Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang saat ini kembali menghubungiku. Apakah kamu ingat dulu pernah pergi begitu saja dari hidupku? Berucap ingin menjauh karena merasa tak cocok lagi denganku? Mungkin kamu lupa kalau dulu pernah berkata bahwa sudah tak ada perasaan lagi kepadaku.
“Ah sudahlah, kamu adalah manusia yang juga pernah lupa atas ucapan-ucapan lalu.”
Sayangnya aku tak seperti yang dulu. Saat ini aku telah berubah, menjadi pribadi yang lebih tegar dalam menjalani hidup. Banyak pelajaran yang aku ambil dari kebersamaan kita dahulu. Saat itu mungkin aku lemah dan telah bersedih dalam kurun waktu cukup lama ketika kamu meninggalkanku. Namun, setelah bertemu dengan dia, aku sadar bahwa banyak waktu terbuang.
“Ya, dia adalah lelaki yang berhasil membuat wajahku sanggup melihat kembali indahnya langit.”
Dia telah berhasil menata puzzle-puzzle hidupku lagi. Memberikan kecerahan padaku bahwa dunia ini sangat indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ya, aku pun yakin untuk mengikat keseriusan hubungan ini dengannya. Ya, ini adalah cincin istimewaku yang telah melingkar dijari manis. Tanda hubunganku dengannya untuk menghabiskan hidup bersama sampai akhir nanti.
ADVERTISEMENTS
Mungkin kamu belum tahu bahwa sudah ada cincin yang melingkar di jari manisku. Bisa jadi alasan itu yang lantas menguatkan tekadmu.
“Ini cincinku. Tanda kebersamaan aku dan dirinya sampai akhir nanti.”
Kisah yang pernah kita lalui bersama itu telah tertutup. Tapi, ternyata kamu ingin membukanya lagi. Kamu mulai menghubungiku dengan sebuah kalimat sapa:
“Hai, kamu apa kabar sekarang?”
Melihat pesanmu aku cukup heran, karena tak menyangka kamu akan menghubungiku lagi. Menghubungi saat aku telah bersama dirinya. Aku tak menyalahkanmu, karena dirimu memang tak mengetahui ikatan yang sudah aku jalin dengannya.
ADVERTISEMENTS
Bukan salahmu yang mencoba menjalin komunikasi kembali. Toh, aku memang tak pernah menunjukkan pada siapapun soal cincin istimewa ini.
Awalnya aku bingung harus menyikapimu bagaimana. Tapi, dia memberikan kepercayaan padaku untuk menanggapimu sebagaimana mestinya seperti kepada seorang teman. Oleh karenanya, aku pun tetap menjawab beragam pesanmu yang pada akhirnya menimbulkan kekecewaan. Ya, hal itu terjadi ketika dirimu mulai memberikan sinyal-sinyal membuka kisah baru bersamaku.
Kamu tak salah karena memang aku yang tak mengumbar kepada siapapun tentang ikatan bersamanya. Wajar jika kamu mendekatiku lagi. Aku paham itu, begitupun dengannya. Semoga hatimu mengerti keputusanku ini.
ADVERTISEMENTS
Entah apa yang membuatmu begitu ingin mengulang kisah lama kita. Tapi maaf, perasaan ini sungguh telah kuberikan untuk dia.
Mungkin sulit bagimu untuk menerima kenyataan ini. Tapi, inilah yang terjadi. Inilah keputusanku untuk menggapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Aku tahu dengan pasti ke mana akhir dari perjalanan cinta ini, yaitu bersamanya. Maaf, karena perasaan ini telah kuberikan untuk dia.
ADVERTISEMENTS
Awalnya kamu terdiam saat aku mencoba menjelaskan. Kamu seperti tak menyangka kalau ternyata aku sudah menentukan masa depan.
“Aku sudah memilih masa depanku. Maaf, jika hal ini membuatmu terdiam saat mendengarnya.”
Aku sadar bahwa ketika kamu mulai mendekatiku, akan ada kisah lama yang kembali berputar dalam memori ini. Namun, dia selalu mendampingiku dan memahamiku dengan baik. Dia tahu sebaiknya aku harus bagaimana saat kamu menghubungiku. Dia berkata:
“Tanggapilah seperti kamu menanggapi pesan teman-temanmu. Jika dia memperlihatkan sinyal itu kembali, ada keharusan untuk menunjukan bahwa kamu dan aku telah terikat.”
Dan setelah mendengarnya, kamu pun terdiam. Sebuah reaksi yang aku pahami bahwa kamu tak sepenuhnya percaya kalau aku telah menentukan masa depan dengan siapa.
ADVERTISEMENTS
Kamu adalah bagian dari masa laluku. Terima kasih telah memberi banyak pelajaran berharga yang kini semakin menguatkanku.
Aku tak pernah melupakan kenangan kita dahulu. Aku hanya menutup dan membuka lembaran baru untuk hidupku selanjutnya. Kenangan pahit dan indah yang pernah kita lalui bersama, telah aku jadikan pelajaran untuk di kemudian hari. Terima kasih karena telah mengisi hari-hari dahulu. Terima kasih atas kenangan itu yang membuatku menjadi lebih tegar dan dewasa dalam menyikapi hidup ini.
ADVERTISEMENTS
Aku hanya berharap yang terbaik untuk diriku dan dirimu. Semoga Tuhan memberikan skenario terindah untuk kamu yang dulu pernah jadi bagian hidupku.
“Aku percaya Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.”
Kita dulu pernah memanjatkan doa bersama bahwa Tuhan akan memberikan kita jalan terbaik sesuai skenario-Nya. Bagiku, doa tersebut masih berlaku hingga sekarang. Meskipun kamu dan aku telah berpisah, namun hubungan pertemanan ini masih terjalin. Ya, semoga tetap terjalin sebagaimana mestinya. Aku dan kamu pun tahu bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Harapanku, semoga Tuhan selalu memberikan skenario terindah pada hidupmu dan hidupku masing-masing.
Terima kasih atas segala kenangan yang pernah kau ukir bersamaku di masa lalu. Namun, saat ini aku telah bersamanya yang bersedia menerimaku dan membuatku berani melangkah ke depan lagi. Maaf jika hal ini telah menyakitkanmu, tapi sebuah kejujuran adalah yang terbaik aku lakukan. Sama sepertimu saat pergi menjauh dariku. Maaf sekali lagi karena jari manis ini sudah ada yang mengisi.