Apabila nanti kau menemukan tulisan ini, tolong jangan merasa besar kepala. Aku tak ingin menumbuhkan asa di hatimu. Karena memang rentetan kalimat serta jalinan frasa di catatan ini sama sekali tak bertujuan untuk menyuburkan harap apalagi hingga menumbuhkan cinta. Tolong usir pikiran macam itu dari benakmu sekarang juga.
Sejak hari perpisahan kita, asal kau tahu — rasa rindu itu tak sesering dulu datang menyapa. Kutahu, aku tak lagi merindukanmu. Hanya kenangan-kenangan kecil itu yang sering kali masih memenuhi kepalaku.
ADVERTISEMENTS
Rindu sering datang dan bertengger manis di depan pintu. Namun bukan sosokmu yang dibawa serta, rindu hanya membawa segenggam kenangan saat kita masih bersama.
Akhir-akhir ini rindu memang kerap bertandang. Dia menyelinap diam-diam, padahal sudah kularang untuk datang. Namun, tetap saja, laranganku tak pernah ditampung telinganya. Tanpa malu dan dengan banyak keras kepala dia selalu bersua. Dengan jenaka menyapa dan membuatku kembali kelimpungan seperti remaja habis putus asmara. Sekali lagi aku kembali digilas galau tak berkesudahan. Peleburan antara rindu dan merana karena angan yang tak jua tergapai tangan.
Namun, setelah kedatangan rindu yang kesekian baru kusadari bahwa tak ada sosokmu yang turut dibawa olehnya. Ternyata dia tak mengajakmu serta. Aku pun baru memahami bahwa sejak kemarin lusa, rasa yang mengusik lipatan hatiku bukan merindukan sosokmu. Rupanya aku hanya sedang merindukan kenangan saat kita masih bersama. Itu saja.
Kenangan yang tercipta ketika aku dan kamu masih menjadi satu jiwa dan menghabiskan banyak waktu berdua. Saat aku memiliki kawan untuk berbagi pikiran dan bisa sesekali bertukar peran. Begitu juga ketika aku selalu merasa disemangati dan ditemani. Membuatku tak perlu makan malam sendiri atau menjelajah kota di akhir pekan seorang diri.
Ah, ya, kini aku benar-benar mengerti. Â Bukan sosokmu yang aku inginkan, aku hanya rindu sebuah pendampingan.
ADVERTISEMENTS
Hujan perhatian yang dulu pernah kau berikan kembali datang meminta untuk diingat. Namun, seketika aku menyadari bahwa perhatian macam itu dari orang lain pun bisa kudapat.
Segenggam kenangan yang dibawa oleh rindu juga menghadirkan kembali hujan perhatian yang dulu pernah kau guyurkan. Dengan cepat meresap melalui pori-pori hati dan membuatku ditempa rindu berkali-kali. Rasa kangen yang merayap masuk pun turut menarik kembali satu dua kenangan lama yang sudah kadaluarsa. Dulu sekali, ketika aku masih sering kau perhatikan. Saat kau selalu memenuhi keinginan demi menghindari membuatku naik pitam. Ketika kau berusaha sekuat daya untuk menjaga taman bunga di hatiku tetap berkembang. Ah, sungguh betapa rindunya aku kepada segala perhatian yang dulu tak pernah habis kau curahkan.
Namun, lagi-lagi, setelah seringnya rindu datang, aku baru bisa mencerna dengan pikiran yang lebih matang. Bukan perhatian darimu yang kudamba. Bukan kasih sayangmu yang ingin kujumpa. Aku mulai menggunakan logika, membangunkan akal sehat yang sudah tidur lama sejak hari pertama aku jatuh cinta. Suara di kepalaku mulai berseru dengan lantang, bukankah bentuk sayang seperti itu bisa aku dapatkan dari mana saja? Ah, ya, tentu, tentu saja ada ayah dan ibu yang memiliki pasokan kasih yang tak pernah tiris. Pun ada sahabat serta kawan yang mencintaiku dengan hati penuh. Cinta yang baru pun kuyakini akan mendatangiku dengan sesegera.
Detik ini aku memahami benar, perhatian macam itu pun bisa aku dapati dari orang-orang di sekitar. Sungguh, perhatian darimu tak lagi kudambakan.
ADVERTISEMENTS
Kini mulai bisa aku pahami. Bukan kamu yang kurindu. Melainkan kenangan-kenangan kita yang pernah dijalani dulu
Rentetan rindu yang pernah ada membuatku kembali berpijak pada bumi dan berani mengangkat muka untuk menghadapi kenyataan. Akhirnya aku menyadari benar, rasa yang dulu ada sekarang sudah tandas, hilang tak berbekas. Kini, jika rindu menyelinap masuk dengan hati senang aku menyambutnya. Karena aku paham, sekarang aku tidak sedang merindukanmu. Aku hanya sedang rindu pada kenangan yang sudah habis masa berlaku. Bukan sosokmu, aromamu, kehadiranmu yang aku tunggu. Aku hanya menanti pendampingan serta rasa sayang, yang kuyakini sebentar lagi akan segera datang.
Ps : Kuharap kau tak menyesal jika ternyata kau nekat membaca habis catatan kecilku ini.