisa bersatu.
Dan ternyata keraguanku benar terjawab, kita tak mampu mempertahankan hubungan. Entah apa yang terjadi padamu sehingga mampu meninggalkanku namun aku tak akan pernah menahanmu. Bagaimana bisa aku menahanmu untuk tetap tinggal sementara hubungan ini terasa makin janggal.
“Aku memilih ikhlas. Kau ingin pergi dariku, dan aku turuti kemauanmu.”
ADVERTISEMENTS
Dahulu, kaulah yang menemukanku. Kau yang berhasil meluluhkan hatiku.
Dulu aku adalah seseorang yang tak kenal batas. Semua orang bagiku sama saja wataknya. Aku tak seberapa mengerti soal cinta. Aku adalah pribadi yang tak mau terjebak dengan perasaan dan segala remeh temeh percintaan.
Namun setelah aku mengenalmu, aku mulai mengerti bagaimana rasanya punya pasangan yang menggenapkan. Aku merasakan bahagianya menjalani kehidupan bersama seseorang yang dicintai. Tanpa sadar kau mengubahku menjadi pribadi yang baru. Kaulah pria hebat yang akhirnya bisa meluluhkan hatiku.
ADVERTISEMENTS
Bersamamu aku merasa bahagia. Berdua kita bisa menjalani hubungan cinta yang minim drama.
Bukankah itu yang dulu kita inginkan? Menjadi bagian dari dunia dewasa. Bertemu seseorang, jatuh cinta, membuat rencana bersama-sama, dan menyatukan perasaan yang dulunya berbeda. Berusaha meredam ego dan emosi demi sebuah jalinan cinta yang minim drama dan air mata.
Segala ide dan pemikiran mengenai cinta selalu ada di sekitar kita. Karena bersamamu aku menemukan kehidupan. Dan ketika aku telah menemukan kehidupan, segalanya berjalan dengan mudahnya. Rasanya aku tak butuh selain “kita”.
ADVERTISEMENTS
Kita sama-sama jatuh cinta. Bukan sekadar tergila-gila, tapi mencintai sebenar-benarnya.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana bahagianya aku ketika itu. Karena saat itu aku percaya bahwa seseorang yang pantas akan datang untukku dan kemudian kamu muncul dihadapanku. Kau berhasil membuatku jatuh cinta, dan begitu pun sebaliknya.
“Kita menjalani hubungan cinta yang bahagia. Selama bertahun-tahun lamanya hingga tiba saatnya terpisahkan juga.”
ADVERTISEMENTS
Aku tak mau dikasihani. Segera pergi lebih baik daripada bertahan tapi sakit hati.
Rasanya seperti tak mampu lagi berjalan di saat dunia sedang berputar dengan kencangnya. Aku merasa berada di titik terendah dan terkosong dalam hidup dan aku tak tahu bagaimana menghentikan air mataku.
Kamu tahu aku selalu berharap bahwa kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya. Segala permasalahan mendadak menjadi lebih berat dari biasanya. Aku tak mampu untuk menghadapi kenyataan bahwa orang yang paling aku cintai ternyata yang menciptakan kondisi ini.
ADVERTISEMENTS
Waktu adalah obat penyembuh luka. Kau muncul kembali tapi aku tak boleh terluka untuk kedua kalinya.
Mungkin jika bukan karenamu yang pergi meninggalkanku, aku tak akan pergi ke Kepulauan Seribu. Mungkin jika bukan karenamu yang menghilang entah kemana, aku tak akan berhasil menggapai puncak-puncak tertinggi dan menatap matahari terbit dengan indahnya.
Aku mengubah banyak hal dari diriku saat kita pertama kali bertemu. Aku pun melakukan hal yang sama sejak hari pertama kita berpisah. Bagimu mungkin menghabiskan 2 tahun sendirian adalah sebuah kesia-siaan. Namun aku menemukan hal baru, bahwa kesendirian terkadang bisa menjadi teman.
Kau boleh kembali muncul dalam hidupku, berharap bisa kembali menjalin hubungan baik denganku. Ya, mungkin kita bisa jadi teman atau sekadar kenalan. Bahkan, aku pun tak mau menutupi status kita sebagai mantan pasangan. Tapi kita tak perlu membahas lagi perkara perasaan. Kita sudah selesai.
Apakah benar dia? Apakah dia yang benar-benar akan menemaniku selamanya? Kenapa dia kembali setelah aku hampir bisa menyembuhkan luka?
Bukan, bukan dia.