Dalam tragedi Yunani kuno Hecuba, sang tokoh utama berubah jadi anjing karena tak mampu menanggung kesedihan sebagai manusia. “Hidup itu tak pernah pasti. Kita akan selalu bisa hancur oleh sesuatu yang tak mampu kita cegah,” terang guru saya dulu. “Itu resiko menjadi manusia. Kalau nggak tahan, ya jadi anjing saja.”
Kandasnya hubungan cinta adalah salah satu bukti betapa hidup tak pernah pasti. Orang yang semula selalu ada untuk kita kini lenyap begitu saja. Nggak ada lagi yang bisa diajak tertawa bareng, makan serakus-rakusnya bareng, menggila dan konyol bareng — atau sekadar menggenggam jemari satu sama lain dan menikmati sunyi.
Itulah kenapa putus cinta bisa sangat menyakitkan. Walau begitu, saat hati kita sudah terobati suatu hari, kita akan mampu mengerti hal-hal berikut ini:
ADVERTISEMENTS
1. Kamu akan tahu rasanya remuk redam, hidupmu timpang — hanya untuk menyadari kalau kamu tak boleh menyalahkan diri sendiri
Wajar untuk merasa kaget dan ganjil saat kita kembali single. Tapi, itu bukan alasan untuk terus mengasihani diri. Berpikir bahwa kita adalah korban, bahwa kita terlalu lemah menghadapi masa depan, tidak akan membantu menyembuhkan luka.
Mungkin saja bukannya kamu nggak percaya kalau lukamu bisa sembuh. Mungkin kamu cuma nggak mau sembuh — kamu ingin terus mencengkeram hati yang sudah keropos itu.
Sadarilah sekarang juga: ada sisi-sisi dirimu yang masih utuh dan fungsional. Sisi-sisi itu membuat masa depanmu pantas diperjuangkan.
ADVERTISEMENTS
2. Di tengah turbulensi hidup yang membuatmu terguncang, kamu akan tahu bahwa menjadi bahagia adalah pilihan
Kalau (seperti saya) kamu muak “dipaksa” berpikiran positif,
Dan kalau (seperti saya) kamu sering bikin orang jengkel dengan bertanya kenapa kita harus bahagia, atau kenapa kebahagiaan itu penting:
Menjadi bahagia itu bukan keharusan, tapi pilihan. Jadilah bahagia bukan karena itu penting, melainkan karena itu akan membantumu bertahan saat kamu merasa tidak penting.
ADVERTISEMENTS
3. Terkadang kamu justru malu saat sadar bahwa banyak hal yang sudah kamu lewatkan selama sibuk pacaran
Tahu ‘kan pasangan yang kemana-mana selalu berdua? Mungkin kamu dan (mantan) pacarmu adalah contohnya, cuma saja selama ini kamu nggak sadar. Kamu terlalu sibuk menghangatkan diri dalam gua yang dalam dan nyaman bersama dia.
Putus adalah momen di mana kamu terdepak keluar dari gua itu. Kamu menjejaki dunia yang sebenarnya lagi. Akan ada keterasingan yang kamu rasakan, tapi jangan gentar. Kamu harus merasa terasing untuk paham bahwa setiap orang — setiap orang — memiliki sesuatu yang membuat mereka pantas atas perhatian dan penghargaanmu.
ADVERTISEMENTS
4. Hatimu perlahan melewati proses transisi. Cinta ternyata bisa diberikan pada saja. Tanpa kekasih pun kamu tak harus merasa kekurangan cinta
Sastra Yunani Kuno mengenal beberapa kata untuk cinta. Eros untuk cinta yang berlandaskan hasrat. Philia untuk cinta kepada keluarga dan teman. Agape untuk kesediaan berkorban kepada kemanusiaan dan Tuhan.
Lihat, ‘kan? Cinta itu nggak cuma eros. Seberapa menyakitkan pun akhir hubungan romantis kita, seberapa lecet pun hati yang sekarang kita punya, bukan berarti kita kehilangan kemampuan mencintai kita.
