“Jatuh cinta tak akan pernah menjadi perkara yang mudah dan sepele dalam kehidupan kita. Prosesnya melalui berbagai birokrasi panjang yang terkadang kita sendiri tak bisa memahaminya”
Kira-kira begitulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan bagaimana fenomena jatuh cinta dalam kehidupan kita. Tak bisa didebat lagi bahwa selama manusia masih bernafas, maka selama itulah urusan cinta dan segala macam tetek bengeknya ada. Bagi masing-masing orang di dunia ini, definisi cinta memang tak pernah sama, tergantung bagaimana kita menginterpretasikannya. Masalahnya, meski terdengar begitu indah, jatuh cinta ini bagaikan dua mata pisau.
Satu sisi yang mampu membuatmu berbunga-bunga, satunya lagi adalah sisi yang mampu membuatmu tersayat-sayat. Pernah dengar nggak sih istilah erotomania? Itu lo, syndrome di mana seseorang kita mengidolakan orang lain dan selalu meyakini bahwa orang tersebut juga memiliki perasaan yang sama dengan kita. Nah, biasanya kasus ini sering terjadi sama kaum-kaum bucin akut yang nggak bisa membedakan batas tipis antara cinta dan halusinasi.
ADVERTISEMENTS
Tak ada salahnya memiliki perasaan atau sekedar mengidolakan orang lain. Tapi kita juga harus sadar bahwa seringkali batas antara cinta dan halusinasi itu jaraknya hanya sekedar benang tipis saja
Ngomongin tentang gimana susahnya menjalani proses jatuh cinta, rupanya memang tak butuh bukti lebih banyak lagi. Sebab mungkin dari masing-masing kita sendiri pun pernah merasakan bagaimana pahit manisnya persoalan tersebut. Tak ada salahnya kok menaruh harapan, mengidolakan, dan memiliki perasaan cinta kepada orang lain. Satu-satunya yang bakal jadi masalah adalah ketika kita berpikir dan bahkan memaksakan bahwa orang yang kita suka tersebut juga memiliki perasaan yang sama dengan kita. Itulah yang terjadi pada orang-orang dengan syndrome erotomania ini.
Orang-orang dengan erotomania ini memiliki kecenderungan pikiran bahwa orang yang ia suka juga menyukainya. Nggak jarang kalau yang jadi fokus imajinasinya adalah tokoh terkenal atau artis. “Pasti mbak itu juga suka sama aku, deh. Nggak mungkin nggak. Pasti. Kalau toh dia ngomongnya nggak suka, itu pasti cuma denial aja. Yakin, dia pasti suka sama aku.” Nah kalau pola pikirnya udah kayak gitu, kan susah…
ADVERTISEMENTS
Seseorang bisa mengidap gangguan erotomania ini tanpa menyadarinya lo, kamu harus hati-hati dan bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak
Kekuatan cinta memang nggak bisa diragukan lagi, tajamnya bisa menyaingi mata pisau dari bahan apapun. Itulah mengapa kamu harus berhati-hati jika berurusan dengan persoalan yang satu ini. Seseorang dengan gangguan erotomania itu memiliki delusi kuat alias halusinasi bahwa ada seseorang lainnya yang menaruh hati dan perasaan terhadap dirinya. Dia bakal bakal menceritakan secara terus-menerus tentang orang tersebut kepada orang-orang lainnya. Memiliki dunia sendiri di dalam pikirannya tentang kehidupan cintanya yang sebenarnya tak pernah ada.
Menyakitkan sekali memang, tapi seperti itulah kenyataannya. Kita seringkali dibutakan segalanya hanya karena masalah cinta. Tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Serem banget nggak sih cuma karena gara-gara cinta akhirnya mental jadi nggak sehat?
ADVERTISEMENTS
Selalu ingat bahwa yang segala sesuatu itu tak pernah berujung baik jika dilakukan dengan berlebihan. Begitu pula dengan jatuh cinta
Dalam hidup, kita selalu diajarkan bahwa memang sudah seharusnya melakukan segala sesuatu dalam batas wajar. Artinya, segala hal yang dilakukan dengan berlebihan itu tak akan pernah berujung dengan baik. Mulai dari kebencian, rasa kecewa, rasa marah, rasa bahagia, dan bahkan juga perasaan cinta. Iya, jatuh cinta yang dilakukan dengan berlebihan itu juga nggak bagus lo. Kamu nggak akan bisa berpikir dengan sehat, rasional, dan tentunya masuk di akal. Lha wong jatuh cinta dengan wajar aja terkadang udah bikin kita jungkir balik, apalagi jika dilakukan dengan menggebu-gebu. Iya kan?
Sebuah judul lagu dari Efek Rumah Kaca tertulis bahwa, “Jatuh cinta itu biasa saja”, karena memang seperti itulah seharusnya. Kita harus merayakannya dengan sepantasnya, semestinya, dan sudah jelas harus menjalaninya dengan biasa-biasa saja. Tak perlu berlebihan apalagi sampai mengganggu akal pikiran. Dalam kondisi-kondisi tertentu, jatuh cinta itu tak lebih istimewa dengan perasaan-perasaan lainnya. Berusahalah untuk tetap realistis. Satu hal yang harus benar-benar kita ingat, berbahagialah secukupnya, dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya.