Dalam hidup, manusia selalu menginginkan jalinan hubungan yang adem ayem. Tapi sayangnya, jalan hidup nggak selalu mematuhi keinginan manusia. Harapan yang berjalan tak seperti rencana adalah jalan yang sudah biasa, kata salah satu bait lagu FSTVLST. Adakala hubungan yang dibina harus kandas, atau keakraban yang menghangatkan tiba-tiba lenyap begitu saja. Hal yang terakhir ini sering dikenal dengan istilah ghosting, yaitu tindakan memutuskan hubungan dan komunikasi tanpa sepatah kalimat penjelasan.
Nggak dimungkiri, ghosting dalam hubungan kencan atau pertemanan bisa dianggap sebagai satu perlakuan yang nggak mengenakkan. Baik bagi yang melakukan karena bakal ada kecenderungan merasa bersalah, apalagi bagi si korban yang segera akan dipenuhi beragam pertanyaan. Bukankah idealnya setiap persoalan harus disikapi dengan dewasa melalui komunikasi? Tapi kalau mau bersikap adil, ghosting itu nggak salah-salah amat, kok. Ada beberapa hal yang bisa jadi pengecualian untuk boleh memutuskan hubungan tanpa ada kewajiban menjelaskan apa pun.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu belum pernah bertemu, dan merasa nggak ada yang akan didapat dari hubungan yang terbangun
Jujur saja, setiap apa yang kita lakukan dalam hidup berorientasi pada konsep untung-rugi. Bahkan dalam hubungan sekalipun, ada sesuatu yang kita inginkan dan itu harus didapat, bukan? Bentuknya bisa bermacam. Entah sekadar afeksi atau hal lain. Nah, jika dalam hubungan saat ini kamu nggak punya atau merasa nggak akan berhasil mencapai tujuan-tujuan yang kamu inginkan, ghosting adalah langkah yang boleh dilakukan. Apalagi kalau kamu belum pernah bertemu dengan seseorang tersebut dan hanya melakukan hubungan via media sosial. Efek drama dari ghosting nggak akan begitu mengganggu kedua belah pihak.
ADVERTISEMENTS
2. Pertemuan nggak sesuai ekspektasi, atau dia orang yang nggak kamu suka
Lagi-lagi, hidup manusia dipenuhi bermacam ekspektasi. Termasuk ketika saat memutuskan untuk melakukan kencan pertama. Ada banyak gambaran ideal yang melintas. Tapi jika apa yang kamu bayangkan tentang seseorang itu nggak terjadi, atau sialnya malah berujung “bencana” seperti katakanlah si dia melakukan kekacauan, kamu boleh kok nggak melanjutkan hubungan dan komunikasi. Bukan berarti jahat, tapi lebih kepada memberikan orang tersebut ruang untuk instropeksi diri.
Selain itu, jika kamu mengetahui seseorang yang sedang berhubungan denganmu itu punya beberapa hal atau sikap yang nggak sesuai dengan apa yang kamu yakini, semisal dia kasar atau posesif, ghosting bisa jadi satu jalan jika mengutarakan ketidaksukaan secara langsung dirasa nggak mungkin.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu menjalin hubungan dengan orang yang penuh kebohongan
Sederhana saja, jika seseorang menjalani hubungan denganmu dalam kebohongan demi kebohongan, maka menghilang dari kehidupannya tanpa menjelaskan apa pun bukanlah sesuatu yang salah. Intinya, jika seseorang nggak mau jujur sebagai dirinya sendiri dihadapanmu, atau nggak memberikanmu rasa hormat yang layak dengan bersikap jujur, mengapa ia harus mendapatkan hal yang sebaliknya darimu? Lagi-lagi, ghosting di sini bukan berarti kamu seorang yang jahat.
ADVERTISEMENTS
4. Punya perasaan aneh atau negatif terhadap seseorang
Intuisi adalah satu kemewahan yang kita miliki, dan mengandalkannya bisa menyelamatkanmu dari beragam drama dalam hubungan. Jika kamu menangkap semacam getaran aneh atau hal negatif dari seseorang, tanyakan pada dirimu sendiri: apakah ingin melanjutkan hubungan, atau memutuskannya. Kalau melanjutkan hubungan malah akan menimbulkan perasaan nggak aman, maka ghosting seperti dikatakan dalam satu artikel Psychology Today merupakan cara paling mudah dan praktis. Mengakhiri sesuatu yang sepertinya buruk di awal akan lebih mudah daripada nanti ketika kamu sudah masuk terlalu jauh.
Komunikasi barang tentu merupakan jalan ideal dan dewasa untuk mengakhiri sebuah hubungan. Sementara ghosting, bisa jadi sesuatu yang menyakitkan untuk diterima. Tapi di sisi lain, ia bisa pula jadi penyelamatmu dari dinamika drama yang mungkin saja bisa lebih menyakitkan jika ghosting nggak dilakukan.