Jatuh hati adalah hak siapa saja. Sebuah perasaan yang tak butuh alasan, tak menuntut penjelasan. Hanya saja kehadirannya terkadang menjadi beban. Bagiku yang awam soal hubungan, merasakannya adalah ujian dan menyatakannya adalah tabu. Hingga sering terselip tanya di dalam doa, untuk apa Dia Yang Maha Membolak-balikan hati, menitipkas ujian rasa ini kepadaku? Sementara menyatakannya saja jelas saru buatku.
Aku sadar, wanita hanya bisa menunggu saja. Menunggu seseorang datang untuk menawarkan masa depan. Mungkin taaruf adalah jalan terbaik untukku menuju hubungan yang halal, ketimbang membiarkan diri terjebak dalam ujian rasa yang tak ada ujungnya.
ADVERTISEMENTS
1. Aku memang awam soal hubungan, bahkan bilang cinta pun terlalu tabu buatku.
Jika mereka dapat dengan mudahnya berganti kisah, putus-sambung seakan tak ada habisnya, aku justru masih di titik yang sama. Awam soal hubungan. Sekalipun aku jatuh hati pada seseorang, menyatakan tentu menjadi hal yang tabu. Sekadar menyapa pun aku enggan. Aku memilih untuk menundukkan pandang, demi menghilangkan perasaan yang semakin berkembang.
ADVERTISEMENTS
2. Sering aku bertanya padaNya tentang siapa lelaki yang kelak menemaniku sampai tua.
Aku pun tak munafik, terkadang terbesit tanya dalam benak tentang seseorang yang kelak menemaniku di masa depan. Siapa lelaki yang kelak menemaniku sampai tua. Tentang bagaimana wajahnya mungkin tak jadi soal. Karena aku mendamba sosok religius yang mampu menjadi imam yang baik buatku. Yang dengannya aku tak ragu untuk berjuang berdua.
ADVERTISEMENTS
3. Bukan berarti aku tak pernah jatuh cinta. Tapi buatku cinta dalam diam adalah sekuat-kuatnya rasa
Bagiku, mencintai dalam diam adalah sebuah keharusan.
Awam soal hubungan bukan berarti aku tak pernah jatuh cinta. Mungkin bukan hanya sekali aku jatuh hati. Silih berganti mereka hadir mengisi ruang hati ini. Suatu ketika aku jatuh hati pada sosoknya yang dewasa. Sosoknya yang sederhana membuatku kagum. Rasanya ingin kusampaikan padanya bahwa aku menyimpan rasa untuknya. Bahwa aku mengaguminya.
Namun, pada akhirnya aku sadar. Mencintai dalam diam adalah sebuah keharusan. Bahkan aku berani bilang, mencintai seseorang namun tak boleh menyatakan adalah sebuah ujian. Ujian rasa lebih tepatnya.
ADVERTISEMENTS
4. Ketika persoalan hati membuatku gamang, aku hanya bisa berkeluh kesah padaNya.
Adakalanya aku gamang tentang perasaan ini. Mungkinkah dia tahu bahwa aku menyimpan rasa untuknya? Atau adakah ruang di hatinya untukku? Ah, cinta memang hal yang sepele. Aku tahu memikirkannya hanya membuang waktu dan energi saja. Tapi, tetap saja, diam-diam aku kerap membicarakanmu denganNya di sepertiga malam. Berkeluh kesah padaNya adalah cara ampuh untuk menghilangkan gamang.
Lagi, aku percaya kepada Dia Yang Maha Membolak-balikan hati. Bahwa ada hikmah di balik ujian rasa ini.
ADVERTISEMENTS
5. Ujian rasa yang tak berujung membuatku letih. Karenanya taaruf adalah jalan terbaik untukku menuju hubungan yang halal.
Untuk bisa mengalahkan ujian, seseorang perlu untuk melawan bukan? Pun dengan ujian hati. Kita mungkin tak bisa hanya berpasrah pada keadaan. Ujian rasa membuatku letih. Karenanya aku memilih untuk menghilangkan ujian rasa ini dengan taaruf. Aku percaya taaruf adalah jalan terbaik menuju hubungan yang halal. Ketimbang membiarkan diri terjebak perasaan yang tak ada ujungnya. Taaruf adalah salah satu usaha serius untuk menjemput seseorang yang kusebut jodoh dunia akhirat.
Kepada kamu jodohku, semoga kita dipertemukan dengan jalan yang baik. Semoga taaruf adalah cara terbaik yang dipilihkanNya untuk mempersatukan kita. Amiin.