Orang bilang cinta yang baik adalah soal menerima. Tentang bagaimana kamu mencintai sampai ke lapisan terdalamnya, menyayanginya dalam berbagai masa. Mulai dari saat dia sedang manis-manisnya, menerimanya di momen paling ambisius sebagai manusia, sampai merengkuhnya mesra ketika dia sedang lelah menghadapi dunia.
Namun bukankah kita ini lebih banyak menuntut pada ia yang dicinta?
Sebagai gadis yang ingin segalanya berjalan dengan presisi dan sempurna kerap kita utarakan harapan perubahan pada pria yang dicinta: “Aku mencintaimu. Tapi bolehkah kamu sedikit lebih rajin membersihkan kamarmu?”; “Aku menyayangimu. Tapi bisakah kamu tidak terlambat lagi menjemputku?”
Tak cuma sekali kita mengeluh betapa sulitnya perubahan itu terjadi. Rasanya sudah habis akal kita mengungkapkan aspirasi — tapi hal yang diingini tak kunjung juga dilakoni. Yeah, harus diakui perubahan bagi pria adalah hal yang mewah. Namun bersama gadis yang tepat ia tak akan keberatan berbenah.
ADVERTISEMENTS
Gemas rasanya melihat priamu susah dibangunkan. Atau ketika dia tidak bisa mengatur prioritas sesuai harapan
Ada rasa ingin menjerit ketika melihat pria yang kamu cinta tampak acuh dengan hidupnya. Dia bangun di waktu yang seenaknya, menjalani rutinitas dengan ala kadarnya. Sementara dalam hati kamu tahu pasti — ada potensi yang amat apik tersimpan dalam diri. Sesungguhnya pria ini pekerja keras. Tindak-tanduknya taktis dan tegas. Dia hanya lupa bahwa waktu kadang tak mau menunggu dan ingin segera bergegas.
Sekali waktu kamu pernah bicara padanya. Kamu ingin ia lebih serius pada hidupnya. Karena kelak, apa yang ia lakoni juga akan berdampak dapa hidup kalian berdua. Ia hanya mengangkat bahu, menatap matamu lama, mengacak rambutmu dengan sayangnya kemudian berkata — “Iya….santai saja…”
ADVERTISEMENTS
Sementara buatmu hidup ini bukan untuk santai-santai. Berjuang keras, atau kalian akan terbantai
Berkali-kali priamu ini bilang ia beruntung mendapatkanmu. Gadis yang membuka mata dan membuatnya tahu impian apa yang harus dikejar lebih dulu. Kamu menggeleng kecil, merasa ungkapannya itu amat gigantis — sementara kamu sesungguhnya kerdil. Pria ini memiliki semua yang dibutuhkan untuk jadi pemenang. Kamu hanya tinggal berada di baliknya. Memeluknya saat ia pulang, mendorongnya keras-keras saat ia merasa tak mungkin terbang.
Bedanya, kamu selalu menganggap bahwa dunia tak punya ruang bagi mereka yang enggan berjuang. Sebab itu kamu rela bangun lebih lama demi menuntaskan tulisan panjang. Merelakan waktu bersama teman saat masa ujian akhir datang. Sedari dulu kamu sudah yakin satu hal — hidup ini bukan untuk mereka yang santai. Kalian mesti berjuang sekuat tenaga atau memilih menyerah lalu terbantai.
ADVERTISEMENTS
Kamu tak ingin ia berubah hanya karena kamu ada. Bukankah perubahan, yang bahkan karena cinta, tak akan bertahan lama?
Satu hal yang amat kamu yakini dalam dada.
Bahkan dengan alasan cinta, perubahan tak akan bertahan lama.
Suatu hari kamu bisa pergi berpekan-pekan ke luar kota. Meninggalkannya dengan waktu lapang dan segepok kebebasan di tangan. Tanpa picing matamu mengawasinya, ia bisa melakukan apapun yang ia suka. Jika sebelumnya ia bangun pagi karenamu, kepergianmu akan membuatnya kembali ke ‘gua nyaman bangun siang’ yang ia ciptakan dulu.
Kini kamu memang ada. Namun bukan karena dirimu kamu ingin ia memperbaiki dirinya. Kamu jelas mencintainya. Namun perubahan seharusnya digerakkan oleh suara paling murni dalam dada. Dan jelas, bukan kamu yang bisa membuat suara sejernih itu menggema dari dada sampai telinga.
Perubahan adalah perjuangan yang sepi. Kamu hanya bisa menawarkan diri terus mendampinginya di sisi.
ADVERTISEMENTS
Kesimpulannya sederhana saja. Sampai jungkir balik macam apapun kamu tak akan bisa mengubahnya. Jadi alasan yang menggerakkan hatinya — adalah hal termewah yang bisa kamu punya
Bahkan secinta apapun dia padamu, ada fase hidup sebelum bersamamu yang menancapkan stempel yang lekat seperti batu. Cinta memang membuatnya rela mengubah diri untukmu. Namun perubahan tak akan pernah datang hanya karena kamu.
Hal termewah yang bisa kamu minta (dan lakoni, tentu saja) adalah menjadi alasan perubahannya. Ia yang kini bekerja lebih lama karena mengerti kamu mengharapkan kitchen set yang matching dengan banyak kabinet yang bisa terbuka. Ia yang memilih mengatur hobi game onlinenya sebab mahfum bahwa orangtuamu berharap ia segera lulus dan mendapat kerja. Ia yang dengan ikhlas menyingkirkan seluruh gitar dan amplinya — demi memberimu ruang kerja yang lebih lapang di rumah mungil kalian berdua.
Pria memang tak diciptakan untuk berubah. Tapi bertemu dengan gadis yang tepat akan membuat mereka tak keberatan berbenah.
Dalam hati, kamu berdoa kuat-kuat — semoga untuknya, memang kamulah gadis yang tepat.