Relasi Johnny Depp dan Amber Heard | Illustration by Hipwee
Sebenarnya, hubungan yang buruk sudah bisa disadari sejak awal. Hanya saja, dua orang yang saling jatuh cinta pasti kesulitan melihat relasi mereka dengan jernih. Maklum, ya, cinta memang bisa membutakan mata.
Mungkin itulah gambaran relasi Johnny Depp dan Amber Heard. Di tengah persidangan pencemaran nama baik usai perceraian mereka, banyak fakta baru bermunculan dan membuat publik tercengang. Namun, perdebatan siapa yang salah dan siapa yang benar bukan fokus utama lagi. Sebaliknya, justru muncul pertanyaan besar.
Bagaimana cara dua orang ini membangun relasi sampai-sampai bisa serumit dan seburuk itu?
Apa yang Johnny dan Amber abaikan hingga akhirnya relasi mereka berantakan dan berujung kekerasan?
Nah, dari cerita keduanya yang diungkap dalam persidangan, ada beberapa hal yang menunjukkan akar masalah sehingga mereka terjebak hubungan beracun. Padahal, jika disadari sedini mungkin, tanda-tanda kecil bisa jadi petunjuk bagi keduanya untuk membangun relasi yang lebih sehat, lo.
ADVERTISEMENTS
1. Ketika kamu atau pasanganmu mulai merasa paling benar, relasi bisa jadi nggak akan terselamatkan
Sebagai manusia biasa, baik kamu dan pasangan tentu nggak sempurna. Ada kalanya, kalian melakukan kesalahan dan itu hal yang wajar. Namun, nggak semua orang memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahan. Ketika dua orang nggak punya kesadaran untuk memahami dan mengakui kesalahan masing-masing, relasi mereka akan berjalan menuju kehancuran.
Dalam relasi Amber dan Johnny, kemampuan mengakui kesalahan sepertinya tidak ada. Setiap kali beradu argumen, Johnny menyebut Amber sebagai sosok yang unable to be wrong. Alhasil, obrolan mereka bukan untuk bertukar pikiran dan mencari jalan keluar. Mereka berdebat untuk menentukan pihak yang benar dan pihak yang salah.
Cara menjalin hubungan yang seperti ini sudah nggak sehat. Komunikasi memang penting dalam hubungan, tapi komunikasi tanpa kemampuan memahami juga bisa berakibat fatal. Dibutuhkan kesadaran dua pihak untuk belajar mengomunikasikan pikiran serta perasaannya sekaligus mau memahami perspektif pasangannya.
ADVERTISEMENTS
2. Ketiadaan sikap saling menghargai dan saling mendukung menjadi tanda bahwa relasi perlu dibenahi
Sepanjang penjelasan Johnny maupun Amber, mereka tentu punya cerita versi masing-masing yang benar. Dari penuturan mereka, kita bisa melihat dua hal yang cukup krusial, tapi hilang dalam relasinya. Ya, tidak ada rasa saling menghargai dan mendukung. Selain cinta, sikap respek dan sikap suportif sangat dibutuhkan untuk menjaga komitmen tetap sehat.
Pada akhirnya, ada pihak yang merasa pasangan lebih rendah dan tidak berharga. Pada dasarnya, ketiadaan sikap respek dan sikap suportif memiliki benang merah dengan sikap merasa paling benar dalam relasi Johnny-Amber. Tak heran kalau selama hidup bersama, hubungan mereka jauh dari interaksi yang penuh kasih dan cinta, bahkan konflik diwarnai perilaku abusif demi mengontrol pasangan.
ADVERTISEMENTS
3. Saat kamu dan doi nggak tahu caranya berkonflik dengan sehat, eskalasi konflik bisa berakhir dengan kekerasan fisik
Pada masa-masa kasmaran, dua orang yang saling mencintai akan saling menghujani pasangan dengan cinta. Namun, kita perlu menyadari sikap-sikap buruk yang muncul ketika relasi sedang merenggang. Terkadang, sifat asli seseorang akan tampak di situasi genting dan sulit. Hal ini juga terjadi pada relasi Johnny dan Amber.
