Fenomena pasangan yang sudah melakukan hubungan suami-istri sebelum menikah bukan lagi jadi hal yang asing. Longgarnya pengawasan orang tua, kontrol diri, pergeseran pemikiran, hingga menjamurnya tempat hiburan yang menawarkan “kesempatan” jadi penyebab makin maraknya fenomena ini.
Apakah kamu dan pasangan juga berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan? Merasa sudah siap dan rela memberikan tubuh dan jiwamu seutuhnya padanya? Berpikir bahwa dengan melakukan hubungan seksual bisa membutuhkan cinta kalian sepenuhnya?
Hmmm…bukannya ingin memberitahumu apa yang seharusnya kamu lakukan. Apapun keputusanmu nanti, sebelum melakukan hubungan seksual dengan pacarmu, ada baiknya kamu baca artikel ini dulu.
ADVERTISEMENTS
1. Seks Memang Ekspresi Kasih Sayang, Tapi Dia Bukan Satu-Satunya Bukti Cinta
Tanda cinta paling dalam bukan hanya dibuktikan lewat kesepakatan untuk membiarkan penis pria memasuki vagina wanita. Cinta juga tidak selamanya harus ditunjukkan lewat rengkuhan dan lenguh nikmat yang dibagi dalam kamar. Harus diakui, hubungan seksual memang tidak bisa dipisahkan dari proses mencintai antara sesama manusia. Tapi ia bukan komponen mutlak yang harus ada dalam setiap hubungan cinta.
Seks tidak berperan seperti kartu garansi yang bisa membuat sebuah hubungan cinta langgeng. Ia memang bisa melekatkan hubungan antara 2 orang manusia, tapi tidak ada yang menjamin bahwa cintamu dan pasangan bisa bertahan setelah kalian sepakat untuk melakukan hubungan seks pra-nikah.
Masih banyak pembuktian cinta lain yang bisa dilakukan kok selain hubungan seksual. Mendukung impian pasanganmu, menjadi partner berbagi, menyemangatinya dalam mengejar cita-cita misalnya. Bukankah hal-hal itu lebih bermakna dibanding sekedar setuju untuk berhubungan seksual dengannya?
ADVERTISEMENTS
2. Kamu dan Pacarmu Juga Nggak Jadi Lebih Keren Hanya Karena Pernah Tidur Bersama
Ngobrol soal aktivitas seksual dengan pacar sudah bukan lagi jadi hal yang asing dalam pergaulan sehari-hari. Entah didasari apa, banyak anak muda yang “berlomba” untuk memamerkan pengalaman seksualnya dengan pasangan. Biar dianggap tidak ketinggalan dan banyak pengalaman, mungkin.
Saat ini kamu dan teman-teman seumuran bisa merasa lebih “keren” jika sudah pernah merasakan pengalaman berhubungan seksual. Saking inginnya diakui, demi bisa mendapat cap “keren” dan “dewasa” tidak jarang kalian bahkan saling mengarang cerita. Membesarkan pengalaman yang belum tentu nyata.
Tapi ketahuilah, kelak saat kamu sudah dewasa dan secara rutin melakoni aktivitas seksual dengan pasangan yang legal — berbagai cerita yang kamu bagi selama muda itu tidak akan lagi relevan. Kamu akan tahu bahwa hubungan seksual tidak perlu diumbar ke khalayak ramai. Hanya kamu dan pasanganlah yang berhak tahu detil dari kehidupan kalian yang paling intim kalian.
ADVERTISEMENTS
3. Mau Dirayu Sedahsyat Apapun, Otoritas Atas Tubuh Harusnya Tetap Terletak di Tanganmu
Berdalih gak bisa menolak rayuan pacar sehingga mau diajak berhubungan seksual olehnya? Hmm…yakin nih itu bukan alasanmu saja?
Ingatlah bahwa kamu selalu punya daya untuk menolak ajakan pacar yang ingin membawamu ke ranjang. Kenapa? Karena yang akan dia jamah itu tubuhmu. Kamulah yang seharusnya punya kendali atas apa yang akan terjadi padanya. Saat kamu memutuskan untuk menolak dan berani berkata “Tidak”, saat itu pulalah otoritasmu pada tubuh yang kamu miliki mencapai titik absolutnya.
Tidak ada orang lain yang berhak melakukan apapun pada tubuhmu tanpa mendapatkan persetujuan dari pemiliknya. Kamu memang mempercayakan hatimu padanya, tapi ini bukan berarti kuasa atas tubuhmu juga berada di tangannya. Selalu ingat dan yakinilah bahwa komando tertinggi yang bisa dipatuhi tubuhmu hanya boleh datang dari mulutmu. Cinta tidak sepatutnya membuatmu kehilangan kendali atas tubuhmu sendiri.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu Tidak Berhutang Apapun Pada Pacar yang Kamu Cintai Itu
Kamu: “Duh, nyesel nih gue. Kok ya gue mau ya diajak tidur sama si Andi. Takut hamil gue.”
