Jadi orang yang baik memang bagus. Tapi bisa tak bagus buat dirimu sendiri, kalau kamu sudah kelewat baik dan ditambah dengan sifat yang polos sekali. Nggak pernah bisa bilang “nggak”, karena selalu nggak enakan atau nggak tegaan. Padahal kamu sering terlalu memaksakan diri untuk membantu orang lain, sampai dirimu sendiri kerepotan. Sedangkan orang yang pernah kamu bantu belum tentu melakukan hal yang sama kepadamu.
Nggak heran kalau orang-orang yang peduli denganmu entah keluarga atau sahabatmu ini tak kurang-kurang menasehati dan mengingatkan. Meski nyatanya semua ucapan mereka seperti angin lalu yang cuma kamu tanggapi dengan senyuman, dan ucapan “Nggak apa-apa….”. Membuat orang-orang terdekatmu ini terkadang kesal sendiri, seperti sahabatmu yang mendadak bersikap seperti ini ke kamu.
ADVERTISEMENTS
1. Sering sekali bertanya, “Untungnya kamu bantu orang kayak dia itu apa?”
Dia aja kalau kamu lagi susah nggak pernah bantu kamu. Terus sekarang untungnya bantu orang kayak dia apa?
Ya nggak harus ada untungnya juga. Selama aku bisa bantu, ya kenapa nggak.
Ah, terserah deh!
Meskipun jawabannya akan selalu sama, tapi dia akan terus saja bertanya hal itu ke kamu. Sebab dia bertanya, supaya kamu paham kalau selama ini dirimu hanya buang-buang waktu dan tenaga. Peduli dengan orang-orang yang kurang tepat.
ADVERTISEMENTS
2. Tak lagi menasihatimu, tapi kini meledekmu dengan ucapan yang agak nyelekit
Cie, dibayar berapa kamu sama dia? Sampai mau di suruh-suruh ngerjain tugasnya!
Di saat nasihat menggunakan bahasa yang baik-baik tak juga sanggup membuatmu mengerti. Dia pun menyindir atau meledekmu, mulai dengan bahasa yang masih cukup halus, sampai akhirnya cukup nyelekit. Kadang saking nyelekitnya kamu sendiri sebenarnya merasa sedih, dan bertanya-tanya kenapa sih sahabatmu sendiri nggak suka kamu berbuat baik ke orang lain?
ADVERTISEMENTS
3. Kadang dia yang maju untuk mengatakan “tidak”, saat kamu tak bisa menolak sesuatu
Eh, maaf ya An, si Mus sama gue mau ada perlu nih. Jadi minta tolong sama yang lain aja ya.
Emang kita ada perlu apa, Dhan?
Kita mau belajar buat bilang, “nggak”!
Dia bukan pahlawan. Tapi jelas dia orang yang peduli denganmu, yang tak suka kalau kebaikanmu ini selalu dimanfaatkan orang yang tak punya kepedulian yang sama. Karena itu, dia seringkali tak segan-segan maju lebih dulu untuk sekadar bilang “nggak” atau menolak sesuatu yang sebenarnya tak perlu dibantu pun bisa. Bukankah sikap temanmu ini manis sekali?
ADVERTISEMENTS
4. Bukan benci, tapi kekesalannya dengan keluguanmu ini yang buatnya komplain dengan nada tinggi
Bukannya ingin mengajakmu bertengkar, tapi saat dia bilang “Kamu ini baik tapi bodoh” itu karena dirinya sudah terlampau kesal. Kamu diberi tahu baik-baik tak mengerti, disindir, atau diejekpun malah dianggapnya bercanda. Sementara setelah dia komplain dengan nada yang cukup tinggi, kamu justru menganggap dia berubah dan membencimu. Padahal dia memang hanya kesal dengan keluguanmu yang keterlaluan ini.
ADVERTISEMENTS
5. Mendadak diam, seperti tak mau tahu apa yang kamu lakukan, padahal aslinya dia masih perhatian
Namanya cewek, kalau udah gregetan sekali dan malas untuk memberitahu ya jadinya diam saja. Seperti temanmu yang tiba-tiba tak lagi komplain atau menyindir saat kamu membantu seseorang. Kalaupun kamu berusaha meminta pendapatnya, dia cuma bilang terserah atau bergumam “hmmm….” Seolah dia tak peduli lagi dengamu, meski nyatanya dia hanya ingin kamu sadar dengan sendirinya. Bukankah kamu sudah cukup dewasa yang seharusnya pun cukup bijak untuk menganalisa sesuatu ataupun sikap orang lain?
ADVERTISEMENTS
6. Menjaga jarak denganmu, karena dia ingin kamu sadar kalau dirinya kesal dengan sifatmu yang terlalu baik ini
Tega nggak tega, sementara waktu ini dia memang harus menjaga jarak denganmu. Karena dia sendiri sebenarnya tak ingin lepas kontrol akan dirinya, saat segala usahamu tak juga berbuah hasil. Sekarang memang tinggal kamunya sendiri, sudah sadar belum kalau kamu harus berubah jadi sosok yang lebih baik dalam artian tak mudah dimanfaatkan orang.
Sahabat sejati selalu menjadi orang yang tak pernah segan untuk mengatakan kenyataan yang sebenarnya, meski itu menyakitkan buatmu. Namun bagi sahabat, lebih baik kamu tahu pahitnya kenyataan daripada harus terlena dengan manisnya kebohongan. Kalau ada sahabat seperti ini di samping kamu, kamu patut bersyukur sekarang juga.