Ketika konflik mencapai puncak, ada pihak yang kesulitan mengontrol diri sehingga menyakiti fisik pasangan. Dalam kasus Johnny dan Amber, insiden menampar, melempar remot, sampai melukai dengan senjata tajam nggak terelakkan lagi. Kalau hal ini sudah terjadi, segala bentuk kekerasan fisik sekecil apa pun adalah tanda relasi yang buruk. PR selanjutnya adalah kamu harus mengambil keputusan dan tindakan.
Pengingatmu agar berani menjalin relasi yang sehat | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
4. Pola relasi buruk yang berulang, argumen tak berujung, akar masalah tak terselesaikan
Kepekaan menyadari hubungan yang memburuk menjadi kunci utama dalam menjalin relasi. Sikap ini membantu kamu dan pasangan untuk mengukur sejauh mana hubungan bisa dikatakan sehat dan tidak sehat. Kepekaan ini juga termasuk kemampuan untuk melihat pola kekerasan yang berulang.
Biasanya, pasangan yang terjebak toxic relationship kesulitan untuk melihat pola ini. Soalnya, relasi mereka kadang sudah dipenuhi perilaku mengontrol, mengintimidasi, atau bahkam memanipulasi sehingga mereka mulai meragukan keberhargaan dan kepercayaan diri. Nggak sedikit, lo, orang yang mengabaikan pemikirannya sendiri terhadap hubungan yang ia jalani. Kemudian, memilih menyakini penilaian dan pemikiran pasangan.
Sama dengan relasi Johnny dan Amber. Dalam persidangan, mereka mengungkapkan pertengkaran terus-menerus tanpa penyelesaian. Pertengkaran dengan pola yang sama berulang kali terjadi, diwarnai kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Sementara itu, hubungan yang sehat dan benar seharusnya didasari dua orang yang mampu berpikir dan punya kesadaran diri sehingga mereka tahu kapan relasi masih bisa dipertahankan atau malah sebaiknya dihentikan.
ADVERTISEMENTS
5. Hindari pola pikir menyelamatkan pasangan atau merasa bertanggung jawab atas kehidupan dan diri pasangan
Satu pola pikir ini mungkin dianggap normal dalam sebuah hubungan, tapi sebenarnya adalah pintu gerbang menuju relasi beracun. Dengan pola pikir ingin menyelamatkan pasangan, Johnny merasa bertanggung jawab atas kehidupan dan diri Amber. Artinya, dalam relasi mereka, Johnny pun merasa bisa mengubah Amber.
Sayangnya, pola pikir ini justru menjadi bumerang karena setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ketika menjalin relasi, Johnny nggak punya tanggung jawab untuk ‘membenarkan’ pasangannya. Lagi pula, hubungan yang baik hanya bisa dibentuk oleh dua orang yang mau belajar tumbuh dan bertanggung jawab atas kesadarannya.
Pemikiran Johnny ini terbentuk dari pengalaman orang tuanya dalam menjalin pernikahan. Bagi Johnny, cara membangun relasi yang benar seperti yang dilakukan ayahnya, yakni dengan bertahan di sisi sang istri yang memiliki perilaku abusif. Dengan alasan yang sama pula, Johnny memilih bertahan di pernikahan 15 bulan yang menyakitkan, baik bagi dirinya, Amber, maupun anaknya.
Itu dia beberapa gambaran umum tentang relasi Johnny-Amber yang memburuk. Terlepas dari siapa yang salah dan benar, dari perjalanan hidup mereka, kita bisa mengambil banyak pelajaran, salah satunya adalah tanda-tanda hubungan yang beracun yang bisa dideteksi sedari awal. Pastikan kamu dan pasangan punya gambaran relasi yang benar, ya, sehingga kalian memiliki keberanian untuk memulai hubungan sehat dan mengakhiri hubungan yang toxic.