Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta. Kecup di kening atau lumatan di bibir bisa jadi dua cara paling sederhana untuk menunjukannya. Dengan gestur manis macam ini rasanya perasaan yang selama ini cuma ada di dada menemukan muaranya.
Tapi percayakah kamu — jika cinta yang sebenarnya adalah kecup di keningnya? Bukan lumatan di bibirnya?
Jika selama ini kamu menganggap sebaliknya, 6 alasan ini bisa membuatmu mau kembali memikirkan ulang pilihan luapan cinta.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Konon kening dekat dengan ingatan-ingatan baik. Mengecupnya di sana seperti menyegel kenangan baik lebih lama
Kening, katanya, dekat dengan otak yang menyimpan kenangan-kenangan baik. Di sana berbagai kenangan sebenarnya riuh sekali. Meminta diperhatikan dan diulang sekali lagi.
Mengecupnya di kening sebenarnya sama dengan menyegel kenangan-kenangan baik lebih lama. Menempatkan bibirmu di sana menjadikanmu seseorang yang memberinya ingatan manis, sesering dan sesuka yang kamu bisa.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Desir di dada yang tercipta beda. Melumat bibir memang membuat tubuh gemetar. Tapi kecup kening efeknya lebih lama berpendar
Melumat bibir jelas membuat tubuh gemetar. Rasanya tubuh kehilangan gravitasinya sementara. Kamu lupa apa yang penting, apa yang membuatmu sedih dan bahagia. Sesaat poros duniamu hanya jadi dia.
Tapi efek dari lumat di bibir ini juga lebih cepat hilang. Saat dia tidak benar-benar melibatkan perasaan maka debarnya bisa berkurang dalam hitungan malam.
Kecup kening memang jauh lebih sederhana. Hanya sekecup ringan sentuhan mampir di pucuk kepala. Namun pendar yang tercipta karena tindakan ini konon bertahan lebih lama.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Kenapa? Barangkali karena kecup di kening lebih terasa tulusnya. Sesederhana itu saja
Sesuatu yang dilakukan dengan hati pesannya akan lebih terasa sampai ke hati. Kecup di kening dan lumat di bibir juga menganut hukum ini.
Kecup lembut di kening memang terasa lebih tulus di dada. Sementara lumatan di bibir lebih sering teasa terburu-buru dan hanya mengikuti luapan perasaan saja. Mempertemukan bibirmu dengan bibirnya jelas jadi bukti cinta. Namun sesekali cinta tertinggal lebih lama lewat cara yang jauh lebih sederhana.
4. Dia yang mau menunggu mengecup bibirmu tidak hanya mencintai tubuhmu. Dia menyayangimu lebih dari semua batas fisik itu
Dia yang mau menunggu untuk mengecup bibirmu mencintaimu lebih dari semua batasan fisik itu. Dia tidak keberatan menghargai batasanmu. Memutuskan menyentuhmu pada bagian yang kamu ijinkan untuk dijamahnya. Di tempat yang tidak membuatmu berjengit saat dia melakukannya.
Kecup di bibir memang tak ada salahnya. Toh itu juga bukti cinta. Tapi bukankah manis sekali jika cinta tak hanya dibuktikan lewat lumatan bibir saja? Karena sebenarnya masih banyak hal yang jauh lebih bermakna.
5. Mengecup keningnya berarti meraih bagian tertinggi dari tubuhnya. Di sana ada usaha, ada penjagaan tanpa jeda
Ada rasa berbeda saat seseorang mengecup keningmu lama. Saat itu gadismu harus berjinjit demi mengecup pucuk kepalamu. Priamu mesti menunduk agar bisa menyentuh bagian tertinggi (yang baginya rendah) dari tubumu.
Maka wajar saja jika setiap dikecup keningnya seseorang merasakan perasaan berbeda. Dalam aksi itu ada unsur usaha. Ada rasa terjaga yang tidak main-main rasanya. Kenapa? Karena kecup di kening memang meninggalkan kesan yang klasik — manis.
6. Cinta yang baik itu seperti dark chocolate atau wine yang tua. Semakin dinikmati perlahan, sensasinya bertahan lebih lama
Jelas mudah saja jika kita ingin mempercepat prosesnya. Melumat bibir segera, meraba seluruh bagian tubuh yang terjangkau mata, sampai meluapkan cinta lewat tidur bersama.
Namun bukankah cinta itu tak jauh beda seperti dark chocolate atau wine yang tua? Semakin dinikmati perlahan, sensasinya bertahan lebih lama. Kecup meninggalkan kesan hangat di pucuk kepala. Yang mengalir jauh, sampai ke dada kiri. Dekat dengan jantungmu. Dekat ke hatimu.
Apakah menurutmu cinta memang lumatan bibir, atau sebatas kecup di kening saja? Mana yang paling kamu pilih untuk menunjukkan cinta?