Haruskah Wanita Asia Berhenti Mengencani Pria Bule?

Pada tanggal 28 Mei lalu, Thought Catalog melansir sebuah artikel yang cukup menghebohkan. Seorang kontributor Thought Catalog bernama Anne Gus menulis artikel yang menyarankan wanita Asia untuk berhenti mengencani laki-laki bule. Artikel ini mendapat respon keras dari wanita Asia yang sedang menjalani hubungan dengan pria kaukasian. Tapi tidak sedikit juga yang memberikan dukungan. Kontroversi artikel ini berlanjut ke ranah twitter, dimana berkembang hashtag #stopWMAW (Stop White Man – Asian Woman). Sebenarnya, apa sih argumen yang ditulis oleh Anne Gus?

1. Pria Kulit Putih Mengencani Wanita Asia Karena Kultur patriarki

The WMAW phenomenon is itself one steeped in Patriarchal values, sexism and racism. Ever since its breakout, it has caused white men to trick millions of Asian women into relationships in which they’re being heavily taken advantage of.” – Anne Gus.

Masyarakat Patriarki

Masyarakat Patriarki via 2.bp.blogspot.com

Menurut Anne Gus, pria ras kaukasian yang mengencani wanita Asia memiliki kultur patriarki yang tinggi. Mereka mengelabui wanita-wanita ini agar mau dikencani dan kemudian memanfaatkan keberadaan mereka.

2. Pria Kulit Putih yang memilih wanita asia sebenarnya sedang terkena virus Yellow Fever (demam kulit kuning)

Dalam artikel tersebut, Anne mengungkapkan bahwa kecenderungan pria kulit putih mengencani wanita Asia bisa terjadi karena virus Yellow Fever. Virus ini tersebar seiring meningkatnya pasangan pria Kaukasian dan wanita Asia. 

Yellow Fever, atau dikenal juga dengan “Asiaphile” sebenarnya sudah menjadi bahan penelitian oleh Columbia University. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa alasan banyaknya fenomena pasangan Kaukasian-Asia muncul adalah karena wanita Asia tidak pernah mendiskriminasi pria kulit putih. Namun, mereka masih mendiskriminasi pria kulit hitam dan pria Latin. (sumber, disini )

Nah, berbeda dengan hasil penelitian tersebut, Anne Gus memandang Yellow Fever sebagai bentuk dehumanisasi pria Kaukasian terhadap wanita Asia.

“Upon contraction of Yellow Fever, White men suddenly stop going after strong and beautiful white women like myself, and start trading us for our shorter, black haired and more yellow-hued sisters, namely, you people. Yellow fever is classed as a mental aberration and causes White men not only to date outside their own race, but also to see you Asian women as nothing but dehumanized, servile Toshiba robots.” – Anne Gus.

3. Wanita Lemah vs Fenomena Hentai

“They do this, of course, to feed their own twisted need to feel masculine and dominant, while exotifying, objectifying and dehumanizing you poor Asians. You hear that Asian women? They think you’re exotic, like Fanta Exotic. That’s right. White Men think you’re about as human as a carbonated drink. Think about that for a second.”  – Anne Gus

Fenomena Hentai

Fenomena Hentai via www.japanator.com

Dalam artikelnya, Anne Gus berpendapat bahwa media di Asia masih menempatkan wanita sebagai subjek yang lemah. Sementara, banyaknya video-video porno bertema hentai yang diakses oleh pria di seluruh dunia membuat mereka ingin mengeksplor sisi dominannya. Masih menurut Anne, wanita Asialah yang paling bisa memenuhi fantasi seksual submissive – dominan ini.

Keheb0han belum selesai. Belakangan diketahui bahwa Anne Gus adalah laki-laki usia 20-an yang juga anggota sebuah situs pembentukan badan. Ia mengaku menulis artikel tersebut karena dilanda kebosanan dan ingin menciptakan lelucon. (sumber, disini )

Nah, bagaimana menurut kamu? Apakah wanita Asia harus berhenti mengencani pria bule, atau ikuti kata hati saja?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.