Artikel kali ini dipersembahkan oleh Makanluar, aplikasi yang menawarkan pilihan restoran berkualitas dan cara nyaman untuk reservasi online — demi pengalaman makan yang layak dikenang.
Gadisku yang tak pernah banyak meminta,
Dari dirimulah aku belajar makna memberi dan menerima. Bahwa cinta adalah tentang mencukupi tanpa harus selalu terlebih dulu dimintai. Bahwa ikhlas adalah senyumanmu saat aku belum sepenuhnya bisa membuatmu bangga, saat diriku kadang masih saja membuatmu sedih dan kecewa.
Dari dirimu, aku belajar arti kesederhanaan. Bahwa kencan terbaik kadang tak harus direncanakan. Bahwa tak perlu hari khusus seperti Valentine’s Day untuk saling mengungkapkan rasa. Bahkan kita tak selalu perlu kata-kata. Cukup dengan pandangan mata, kita mudah memahami apa yang satu sama lain pikirkan dalam kepala.
Kau telah mengajarkanku banyak hal. Tentang diriku, tentang kehidupan. Walau kau tak pernah banyak meminta, izinkanlah aku kali ini memberikan yang terbaik yang aku bisa. Bukan hanya lewat kata-kata. Namun juga tindakan nyata.
ADVERTISEMENTS
Selama ini kaulah yang setia mendampingi. Pribadimu dewasa dan menggenapi, membuatku berhenti mencari
Bisa dihitung dengan jari, momen kau bertanya mengapa padamu aku jatuh cinta. Padahal jawabannya mudah saja: bersamamu, hubungan dua manusia terasa dewasa dan minim drama.
Beberapa kali aku menjalin cinta dengan seseorang yang akhirnya tak bisa kupertahankan. Entah karena perbedaan cara pandang, pribadi yang bertentangan, atau saran keluarga untuk bubar, kami akhirnya sadar bahwa berpisah memang satu-satunya jalan. Dan aku tak bisa bilang itu tak menyakitkan.
Bukannya membanding-bandingkan. Namun bersamamu, aku bersyukur karena akhirnya mendapatkan pasangan yang bisa kuandalkan. Bukan hanya untuk hari ini, namun juga masa depan. Denganmu cinta bukan hanya formula kata-kata manis, namun juga kerelaan untuk memaafkan saat salah satu dari kita terbentur kekhilafan. Pun penyemangat saat yang lain mesti terantuk batu karang.
Dan ingatkah ketika kau pertama kali berjumpa keluargaku? Di Burgundy, Lembang, tempat favorit Ayah dan Ibu karena pelayannya yang selalu sabar dan pemandangan pegunungannya yang temaram saat malam. Kau membuat makan malam kita penuh tawa meski dirimu gugup pada awalnya.
Ayah dan Ibu menerimamu dengan tangan terbuka. Sama sepertiku, mereka kagum pada sosokmu yang hangat dan dewasa.
ADVERTISEMENTS
Kau lugas tanpa rahasia, lebih banyak memberi daripada meminta. Tak ada pilihan bagiku selain jatuh cinta.
Kau tak pernah berusaha menyembunyikan dirimu yang sebenarnya. Bahkan sejak kencan pertama — di Royal Stag Dago Utara, aku masih hafal tempatnya — kau tak segan bilang, “Aku orangnya nggak pernah rewel. Kecuali kalau udah soal makanan, hehehe…” Dari steak, mushroom pie, sampai apple crumble kau lahap tanpa malu-malu.
“Ini nanti kita bayarnya share aja, ya,” katamu. Terang saja aku menolak.
“Aku masih punya KTM di dompet, hahaha. Kalau reservasi lewat Makanluar dan punya KTM pesanan kita diskon 10%, lumayan. Lagian apa kamu nggak kesal harus bayarin semua yang aku pesan?”
Kau memaksa. Memang terkadang, kau bisa sedikit keras kepala.