ADVERTISEMENTS
5. Saat menilik lagi hubungan yang sudah kamu lalui, kamu akan mengerti bahwa cinta selalu sepaket dengan kerelaan untuk berkorban tanpa henti
Kita akan mulai memahami bahwa cinta nggak cuma soal hal yang indah-indah saja. Cinta antara dua orang nggak mungkin bertahan tanpa usaha terus-menerus — usaha yang kadang melelahkan dan selalu membutuhkan partisipasi dua orang.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu akan gatal mencari pelampiasan sementara. Padahal sisi dirimu tahu bahwa aksimu sama sekali tak dewasa
Kamu akan gatal menambal rasa hampa di hatimu dengan mendekati orang baru. Ssssst….sebenarnya kamu nggak tertarik dengan orang itu — kamu cuma nggak tahan sendirian dan takut merasa kesepian.
Kamu tahu bagaimana kisah ini akan berakhir. Orang yang jadi pelampiasan sementaramu akan sakit hati karena dibohongi, sedangkan kamu akan merasa lebih hampa dari semula.
7. Di tengah kacau balaunya hidup, kamu akan mencari kekuatan besar di luar diri yang bisa jadi pegangan
Kalau kamu percaya takdir, kamu harus mulai berbaik sangka pada Tuhan dan alam raya. Percayalah bahwa mereka telah menyimpan rencana yang sempurna untukmu.
Kalau kamu tidak percaya, ingat-ingatlah kisah Sisyphus — yang dikutuk para dewa untuk mengangkat batu sampai atas bukit, hanya untuk mendapatkan batu itu kembali ke dasar bumi. Begitu terus selama-lamanya.
Intinya, bahkan jika perjuangan itu berakhir percuma, yang terpenting adalah fakta bahwa kamu berusaha.
“The struggle itself … is enough to fill a man’s heart. We must imagine Sisyphus happy.” – Albert Camus
8. …Dan itulah bagaimana kamu bisa mulai mempercayai diri sendiri lagi
Mempercayai sesuatu yang lebih besar dari kamu adalah sama dengan mencari makna hidup. Dengan kehidupan yang lebih bermakna, kamu mulai bisa mempercayai dirimu sendiri dan usahamu.
Kamu juga akan sadar bahwa seberapa sakit hati pun kamu, musik kesukaanmu akan tetap enak didengar. Tempat bakso favoritmu tetap jualan dan dagingnya tetap enak. Teman-temanmu tetap mencintaimu. Keluargamu tetap ngotot mau merangkulmu. Segalanya akan baik-baik saja.
9. Perlahan justru timbul rasa heran, “Kenapa dulu kamu bisa jatuh hati padanya?”
Ketika lukamu mulai sembuh, nostalgia akan membuatmu terpana: apa sih yang dulu membuatmu jatuh hati?
Ini karena kamu tak lagi memandang masa lalu melalui kaca pembesar merah jambu. Sekarang, kamu mampu melihat segalanya dengan warna-warna yang apa adanya.
Kamu akan keheranan kenapa dulu kamu tak mampu melihat warna-warna itu.
10. Bahkan kamu bisa bengong dan cekikikan sendiri saat melongok rentetan pengorbanan yang pernah rela kamu lakukan demi dia
Masih ingat waktu kamu begadang untuk bantu dia mengerjakan tugas kuliah? Waktu kamu memanjangkan rambut karena dia nggak suka cewek berambut pendek? Waktu kamu, yang nggak bisa masak, membeli buku resep makanan demi menghidangkan risotto untuknya?
Jangan pernah lupakan momen-momen itu. Mereka adalah bukti bahwa kamu pernah sungguh mencintai seseorang.
Hey, at least it was cute.
11. Seiring waktu kesendirianmu tidak lagi terasa menakutkan. Rasa sepi itu mulai berubah jadi nyaman
Kamu akan mulai terbiasa sendiri, dan kamu akan paham kalau sendirian tak harus berarti kesepian.
Setelah kamu putus, kamu semakin sibuk dengan pekerjaan ataupun lingkaran sosialmu yang lain. Kamu pun mulai mengakrabi hal-hal baru, yang sebelumnya tak pernah terbayangkan bisa menyenangkanmu.
Lalu kamu mulai mengenang pertengkaran waktu kamu pacaran dulu. Alasan kalian bertengkar kini terasa absurd. Kalian memang dua orang yang begitu bertentangan, dan kamu senang kalian berdua cukup pintar untuk mengakhiri hubungan kalian itu.
