Ada yang memanggil mereka Simbah, Opa dan Oma, Aki dan Nini, atau sekadar Kakek dan Nenek, layaknya nama yang diberikan buku teks pelajaran Bahasa Indonesia. Bagaimanapun kamu memanggil mereka, Kakek dan Nenek adalah figur yang menempati posisi spesial dalam hidupmu. Kamu tak pernah lupa rasanya dimanja dan dibuat senang sewaktu mungil. Bukan tak mungkin, mereka juga yang pernah “mengambil” dan merawatmu ketika Ayah dan Ibu sedang sibuk-sibuknya mencari nafkah.
Sekarang kakek dan nenekmu sudah tidak sesehat dulu lagi. Karena kamu sudah dewasa juga, frekuensimu bertemu mereka mungkin sudah tak sesering dulu. Kadang muncul rasa kangen dalam hati, ingin kembali ada di dekat mereka lagi. Bagaimana mungkin bisa melupakan figur mereka saat tulusnya kasih sayang selalu kamu rasakan dalam hal-hal ini?
ADVERTISEMENTS
1. Oleh mereka, kedatanganmu begitu dinanti. Seolah dirimu adalah malaikat kecil yang kehadirannya otomatis menyemarakkan hari
Tak pernah kamu merasa begitu dinanti kehadirannya. Begitu kamu datang mengunjungi mereka bersama orangtua, kamu bisa melihat pancaran bahagia di kedua mata mereka.
“Sudah kelas berapa sekarang?”
“Gimana raportnya? Bagus nggak? Sekarang cawu berapa?”
“Ada yang nakal nggak di sekolah? Berapa temannya? Banyak nggak?”
Mereka bertanya bukan untuk sekadar berbasa-basi. Kamu tahu, ada ketulusan dan perhatian dalam setiap pertanyaan yang mereka ajukan. Saat kecil dulu mungkin kamu tak terlalu memperhatikan besarnya kasih sayang kakek dan nenek padamu. Setelah kamu tumbuh dewasa dan kerasnya dunia, barulah dirimu mampu mengapresiasi betapa berharganya pertanyaan dan perhatian kecil dari mereka.
ADVERTISEMENTS
2. Mereka dermawan tanpa kamu minta. Pemberiannya kadang begitu berlimpah sampai kamu harus mencari cara untuk menghabiskannya
Kakek dan nenek mungkin adalah termasuk orang paling dermawan dan ringan tangan yang pernah kamu kenal. Mereka gak akan membiarkan orang lain yang membutuhkan, lewat begitu saja tanpa bantuan. Begitupun kepadamu, membiarkanmu pulang dengan tangan kosong adalah hal terakhir yang mereka inginkan.
Saat kecil dulu, jika kamu membuka pintu rumah dengan tangan yang penuh salak, duren, atau bahkan tempe mendoan, kamu baru saja datang dari kediaman kakek dan nenek. Sekalipun mereka tidak bisa memberikanmu barang secara fisik, mereka akan mencoba menjadi tumpuanmu disaat kamu jatuh, dengan mendengarkanmu, memelukmu, dan bahkan mencium keningmu. Karena mereka mengerti, bahwa dengan memberi, seseorang akan lebih mudah mensyukuri apa yang mereka miliki dan hanya orang yang batinnya kaya lah yang mampu memberi.
ADVERTISEMENTS
3. Mereka bisa 2 kali lipat lebih dewasa dari orangtua kita. Mengajarkan bahwa jalan tercepat dan terberat untuk mendewasa adalah dengan menjadi bijaksana
Kebijaksanaan bukanlah suatu hal yang datang sendiri seiring tumbuhnya kamu menjadi dewasa. Begitu juga dengan kakek-nenekmu, banyak yang terjadi di hidup mereka, sebelum akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang bijak di penghujung umurnya. Mungkin kamu menganggap kakek dan nenek adalah yang paling dewasa, namun mereka tidak menjadi bijaksana dengan tiba-tiba; banyak yang mereka pelajari dari hidup, dan mengalami banyak hal, sebelum akhirnya menjadi seorang manusia yang matang.
Banyak belajar dan banyak berkarya, yang akan membuahkan kebijaksanaan yang nantinya mengantarkanmu menjadi lebih dewasa. Bila kamu jarang berkarya, egomu akan datang menghampiri dan merusak segalanya. Kakek dan nenekmu paham bahwa semua hal memiliki sisi baik dan buruk, dan semua yang buruk pasti akan silih berganti dengan yang baik, begitulah adanya hidup kita yang singkat ini.
ADVERTISEMENTS
4. Saat kamu terburu-buru melakukan sesuatu, merekalah yang mengingatkanmu untuk bersabar. Mereka bilang, kadang sesuatu justru hilang saat ngotot kamu kejar
Hidup tidak seperti perhitungan pasti. Ada kalanya kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan dengan instan. Di saat apa yang diharapkan belum datang, yang kamu butuhkan hanyalah bersabar.
Kakek dan nenek mengajarkanmu untuk bersabar. Tak pernah membentakmu, tidak pernah terang-terangan memarahi, dan selalu menyambutmu dengan kehangatan.
Beraksi cepat, bukan berarti tergesa-gesa, dan menunggu, bukan berarti malas. Kita harus punya pikiran yang jernih dan tenang untuk menghadapi segala hal yang menerpa badai kehidupan ini. Toh, di hidup ini tidak melulu keburukan dan nasib jelek yang akan kamu tuai, ada kebaikan-kebaikan kecil yang terselip di hidupmu, dan membuatmu bahagia asal kamu mau bersabar.
ADVERTISEMENTS
5. Mereka banyak membuatmu tertawa. Berbagai masalah hidup tak pernah membuat mereka menolak bahagia
Menjalani hidup dengan canda dan tawa sudah tak bisa dilepas dari keseharian kakek dan nenekmu. Paling tidak, walau mereka tidak tertawa, mereka ingin bisa membuat orang lain tertawa. Tidak heran kalau mereka begitu humoris dan menyenangkan, sampai-sampai mereka tidak sampai hati melihatmu terduduk menangis karena tidak punya uang untuk jajan.
ADVERTISEMENTS
6. Mereka paling bisa membuatmu ceria saat semangatmu sedang redup. Bagaimanapun, merekalah yang paling hafal siklus jatuh-bangun dalam hidup
Tak jemu mereka menasihati dan mendukungmu untuk setiap cita-cita indah yang kamu mimpikan. Tangan-tangan yang kini sudah berkeriput tersebut, tak lelah memanjatkan doa kepada-Nya demi kelancaran rencanamu. Karena bagi mereka yang sudah di penghujung umur, kesuksesanmu kini adalah segalanya. Tak ada yang lebih membanggakan bagi mereka, selain melihatmu sukses dan berhasil.
Mendidikmu bagai membesarkan pemimpi yang akan melanjutkan estafet kehidupan. Mereka ingin menunjukkan bahwa mimpi besar pasti bisa diraih, asalkan mau berusaha. Tidak perlu takut untuk melangkah, karena mereka sudah membuktikan bahwa hidup tak semengerikan dugaanmu.
Kakek dan nenek selalu merindukanmu, dan tentunya, kamupun tak bisa lepas dari merindukan mereka. Hal-hal yang paling mereka inginkan adalah agar kamu belajar dari kehidupan mereka, yang bisa tersenyum lebar walau tubuh menua.