Teman: “Lah, udah tau bakal nyesel. Kok lo mau diajak tidur sama dia?”
Kamu: “Iya, habisnya dia baik banget sama gue selama ini. Mana enak gue kalau nolak?”
Rasa tidak enak pada pasangan yang telah mendampingi dan banyak membantu bisa jadi alasan seseorang menyetujui ajakan untuk berhubungan seksual. Kasih sayang yang diterima selama ini sering diibaratkan sebagai hutang budi yang harus dibayar, sedang hubungan seksual adalah cicilan yang bisa jadi pelunasnya. Coba deh pikirkan lagi, apakah benar kamu dan pasangan memang sedang saling “berhutang”?
Bukankah hubungan cinta sepatutnya dijalin atas kesepakatan bersama? Saat ia memberikan kasih sayangnya padamu, ia juga akan menerima kasih sayang yang minimal sama besarnya darimu. Walau kamu cuek dan tidak ekspresif sekalipun, kehadiranmu tetap akan mengisi lubang kosong di hatinya.
Jangan pernah merasa berhutang pada pasangan sehingga seolah kamu harus membayarnya dengan hubungan seksual. Jika dia memang benar mencintaimu, dia tidak akan berlaku seperti tukang kredit yang terus mengejarmu sampai cicilan terbayar. Pasangan yang baik tidak akan menghitung berapa banyak kasih sayang yang telah ia berikan, ia justru hanya akan berfokus untuk memberikan upaya terbaiknya demi membahagiakanmu.
ADVERTISEMENTS
5. Berhubungan Seks Sama Pacar Tanpa Melibatkan Hati Itu Omong Kosong
Banyak anak muda tidak berpikir panjang sebelum memutuskan mau diajak berhubungan seksual. Merasa bahwa “bobo-bobo-unyu” sama pacar tidak akan mempengaruhi apapun dalam hidup mereka. Satu yang kerap terlupa, bagaimanapun hubungan seksual tetap akan memunculkan ikatan emosional yang kuat di antara para pelakunya.
“Kan gak pake hati, cuma mau seks-nya aja.”
Tidak segampang itu, Bung dan Nona! Saat kamu bersedia berhubungan seks dengan pasangan, tubuhmu akan mengeluarkan hormon yang membuatmu terikat pada pasangan. Sensasi yang diberikan seks pada otakmu juga bertindak selayak candu, ia bisa membuatmu haus ingin kembali merasakannya.
Maka paling tidak akan ada 2 dampak yang kamu terima bukan? Pertama, kamu akan terikat padanya; kamu pun akan terus menginginkan sensasi kenikmatan yang serupa. Tidak sedikit lho anak muda yang merasa terbebani setelah melakukan hubungan seksual dengan pacar. Mereka menyalahkan diri sendiri, kecewa, takut kehilangan pacar — hingga memutuskan melakukan tindakan irasional.
“Melakukan hubungan seks tanpa melibatkan hati itu hampir mustahil. Yang mungkin terjadi justru melakukan hubungan seksual tanpa berpikir panjang sebelumnya, alias tidak melibatkan otak.”
ADVERTISEMENTS
6. Kalau Dia Sungguh-Sungguh Peduli Padamu, Pacarmu Harusnya Gak Keberatan Kalau Kamu Menolak
Seorang pasangan yang sungguh peduli tidak akan memaksamu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak hati paling jujur. Dia tidak akan memaksakan keinginan pribadinya padamu tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya kamu rasakan. Bukan sayang namanya kalau yang dia kejar cuma tubuhmu dan kenikmatan pribadinya semata.
Ketika kamu merasa dia sudah bertindak “terlalu jauh” dan memintanya untuk berhenti, seorang pacar yang sungguh-sungguh menyayangimu akan menghargai keputusanmu dan segera menghentikan tindakannya. Jika dia terus merengek agar kamu mau membuka baju dan berhubungan seksual dengannya, justru kamu perlu curiga: “Apakah benar dia cinta? Atau hanya nafsu saja?”
Pada akhirnya, keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan hubungan seksual pra-nikah tetap kembali ke tanganmu. Hipwee yakin kamu sudah cukup dewasa untuk menimbang segala risiko yang mungkin muncul dari tindakanmu.
Hanya saja, ingat, berhubungan seks dengan pacar bukanlah satu-satunya bukti cinta yang bisa kamu tunjukkan padanya. Masih ada cara-cara lain yang bisa kamu lakoni demi membuktikan rasa cintamu.