12. Hubunganmu dengan mantan? You can be friendly, but not friends, with them
Karena dunia kalian beririsan atau memang takdir yang menentukan, kamu pun bersua lagi dengannya. Kamu tersenyum, menanyakan kabarnya, mengangguk sopan, lalu pamit pulang.
Kamu mampu ramah padanya karena sudah bisa menerima bahwa dia lebih dari sekadar coreng pada nasibmu, atau pisau yang mencolok-colok matamu. Namun tetap saja, mustahil bagimu untuk “berteman biasa” dengannya.
Mungkin karena kamu telah merasakan betapa normal dan biasa saja hidup tanpa dia. Sementara itu, kalau kamu mau menjadikannya teman, kamu akan perlu usaha ekstra dan menyesuaikan diri lagi.
13. Suatu hari kamu akan bangun dan mengerti. Patah hati yang sesungguhnya justru muncul ketika perasaanmu sudah hilang sama sekali
Kamu bangun di pagi hari dan nggak ada dorongan ingin mengecek Twitter atau Facebook-nya. Ketika kamu terjaga di malam hari, yang kamu pikirkan juga bukan lagi dia.
Di hatimu, tidak ada penyesalan. Tidak ada kemarahan. Tidak ada bilur.
Tidak ada juga sisa rasa hangat saat mendengar namanya. Di hatimu, tidak ada apapun.
Dan itulah patah hati yang sebenarnya. Kamu dihadapkan pada curiga dan ribuan tanda tanya: jika cinta yang kuat pun akhirnya bisa mati…bagaimana nasibnya hubungan-hubungan yang lain, yang “biasa-biasa saja”, yang tak dilandasi rasa sekuat dan setulus itu?
14. Akhirnya dorongan untuk move on muncul dalam diri. Gembok hatimu sudah ditemukan lagi. Kamu mulai mau membuka diri
Setelah sakitmu pudar, yang akan kamu rasakan adalah kenyamanan melakukan segalanya sendirian. Kemudian, tanpa terencana, kamu akan kembali jatuh cinta. Kali ini dengan orang yang sama sekali berbeda.
Mulanya kamu akan bersikap defensif dan menarik diri. Kamu akan dibingungkan oleh perasaanmu sendiri. Kamu akan bertanya dalam hati: “Siapa dia, kenapa aku, dan berapa banyak dari jiwanya yang akan rela ia curahkan?”
Namun, kamu akan belajar perlahan-lahan untuk mengabaikan segala curiga dan ragu. Kamu menatap lekat orang yang baru itu, dan tahu ia berhak kamu beri kesempatan.
Semuanya baik-baik saja.
15. Dulu kamu sempat takut gila kalau tahu mantanmu sudah punya pengganti. Tapi hidup ternyata tetap berjalan walau dia tak di sisi
Setelah lama mundur dari kehidupanmu, tiba-tiba si mantan menelepon. Kamu mengenal baik suaranya. Hanya intonasi dia yang sedikit berbeda.
“Undangannya sudah sampai?”
Di dalam kotak surat depan rumahmu, sudah ada sebuah amplop berbordir. Ada nama mantan pacarmu di sana, berjajar dengan sebuah nama asing yang belum pernah kamu dengar sebelumnya. Namamu juga ada di undangan itu, sih, tapi dicetak di atas sticker kertas putih dengan pengantar: “Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan gelar atau ejaan.”
Kamu tersenyum lebar-lebar. Siapa sangka kalau akhirnya kamu akan menyalaminya, alih-alih mendampinginya, di pelaminan? Hidup memang selalu penuh kejutan.
16. Walau kini kalian sudah tidak bersama, ada bagian dirinya yang akan selamanya tinggal dalam dirimu…. And that’s okay.
Moving on bukan berarti kamu bersikap seolah tak pernah mengenalnya. Moving on adalah menyadari bahwa dirimu sebelum dan sesudah bersamanya adalah dua pribadi yang jauh berbeda. Dan kamu nggak bisa kembali ke dirimu yang dulu lagi.
Moving on adalah menerima dengan ikhlas bahwa selalu ada bagian dari dirinya yang menyatu dengan jiwamu. Dan bahkan ketika kalian sudah berpisah, bagian-bagian itu akan tetap ada di dalammu.
Segalanya baik-baik saja.