Usia matang membuat kami mau tak mau sering menerima pertanyaan “kapan nikah?” Meski kami sendiri tak terlalu menganggapnya sebagai beban. Justru pertanyaan itu kami jadikan doa atas keinginan selama ini. Mengingat kami sudah tak lagi repot mencari seseorang tambatan hati. Dibilang cukup beruntung kami pun mengamininya, sebab hubungan yang ada sekarang memang terbilang dewasa karena jauh dari drama. Ya, walaupun peselisihan kecil tetap saja selalu ada sebagai ujian untuk lebih menguatkan hubungan.
Tapi, memiliki hubungan yang dewasa pun tak juga memberi jaminan kami tak kepikiran persoalan “kapan dilamar olehnya?” Sesekali kami memikirkan sebab akibat lamaran dia tak kunjung datang, sampai kadang terjebak ke rasa-rasa yang membuat resah. Kira-kira seperti apa rasa yang selama ada, curahan hati kami ini perlu dipahami kalian para cowok yang tak kunjung melamar pasangannya.
ADVERTISEMENTS
1. Apa yang kurang dari diri ini? Jadi pertanyaan yang sering kali datang dipikiran kami
Ada kalanya lamaran yang tak kunjung datang membuat kami hampir frustasi, dan merasa diri ini masih punya banyak kekurangan. Mengingat kata orang, menikah itu terlaksana di waktu yang tepat ketika Tuhan tahu diri kami sudah benar siap. Jadi mungkin saja sekarang kami masih perlu berbenah diri lagi, sambil menunggu lamaran darinya. Tapi tak bisa kami elak, di dalam pikiran ini selalu sibuk bertanya “sebenarnya apa yang kurang dari diri kamu?”
ADVERTISEMENTS
2. Ada kalanya perasaan kami mendadak ragu, mempertanyakan keseriusannya dalam menjalani hubungan yang sekarang
Dia bilang sayang. Dia juga bilang tak akan main-main dengan hati kami. Sedangkan sikapnya tak ada yang perlu dipertanyakan, dia selalu berusaha memperlakukan diri ini dengan sebaik-baiknya. Tapi saat ingat dia tak juga mengatakan niat untuk melamar, kami sendiri mendadak ragu dengan semua ucapan sayang, perhatian, pengertian dan semua sikap baiknya.
Ragu dia benar serius atau tidak menjalani hubungan selama ini. Sebab seiring dengan usia yang sudah matang, ukuran keseriusanmu terletak pada niatan baiknya untuk menghalalkan hubungan yang ada sekarang. Lagipula mau sampai kapan hubungan ini jalan di tempat, pacaran saja terus.
ADVERTISEMENTS
3. Melihat teman-teman sudah banyak yang menikah, rasanya ingin menegaskan lagi “Hubungan kita kapan melangkah ke sana?”
Bukan hanya usia, tolak ukur keharusan menikah pun datang sekonyong-konyong dari teman kami yang sudah banyak membangun rumah tangga. Bahkan ada dari mereka yang sudah memiliki momongan. Sedangan kami masih saja berdiam dengan status pacaran. Entah ini iri atau memang naluri cewek yang sudah berusia matang, rasa-rasa kamu ingin sekali bertanya tegas kepadanya, “Kita sendiri kapan bisa membawa hubungan ini seperti mereka?”
Apapun jawabannya, tetap saja kami tunggu dengan banyak harapan.
ADVERTISEMENTS
4. Gregetan sudah pasti, sambil kadang membatin sendiri “Sebenarnya apa sih yang dia tunggu lagi?”
Bohong kalau kami santai-santai saja menunggu datangnya lamaran. Orang tak pernah tahu seberapa gemasnya kami saat menunggu dan menunggu. Belum lagi pertanyaan “kapan nikah?” yang selalu datang. Sebenarnya kamu tak merasa takut atau terbebani dengan pertanyaan itu. Sebab yang jadi drama dalam pikiran dan membuat sering kali gregetan ya alasan-alasan kenapa dia sampai sekarang belum melamar.
Padahal hubungan yang kalian jalani sudah lama dan banyak perjuangannya. Usia pun sama-sama sudah matang. Dan urusan karir, bisa dibilang sudah hampir mapan. Jadi sebenarnya apa yang lagi yang dia tunggu? Tanggal baik? modal yang cukup banyak? Toh kita sudah saling sepakat jika nikah bukan persoalan foya-foya. Lalu apa?
ADVERTISEMENTS
5. Kami jadi lebih sensitif dalam segala hal, termasuk saat dia sibuk dengan hal lain di luar karir ataupun hubungan
Cewek sensitif tak hanya saat sedang PMS saja. Saat pikirannya seperti gulungan benang yang kusut, perasaannya pun bisa mendadak sensitif sekali yang tak bisa tersenggol sedikit. Seperti saat dia yang kamu harapkan fokus menyelesaikan targetnya tahun ini, tapi malahan menyibukkan diri dengan hal lain di luar dari targetnya itu. Siapa yang tak lantas kesal? Sebab kami sendiri tahu, kalau saja targetnya tak tercapai tahun ini, harapan dia melamar secepatnya pun jadi angan belaka.
ADVERTISEMENTS
6. Akhirnya menunggu pinangannya mengharuskan kami bersabar sebentar lagi, berpikiran positif barangkali dia sedang menyiapkan diri dan materi
Tapi bukan berarti kami terus terbawa perasaan dan perasaan saja. Saat kami sudah terlalu lelah memikirkan persoalan kapan dia melamar, saat itu pula logika kembali hadir dan mengingatkan dengan bijak. Mungkin memang kami perlu bersabar sebentar lagi menunggu lamaran darinya. Toh, kita semua tahu melamar itu bukan seperti mengajakmu makan di kedai mie langganan. Melamar itu mirip-mirip mengajakmu menaiki roller coaster, agak mengerikan dan memang butuh persiapan mental. Bahkan untuk membangun rumah tangga sendiri pun perlu persiapan materi yang matang. Supaya kita semua tenang.
Kami sadar, melamar itu bukan keputusan yang mudah. Dia memang sepatutnya butuh waktu untuk meyakinkan dirinya sendiri. Kan kita semua tak mau salah melangkah karena terlalu tergesah-gesah. Tapi barangkali saja curahan hati kami ini bisa jadi bahan pertimbangan dia untuk segera membuat keputusan.
Kira-kira kapan kami dilamar?