Salah satu kelebihan memiliki pasangan adalah kamu bisa berbagi apa yang kamu rasakan padanya. Apapun itu. Kamu nggak perlu takut reaksi apa yang akan dia berikan. Toh, kalian sudah berjanji akan menerima masing-masing diri apa adanya. Tapi meskipun kalian bisa berlaku seperti itu, bukan berarti kamu dan dia bisa bersikap seenaknya.
Bagaimanapun, setiap apa yang kamu lakukan selalu punya kadar dan batas. Termasuk saat kamu berbagi apa yang kamu rasakan pada pasanganmu, dan sebaliknya. Dia boleh saja melepaskan apa yang rasakan padamu, tapi tak bisa menjadikanmu sebagai pelampiasan rasa amarahnya. Sekali dua kali, mungkin kamu akan memakluminya. Tapi ketika hal itu selalu dia lakukan berulang-ulang, tentu membuatmu berpikir.
Rasa amarah yang sudah melingkupinya itu membuat dia menjadi pasangan yang seakan tak kamu kenal. Dia begitu berbeda saat pertama kali kalian menjalani hubungan. Dan baginya, menyakitimu selalu bisa membuat perasaannya lebih baik. Jika sudah begitu, maka kamu berhak pergi meninggalkannya tanpa ragu.
ADVERTISEMENTS
1. Bagaikan samsak tinju, dia mulai menjadikanmu sebagai pelampiasan amarah dan kekesalannya, meskipun dalam hal ini bukan kamu penyebabnya
Ingatanmu tentang awal pacaran dulu masih segar. Ya, rasanya baru kemarin kamu dan dia menjalani hubungan yang bahagia. Mungkin tak pernah ada air mata yang disebabkan luka. Yang ada hanyalah rasa syukur karena kamu merasa menemukan dia yang selama ini kamu pinta.
Namun setelah beberapa saat hubungan berjalan, kamu merasa dia semakin berubah. Awalnya kamu masih berpikir hal itu wajar. Mungkin dia sudah merasa nyaman denganmu. Tapi apakah kenyamanan berarti berhak berlaku apa saja? Tentu tidak. Semakin lama dia merasa bahwa melampiaskan apa yag dia rasakan padamu adalah sebuah kewajaran. Layaknya samsak, kamu dijadikan sebagai media untuk melepaskan rasa amarah dan kekesalannya. Meskipun bukan kamu yang menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENTS
2. Perasaannya akan jauh lebih baik dengan menyakiti perasaan atau bahkan tubuhmu
Apa yang dia lakukan itu tak mungkin tak beralasan. Berawal dari hanya curhatan biasa tentang apa yang dia rasakan, dia merasa lega sudah membaginya denganmu. Dia merasa bebannya sedikit diringankan setelah kamu tahu apa yang dirasakannya. Tapi semakin lama berbagi saja tidak cukup. Dia merasa membutuhkan hal yang lebih.
Suka dan duka yang seharusnya dibagi, berubah menjadi hanya duka saja. Ya, dia tak lagi mendefinisikan berbagi sebagai semua rasa, tapi hanya marah dan kekesalan belaka. Membentakmu, mengumpatmu dengan kata-kata kasar, menjadi alat untuk menyalurkan apa yang dia rasakan. Dan perlakuannya itu selalu bisa membuat perasaannya lebih baik. Suatu saat nanti mungkin baginya tak hanya cukup menyakiti perasaanmu, tapi juga menyakiti tubuhmu. Apakah hubungan itu masih bisa dipertahankan?
ADVERTISEMENTS
3. Selalu mengedepankan egonya sudah menjadi bukti bahwa perasaanmu tak lagi berharga untuknya
Kamu pun merasa dia mulai menjadi pasangan yang egois. Dia selalu dan hanya mengedepankan egonya. Dia merasa berhak melakukan apa yang diinginkan, termasuk melampiaskan amarahnya kepadamu. Dia tak lagi mempertimbangkan perasaanmu. Yang terpenting dia bisa melepaskan apa yang dia rasakan.
