Apa yang saya ingat tentang Ayah? Menjawab pertanyaan ini, saya jadi teringat lagu Ikhsan Skuter yang berjudul “Yang Kuingat Darimu”. Sebuah lirik sederhana yang mampu menggambarkan dengan tepat gambaran saya terhadap sosok Ayah.
“Yang kuingat darimu, dirimu selalu bernyanyi di pagi dan sore hari sambil memandikan aku. Yang kuingat darimu, kau bisa membuat masakan yang enak di saat Ibu bepergian. Yang kuingat darimu, terkadang dirimu joget dan melucu agar kami semua tertawa bahagia…”
Topik #miscur kali ini sesungguhnya cukup berat untuk saya. Mengenang sosok Ayah adalah momen yang sangat membingungkan. Kenangan itu menyenangkan sebab saya membayangkan masa kecil yang begitu aman. Namun, kenangan itu juga menyimpan pedih, mengingat saya belum bisa membuat Ayah bangga sampai beliau tutup usia.
Dengan iringan lagu Ikhsan Skuter, saya akan membaca titipan cerita untuk Ayah dari teman-teman yang sudah mengikuti #Miscur edisi 21 November 2019 dengan topik Ayah. Selamat berurai air mata!
ADVERTISEMENTS
1. Ayah, sosok yang selalu ingin selalu ada dan tampil sempurna di balik keterbatasannya
Barangkali Ayah bukan sosok yang sempurna. Entah fisiknya yang sudah mulai melemah, atau perangainya yang terkadang terlalu keras. Namun, apa pun kondisinya, Ayah akan selalu bersikap baik-baik saja untuk tampil sempurna di depan sang anak. Dengan begitu, mereka bisa selalu mengandalkannya.
ADVERTISEMENTS
2. Ketika kesempatan untuk mengenal sang Ayah itu tiada, yang bisa dilakukan hanyalah berdoa
Dengan segala kondisi yang kamu alami, doa adalah cara terbaik untuk menyampaikain rindu kepada Ayah. Karena, tenang saja, doa tak pernah salah alamat.
ADVERTISEMENTS
3. Barangkali Ayah adalah sosok yang merindukan masa lalu saat sang anak sudah beranjak dewasa
Saya belum pernah dan tidak pernah menjadi sosok Ayah. Namun, saya bisa membayangnya tebalnya ambigu yang dirasa ketika sang anak mulai dewasa. Di satu isi, ia bangga karena sang anak sudah beranjak mandiri dan bisa mengurus dirinya sendiri. Namun di sisi lain, ia pun cemas dan gelisah, sebab akan tiba saatnya sang anak akan pergi dari rumah untuk hidupnya sendiri, serta dirinya tidak “dibutuhkan lagi”.
ADVERTISEMENTS
4. Kalau ditanya, mungkin Ayah juga ini ada 24/7 dengan keluarga. Tapi kewajiban sebagai kepala rumah tangga tak bisa diabaikan juga
Selama ini memang sosok ibu yang digambarkan lebih dekat dengan anak. Sebab, sementara Ayah sibuk bekerja, Ibu yang selalu ada dan mengajari bicara hingga membaca. Mungkin bila ditanya, Ayah juga ingin punya kesempatan yang sama. Selalu berada di sisi anaknya dan memandunya menjadi dewasa. Namun, kewajibannya sebagai pencari nafkah harus merelakan itu semua. Sebab, kebutuhan keluarga, bagaimanapun, harus dicukupi juga.
ADVERTISEMENTS
5. Cerita tentang kelapangan hati seorang anak yang tetap mendoakan meski yang sang ayah memilih meninggalkan
Selamat dan terima kasih karena kamu bisa bersikap begitu dewasa menyikapi fakta sakitnya ditinggalkan. Doa terbaik untuk kamu dan Ibu, semoga bisa menemukan kehidupan yang senantiasa baik-baik saja.
ADVERTISEMENTS
6. Nggak semua anak memiliki kenangan manis tentang sosok Ayah
Barangkali Ayah bagimu bukanlah sosok ideal yang digambarkan. Mungkin banyak kata-katanya yang menyakiti hatimu. Barangkali banyak dari sikapnya yang tak bisa kamu kenang, apalagi tiru. Tapi untuk sekarang, kamu bisa melakukan banyak hal-hal baik untuk membuktikan bahwa kamu tidak seperti apa yang sering Ayah katakan padamu.
7. Perpisahan rumah tangga tidak memutus kasih sayang seorang Ayah kepada anaknya
Setiap perpisahan pasti ada sebab dan alasan. Sebagai anak, sudah pasti kita ingin punya orangtua yang lengkap dan tinggal satu atap. Namun, kita toh tidak pernah tahu rasanya menjadi orangtua yang dipaksa bersama untuk sang anak. Benar, terasa sia-sia jika kita menyesalkan apa yang terjadi di masa lalu, sedang perpisahan itu nggak menghalangi kasih Ayah padamu.
8. Panggilan Ayah memang tak terbatas ikatan darah
Sebutan Ayah tak selalu ditentukan oleh ikatan darah. Sebab sosok Ayah, bisa muncul dalam diri siapa saja.
9. Ikhlas tidak ikhlas, setiap manusia memiliki waktu terbatas untuk hidup di dunia
Cerita ini mengingatkan bahwa setiap orang memiliki waktu yang terbatas di dunia. Begitu juga dengan Ayah dan Ibu. Ketika kita sibuk bekerja dan mengejar mimpi, Ayah dan Ibu juga menua. Uban semakin banyak, dan tubuh tak lagi sekuat dulu. Ketika akhinya orangtua meninggalkan kita untuk selamanya, pasti ada sesal karena merasa belum cukup membanggakannya.
10. Kisah seorang Ayah penderita demensia, tetapi masih tetap mengingat kenangan tentang istri dan anak-anaknya
Pada saatnya nanti, orangtua termasuk Ayah akan kehilangan kedewasaan dan kehilangan kemandirian. Saat itu tiba, kita membutuhkan hati yang lapang dan kesabaran yang besar untuk bisa merawat mereka. Dulu, mereka merawat kita ketika belum bisa apa-apa. Kini, giliran kita yang merawat mereka ketika mereka tidak lagi bisa apa-apa.
Tidak semua anak memiliki kesempatan untuk membuat kenangan yang indah dengan sosok Ayah. Ada yang sejak kecil dipisahkan oleh takdir sejak masih begitu belia hingga kenangan itu tidak banyak tercatat, ada juga yang kehilangan figur Ayah dari laki-laki yang sehari-hari ia panggil Ayah. Bagaimanapun, setiap kenangan ini patut kita harga. Doa terbaik untuk seluruh Ayah di dunia ini, dan peluk terhangat untuk kalian semua yang merindukan sosoknya.