Satu hal yang jarang terungkapkan oleh cerita cinta adalah bagaimana kita berkompromi dengan kecewa. Sebaik apapun hubungan yang dijalani, kecewa dan pedihnya sakit hati pasti pernah dirasa.
Kalau memang dia menyakiti, tinggalkan saja dia. Mudah, kan?
Di bibir mungkin kalimat itu mudah untuk diucapkan. Pergi dan mencari bahagia di tempat lain adalah pilihan tepat jika kamu merasa dikecewakan. Namun, jika bicara soal cinta, bukankah ia tak pernah datang tiba-tiba? Layaknya bunga yang kamu tanam di pot kecil sudut kamarmu, ia bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Memilih untuk mengganti bunganya saat ia belum mengembang sempurna, sama artinya mematikan kemungkinan cinta terindah dalam hidupmu.
Kecewa atau bahkan sakit hati parah selalu bisa membuatmu belajar. Yakni belajar untuk menawarkan cinta yang jauh lebih indah.
ADVERTISEMENTS
Kecewa itu wajar, sakit hati itu pasti. Keduanya manusiawi dirasakan oleh kamu yang sedang belajar mencintai
Bicara soal logika dasar, hubungan itu ikatan antara dua orang yang memiliki watak yang berbeda. Kamu dan dia punya pola pikir yang tak sama. Patah hati jelas sangat mungkin terjadi. Merasa kecewa karena perilaku dan perkataannya tak bisa dihindari. Kamu bukan dia dan dia pun bukan kamu. Kalian berdua masih sama-sama belajar saling mencintai. Sekali dua kali mengecewakan pasangan adalah hal yang lumrah. Biar bagaimanapun, kamu dan dia tetap manusia yang pernah berbuat salah.
Sesekali kamu pasti pernah terluka oleh durinya, namun bukan berarti mawarnya tak indah, kan?
ADVERTISEMENTS
Memilih pergi setelah kecewa memang cara cepat untuk mengobati luka hati. Namun kamu tak akan tahu rasanya benar-benar mencintai
Setelah kecewa, pergi memang solusi cepat agar tak lagi merasa sakit hati. Menghapus semua kontaknya, menolak menemuinya hingga mem-block semua medsosnya. Semua itu memang ampuh untuk mengobati luka hati.
Namun, jika kamu memilih untuk pergi, kamu tak akan tahu apa itu cinta sejati. Memilih untuk pergi, mencari sosok yang baru, pergi lagi ketika disakiti, mencari sosok baru lagi dan begitu seterusnya. Mana bisa kamu melihat cinta sejati dengan cara seperti itu?
Cinta yang sesungguhnya tak sebercanda itu. ‘Cinta’ tak bisa kamu temukan dengan cara seperti itu. Mencintai yang hakiki akan muncul setelah kamu mau belajar mencintai, meski pernah dibuat kecewa. Mau belajar memaafkan meski dia pernah membuat hatimu sedikit terluka.
ADVERTISEMENTS
Belajar mencintainya lagi setelah dibuat kecewa memang bukan perkara mudah, tapi setelahnya kamu pasti jadi pribadi yang lebih dewasa
Hidup tak melulu berjalan sesuai dengan ekspektasimu. Kecewa dan mencintai lagi, adalah sebuah proses untuk menemukan cinta sejati
Tak ada yang bilang bahwa belajar memaafkan dan mencintai lagi setelah dia melukis kecewa itu mudah. Sulit bahkan. Jika tak memiliki kemauan kuat untuk belajar memahami cinta, mana mampu mengesampingkan kecewa?
Belajar memaklumi kecewa. Belajar menolelir kesalahannya. Dari situ pribadimu akan dibentuk agar lebih terbuka dan dewasa. Memahami cinta tak lagi perkara bahagia semata. Memaknai cinta dengan lebih rasional. Mengakui kecewa dan patah hati, kemudian belajar mencintai lagi.
ADVERTISEMENTS
Cinta itu tumbuh dari benih yang kamu tanam. Biarkan ia tumbuh, sembari belajar untuk tak saling mengecewakan
Harus benar-benar diyakini bahwa cinta itu tidak pasif. Ia akan tumbuh sering perjalanan yang kalian lalui berdua. Baik itu momen bahagia, saat-saat kalian tengah dirangkul cinta, hingga momen yang menyayat hati seperti dikecewakan oleh yang terkasih. Semua itu mendewasakan cinta kalian.
Biarkan cintamu tumbuh dewasa seiring hubungan kalian semakin matang. Mengecewakan pasangan itu hal wajar. Seiring berjalannya waktu, kalian akan belajar untuk menemukan makna cinta sejati dengan bisa menolelir kecewa dan belajar untuk tak lagi saling membuat patah hati.
Dalam hubungan, kecewa itu pasti dan patah hati itu hanya perkara waktu saja. Namun dengan mau memaklumi dan sudi belajar untuk tak membuat patah hati, cinta sejati bisa kamu temukan dari sana