Kita duduk sampai restoran tutup malam itu, bercerita banyak tentang bedanya dunia kuliah dan kerja. Kau yang masih menyusun skripsi (“Tertatih-tatih!” menurut penuturanmu sendiri), dan aku yang sudah mulai merangkak merintis karier. “Aku mau kejar wisuda semester depan,” katamu. “Demi orangtuaku juga.” Kau ingin segera diresmikan sebagai sarjana agar bisa membantu keuangan keluarga.
Jujur, katamu, kau memang tak dibesarkan dalam keluarga yang kaya-raya. Jika menginginkan sesuatu, kau harus berjuang untuk mendapatkannya. “Aku mau adik-adikku bisa hidup lebih nyaman dari aku,” tuturmu. “Senang rasanya ngirim uang ke rekening mereka barang beberapa ratus ribu. Mungkin untuk ditabung, mungkin bisa buat beli buku…”
Di saat banyak gadis lain yang manja dan meminta-minta, kau fokus berjuang untuk memberi sebanyak-banyaknya. Bagaimana aku bisa tak jatuh cinta?
ADVERTISEMENTS
Aku tahu kau tak pernah meminta. Namun izinkanlah diriku membuatmu bahagia, lewat sebuah tindakan nyata
Kita sudah bersama dalam waktu yang tak bisa dibilang sebentar. Selama itu, kaulah yang lebih banyak bersabar. Aku tahu, kau berhak mendapatkan lebih dari apa yang selama ini kuberikan.
Sulit menebak apa yang kau mau saat dirimu nyaris tak pernah meminta. “Apa ya? Hahaha. Aku sudah semua punya yang kubutuhkan, kok,” katamu, saat aku mencoba bertanya.
Namun ini bukan soal mencukupi kebutuhan sandang-pangan-papan. Ini soal membahagiakan seseorang yang istimewa dengan mewujudkan apa yang menjadi keinginannya.
Kita bisa pergi ke Jubilare lagi, misalnya. Memesan tiramisu yang kau bilang paling lembut dan legit sedunia.
Aku pun ingin membawamu pergi ke Feast di Hotel Sheraton, sekali-sekali. Seratus-dua ratus ribu cukup untuk membuatmu bahagia (bukankah makanan adalah pacarmu yang nomor satu dan aku nomor dua?). Lalu bersantai di pinggiran kolamnya, berbincang sambil menikmati smoking cocktail atau shisha.
Ataukah kau akan puas dengan duduk di beranda rumah berdua, ditemani gorengan yang kita beli di gerobak langganan?
Kau akan melahap hidangan tanpa malu-malu, mungkin bahkan sampai menambah pesananmu. Dan aku akan menatapmu dengan seksama, mengingat bagaimana diriku pertama kali jatuh cinta.
ADVERTISEMENTS
Cinta tak datang begitu saja pada kita; ia ada karena kau dan aku berusaha. Dan diriku punya ribuan alasan untuk tetap mengusahakannya
Sapaanmu kala pagi yang masih sanggup mengecup lubuk hati,
Pertanyaan-pertanyaan remeh yang sebenarnya adalah bentuk tulus dari perhatian,
Senyumanmu saat mengabarkan, “Minggu depan aku pendadaran!”
Saat kau berkata, “Aku ingin lebih keras bekerja.” Membuktikan pada perusahaan bahwa dirimu memang layak mereka terima.
Beberapa hal yang kau lakukan untuk membuatku selalu jatuh cinta.
Kita telah bersama untuk waktu yang cukup lama. Namun hari-hari denganmu adalah waktu yang kuharap tak akan ada ujungnya. Sebanyak apapun momen yang pernah kita habiskan bersama, aku menginginkan jauh lebih banyak lagi canda dan tawa. Dan dalam hidupku, kau yang paling mahir menghadirkannya.
Gadisku yang tak pernah banyak meminta,
Kau mandiri dan dewasa, lebih ingin memberi ketimbang menerima. Namun percayalah, kau berhak dibuat bahagia. Dan setelah apa yang kau lakukan untukku selama ini, bukankah sudah waktunya bagiku untuk membalasnya?
Aku ingin membuktikan secara nyata apa yang kurasa. Bolehkah kali ini, kubuat kau merasa bahagia?
Dariku,
Yang selama ini mengagumimu