Apa yang menjadi patokan untuk menjadi orang tua yang baik? Apakah ranking anak di sekolah menjadi satu – satunya ukuran?
Ternyata tidak.
Beberapa kajian menemukan bahwa ternyata sebagian beberapa orang tua lebih mementingkan perkembangan kepribadian serta moral anak – anak mereka. Mereka lebih tertarik pada usaha – usaha yang dilakukan oleh anak mereka untuk mencapai keinginannya, atau melihat anak mereka menjadi anak yang baik hati, tenggang rasa dan senang membantu.
Lalu bagaimana mendidik anak agar mereka memiliki sifat – sifat tersebut?
Memang bukan hal yang mudah untuk melakukannya, namun lihatlah sebuah video ini yang menunjukkan seorang anak laki – laki Syria yang berbagi roti dengan teman – temannya walaupun sedang dalam peperangan.
Mengapa bisa begitu? Bagaimana kedua orang tua bocah ini mendidiknya sehingga dia begitu baik hati?
Pada kenyataannya di usia 2 tahun anak – anak telah mengenali hal yang baik dan hal yang buruk. Maka, untuk membiasakan anak berbuat hal yang benar, khususnya untuk berbagi dengan orang lain maka para peneliti menyarankan untuk memuji mereka daripada memberi mereka hadiah.
Alasannya adalah karena hadiah akan membuat anak berfokus pada hadiah sehingga membuat anak berbuat baik hanya jika ada hadiahnya. Namun jika kita memberikan pujian maka anak akan mengerti bahwa berbuat baik dan peduli pada orang lain itu baik juga bagi mereka.
Pujian seperti apa yang seharusnya kita berikan pada anak?
Psikolog Christopher J. Bryan menemukan fakta bahwa kata benda akan lebih efektif dari pada kata kerja. Sebagai contoh pujian seperti “Wah hebat, kamu memang penolong!” akan lebih efektif dibandingkan dengan pujian seperti “Wah hebat, kamu memang suka menolong!”
Hal ini disebabkan karena kata benda dalam pujian tersebut menjadi seperti cermin yang merefleksikan diri kita sendiri. Sehingga ketika anak disebut penolong, maka dia akan menyadari bahwa dia memiliki sifat yang suka menolong, dan seiring waktu maka sifat tersebut akan menjadi bagian dari dirinya.
Hal yang sama juga berlaku pada hal – hal buruk yang dilakukan oleh anak – anak. Untuk menyadarkan anak mengenai apa yang mereka lakukan dalah hal yang tidak baik kita harus bisa mengajarkan mereka tentang rasa malu dan rasa bersalah.
Rasa malu membuat anak mencap dirinya sebagai orang yang tidak baik dan cenderung membuat anak merasa rendah diri dan tidak berarti. Namun rasa bersalah memberikan efek yang berbeda. Rasa bersalah akan membuat anak mencoba untuk melakukan hal yang baik untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya.
Cara yang paling efektif untuk menunjukkan kesalahan pada anak dan membuatnya merasa bersalah adalah dengan mengungkapkan kekecewaan kita dan menjelaskan akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh anak. Cara ini akan membuat anak mengerti apa yang buruk dan menilai sikapnya sendiri, bahkan bisa jadi membuat anak mampu berempati terhadap orang lain.
Untuk menunjukkan kekecewaan, kita bisa menggunakan kalimat seperti “Ibu tahu adek nggak sengaja, lain kali jangan diulangi ya?!” atau “Adek anak baik kan?! Lain kali nggak boleh gitu ya?!”
Tapi yang perlu kita ingat adalah, anak – anak belajar lebih cepat dengan melihat tingkah laku kita! Jika kita memang ingin anak kita jadi orang yang baik, maka sering – seringlah mencontohkan perbuatan – perbuatan baik kepada mereka.
Kita tidak ingin kan suatu hari kita ditegur oleh anak kita gara – gara kita melakukan apa yang kita larang pada mereka?!