Kita bukan pasangan yang manis dan lurus-lurus saja. Sesekali kau dan aku bertengkar hebat, memperdebatkan ke mana akan membawa masa depan. Tentang bagaimana mimpi harus dijalani, sampai soal memutuskan langkah yang harus diambil setelah ini.
Bersamamu aku baru tahu rasanya kesal dan frustasi. Pikirku,
Bagaimana mungkin orang yang mendampingi selama ini tak bisa mengerti?
Tapi ada sisi lain dari semua friksi. Ada keyakinan kecil yang bersuara dalam hati. Kita memang bisa jadi musuh menyebalkan yang selalu saling sikut tanpa henti. Tapi bersamamulah, setelah semua yang kita alami, masa depan justru makin jernih dan layak dijalani. Aku tahu selalu ada hikmah di balik semua ini.
ADVERTISEMENTS
Kamu orang pertama yang membuatku mengerti arti menetap. Genggamanmu membuatku melangkah dengan tenang dan mantap
Sebelum bertemu denganmu aku benar-benar buta. Belum ada sosokmu yang kujadikan panduan, aku asal saja menjejakkan kaki ke beragam tujuan. Bermacam pintu hati pernah kuketuk, kumasuki, serta kujelajahi. Namun aku tak pernah bisa singgah dalam waktu yang lama. Aku hanya bisa bertahan beberapa musim saja. Entahlah, kaki ini sudah gatal, tak sabar ingin menjajaki lebih banyak hati sepertinya.
Kukira itu wajar saja, karena dulu pemahamanku akan arti kekasih memang masih belum terlalu dalam. Kupikir menjalin cerita cinta sangat sederhana. Menghabiskan hari-hari bersama orang yang disuka, tertawa, bercengkerama, serta bertukar panggilan mesra. Namun ternyata semuanya tak sesederhana yang kusangka. Di balik hubungan yang ada, ada komitmen yang diam-diam menuntut untuk dipanggul berdua.
ADVERTISEMENTS
Bersamamu, aku belajar tentang cinta yang ternyata tak jauh dari perkara menurunkan ekspektasi. Kita belajar membuka hati untuk saling mengerti
Aku memang baru memahami benar mengenai cinta ketika menjalin cerita dengan dirimu. Sosokmu yang tak banyak cakap memang berbanding terbalik dengan watakku. Namun, mungkin itulah yang kemudian menjadi perekat bagi kita berdua. Bagai kubu magnet yang berbeda, kita justru selalu ingin bersama.
Aku yang gemar bercerita merasa tergenapi dengan sosokmu yang selalu menyediakan telinga. Pembawaanmu yang tenang pun siap meredam pribadiku yang memang mudah dilanda kepanikan. Di sini, mataku terbuka lebar. Bersama dengan dirimu yang punya banyak beda, kita justru saling menggenapi. Kita pun dituntut untuk bisa saling menerima supaya bisa terus bersama.
ADVERTISEMENTS
Bukan berarti kita tak pernah bertengkar hebat soal hal-hal remeh. Tapi jika kuingat kembali, kau tak pernah membuat hatiku remuk sampai leleh
Tak bisa dipungkiri, hati kita pernah menyimpan banyak marah hingga pada akhirnya membuat kau dan aku sama-sama gerah. Pertengkaran tanpa pemenang pun pernah menjadi santapan harian. Kau mempertahankan pendapatmu tanpa goyah, begitu juga dengan aku yang terus menerus menyuarakan isi hati dengan pongah.
Urat leher menegang kaku karena mengutarakan kalimat negasi tanpa jemu. Begitu pula kata maaf yang enggan terucap karena gengsi yang sedang memegang kendali. Kita bak peserta lomba yang ingin mendapatkan gelar juara. Walau tentu saja tanpa piala maupun medali yang dapat dibawa.
Namun, kemudian aku menyadari, banyaknya pertengkaran yang kita alami, hatiku ini belum pernah pecah berserak dan mati. Bentuknya masih utuh sempurna, seburuk apapun perdebatan yang ada kau masih selalu berniat untuk menjaga.
ADVERTISEMENTS
Di akhir hari kau menerimaku dengan tangan terbuka. Kita memang keras kepala — tapi juga tak pernah lupa saling cintaÂ
Umur hubungan yang kita jalani memang tak terasa makin menua. Aku dan kau sudah menghabiskan ratusan bahkan mungkin hampir ribuan hari bersama. Tentu saja tak cuma hari yang berlimpah tawa serta hujan kecup mesra. Hari terburuk pun pernah kita resapi berdua. Ketika aku dengan tanpa sadar merapal banyak keluhan dan kau bersedia dijadikan sandaran. Pun saat kau punya banyak beban dan aku siap menopang.
Tak sekedar berbagi suka, kita juga turut membagi duka sama rata. Inilah hal yang membuat hatiku selalu meremang, karena bersamamu selalu kutemukan pendampingan.
ADVERTISEMENTS
Di tengah tegangnya perselisihan kita, di matamu kutemukan keyakinan sederhana. Ada hal baik di balik semuanya. Semua yang kita lalui jadi jalan setapak masa depan, bersama
Aku meyakini benar kita tak akan bisa sekuat ini tanpa ditempa dengan berbagai kesukaran yang pernah ada. Jatuh bangun yang pernah kita lewati membuat lapisan keyakinan kian menebal. Timbunan kepercayaan untukmu juga makin meninggi. Begitu pula dengan asa mengenai masa depan yang makin meruah.
Asal kau tahu, masa sekarang maupun masa depan terlihat lebih menenangkan. Bersama tanganmu yang erat tergenggam, aku makin meyakini jalan kita ke depan.