Sedangkan kamu tak ada hak untuk melakukan hal yang sama. Kamu hanya berhak mendengarkan apa yang ingin dia lampiaskan padamu. Dan kadang, rasa sayangmu padanya membuat sikapnya ini menjadi hal yang bisa dimaklumi. Tapi benarkah jika perasaanmu tak lagi berharga di matanya bisa kamu terima begitu saja?
ADVERTISEMENTS
4. Dia mulai melupakan makna sesungguhnya dari rasa cinta, yang tak pernah sekalipun diizinkan untuk menorehkan luka
Mungkin kamu ingat. Dulu, di saat awal hubunganmu dan dia berjalan, kalian selalu hati-hati. Bagaimana bersikap ataupun berucap. Bagaimana agar dalam hubungan kalian yang ada hanyalah bahagia. Jangankan kasar, salah sedikit saja kalian langsung minta maaf dan merasa ada penyesalan telah melakukan itu. Ya, karena seperti itulah cinta. Sejatinya tak diizinkan untuk menorehkan luka.
Tapi ternyata saling menjaga perasaan itu hanyalah sementara. Dia tak lagi menjaga perasaanmu. Dia mengucapkan apapun yang dia inginkan. Bersikap seperti apapun yang hatinya suruhkan. Setiap kali amarah menguasainya, pasanganmu menjadi lupa. Bahwa cinta, yang awalnya kalian tanam dan semai dengan bahagia, tak diperbolehkan untuk menggores luka.
ADVERTISEMENTS
5. Kebahagiaan tak lagi sesuatu yang dia berikan dengan cuma-cuma, tapi harus kamu usahakan terlebih dahulu untuk mendapatkannya
Perubahan pribadinya itu juga akhirnya berdampak besar padamu. Hal yang paling nyata yang selama ini kamu dapatkan, kini harus terlebih dahulu kamu usahakan. Apalagi kalau bukan kebahagiaan. Bukannya dulu rasa bahagia dengan mudah kamu rasakan secara cuma-cuma? Saat berada di dekatnya, melihat raut wajahnya, mencium wangi tubuhnya, sudah cukup untukmu merasa bahagia.
Tapi kini setiap kali kamu berada di sisinya, ada sebuah beban yang kamu rasakan. Kamu harus berpikir keras bagaimana caranya agar membuat dia merasa senang, bahagia, atau mungkin mampu tertawa. Kamu harus berusaha terlebih dahulu agar ada raut bahagia di mukanya. Dan kamu harus bisa membaca emosinya dengan cepat. Kapan mood-nya sedang baik, dan kapan kamu lebih baik diam dan tak mengusiknya. Ya, kebahagiaan yang tak lagi datang begitu saja, tapi harus meminta usaha terlebih dahulu sebagai ganjarannya.
ADVERTISEMENTS
6. Dia tak lagi mengerti bahwa hubungan seharusnya bersifat timbal balik, yang harusnya bisa melengkapi satu sama lain, bukan hanya diri sendiri
Dia juga lupa, bahwa seharusnya hubungan bersifat timbal balik. Memaksakan kehendaknya, mengharuskanmu untuk mendengarkan dan menuruti semua perkataannya tanpa boleh protes sedikitpun, menjadikan hubungan kalian menjadi satu arah. Dia sebagai pemegang komando, dan kamu sebagai pelaksana kehendak.
Jika sudah begitu, maka kuatkanlah hatimu untuk melepasnya. Hanya menghabiskan waktu untuk mempertahankan dia yang tak lagi mengerti makna dari hubungan, yang bersifat timbal balik. Kamu tak bisa terus memberi tanpa menerima. Begitupun dia, yang tak berhak selalu menerima darimu tanpa berusaha untuk memberimu.
Ya, ketika kamu merasa dalam hubungan ini, dia menjadi seseorang yang tak kamu kenal lagi, yang dalam hubungan ini hanya ada dia, bukan lagi “kita” maka bisa jadi itu adalah sebuah pertanda. Bahwa meninggalkannya adalah sebaik-baik cara. Agar tak ada lagi pihak yang terus-terusan tersakiti.