“Happy anniversary Dil, gilak sudah tujuh tahun aja nih..”
“Hehe iya makasih Ndin.”
“Kok kayanya nggak seneng gitu? Si Mirza nggak kemari?”
“Kemarin dia bilang mau kesini sih, tapi akunya bilang mau ke luar kota.”
“Kenapaa?”
“Ya lagi nggak pengen ketemu aja. Rasaku ke dia itu nggak tahulah, kayanya sudah menguap entah kemana.”
Sering nggak sih dengerin curhat temen model begini? Atau jangan-jangan kamu sendiri yang mengalami? Sudah berhubungan (kelewat) lama dengan pasangan, dan merasa jika sudah tak sesayang dulu lagi. Entah hanya bosan atau jenuh yang tengah melanda, atau malah tak ada kecocokan lagi bersamanya.
Ya gimana, jodoh di tangan Tuhan. Manusia hanya berencana dan menerka-nerka, tapi tetep Dia yang menentukan. Pengennya sih jodoh sama dia yang sejak SMP / SMA sudah bersama, tapi apa daya kalau yang beneran jodoh ternyata baru dipertemukan saat masuk usia 25.
Buat kamu yang ngerasa sudah tak lagi nyaman bersamanya tapi belum tau bagaimana kata putus dapat dilontarkan, kamu lagi menjadikan hal-hal ini sebagai alasan ya?
ADVERTISEMENTS
1. Kamu sayang sama waktunya, sama hubungannya, bukan lagi pada individunya
“Dila masih sama Mirza?”
“Iya, masih.”
“Sudah tujuh tahun ya? Wih keren..”
Begitulah yang seringkali terjadi. Hubungan yang berlangsung cukup lama atau bahkan sangat lama selalu dianggap keren. Secara kasat mata memang iya, mampu bertahan dengan orang yang sama bertahun-tahun, bukanlah hal gampang. Tapi juga kan kita nggak tahu apa yang sebenarnya mereka rasa di dalam hubungan itu, pernah ada kekecewaan macam apa di baliknya.
Lalu, coba tilik lagi apa alasan kamu bertahan dengan orang-yang-kamu-nggak-tahu-masih-sayang-juga-nggak-sebenernya-sama-kamu? Mungkin kalian sama-sama sayang terhadap “waktu” pacaran yang sudah kalian jalani. Sesekali berantem dan bisa balik lagi kaya biasanya, begitu kan? Baik kamu, atau mungkin pasanganmu juga, sama-sama nggak ikhlas buat hancurin hubungan yang udah lama. Sebab, para psikolog pun sepakat, rasa sayang seseorang bisa berubah ke rasa sayang waktu bersama, kebiasaan bersama, masa yang udah dilewatin bersama.
Jadi, jangan takutlah untuk memulai kebiasaan baru, kalau memang kamu bingung sama perasaan ke pacar. Waktu yang cukup lama sama pacar, bukan jaminan kamu bisa menumbuhkan rasa itu lagi. Mumpung masih belum terikat pernikahan, cari orang dulu yang bener-bener bikin kamu yakin sama perasaanmu.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu ngerasa sudah berbuat “terlalu jauh” bersamanya. Lalu rasa pudar begitu saja
“Ngapain sih Ma nggak mau ngelepasin Arip aja?”
“Dia udah merawanin aku, enak aja mau pergi gitu aja.”
“Toh kamu sendiri sudah nggak sayang ini kan?”
Kelakuan mah emang ada-ada aja jaman sekarang. Sebagian orang berpacaran (hanya) untuk mengungkapkan nafsu, walau memang yang namanya manusia pasti punya itu. Bahkan seringkali orang bilang, “Nafsu belum tentu cinta, tapi cinta udah pasti nafsu.” Udah nggak usah dibahas bener salahnya. Nah, salah satu alasan orang berat bilang putus ke pasangan padahal sudah ngerasa nggak nyaman, ya karena sudah berbuat “terlalu jauh” tadi.
Ada yang memandang keperawanan itu bukan lagi patokan kehormatan seorang perempuan, ada pula yang sebaliknya. Yang bahaya ya yang masih memandang betapa bermaknanya sebuah keperawanan itu tadi. Tapi dia malah dengan sadar telah melepasnya bersama pasangan yang dia percaya akan mendampingi selamanya. Lha kalau ternyata beneran dia bukan jodoh kamu gimana? Nyesel dong. Ngerengek-rengek minta balikan, duh jangan. Mikir dululah sebelum ngapa-ngapain.
ADVERTISEMENTS
3. Sudah terlanjur dekat dengan orang tua dan keluarga. Bingung juga kalau putus jadinya ngecewain mereka
Susah sih emang kalau udah niat serius dengan ngenalin pasangan ke orang tua dan keluarga, juga sebaliknya dia ke kamu. Ibarat restu sudah didapat, tapi mendadak hubungan sekarat. Ketika di tengah jalan, kamu tiba-tiba mendapati rasa cinta malah pergi entah kemana, parah-parah malah dikecewakan. Karena kedekatan dengan keluarga pasangan itu, kamu pun jadi abai terhadap hilangnya kenyamanan dan rasa sayang.
Nggak ada yang salah, ketika kamu tak ingin membuang-buang waktu dengan “bermain-main” bersama pasangan, sehingga kamu ingin hubungan yang serius. Bukan salah Tuhan juga kan kalau ternyata si-dia-yang-ingin-kamu-seriusin-itu-bukan-jodohmu? Gimana kalau kamu memaksa? Asal jangan makin protes aja kalau hasilnya malah mengecewakan. Dari hal ini, semoga kamu bisa belajar untuk nggak gegabah ya. Pelan-pelan aja dulu, orang tua juga pasti ingin melihat ‘proses’nya. Kalau kecocokan sudah tak ada, ya baik-baik diomongkan. Toh nantinya kamu nikah sama dia, bukan orang tuanya -_-
ADVERTISEMENTS
4. Capek ah memulai hubungan dengan orang baru. Udah banyak berkorban sama dia
Karena memulai itu nggak pernah mudah,
Bukankah lebih mudah membenahi atau mempertahankan yang sudah ada?
Memulai lagi, dari awal lagi, menyesuaikan lagi, berkorban lagi. Beberapa orang terlalu malas, atau terlalu takut melakukan hal ini. Kamu pun? Ah, bukankah selalu ada yang pertama bagi semua orang? Kalau alasan kamu takut mengakhiri cuma karena malas mencari, bukan kamu sendiri yang bakal rugi nanti?
Apalagi ketika kamu mengakhiri, kamu malah menengok jauh ke belakang lagi tentang pengorbanan apa saja yang telah kamu lalui. Pengorbanan. Satu kata yang mampu meluluh lantakkan perasaan. Kamu berpikir, semua pengorbanan yang dulu dilakuin semata-mata biar kamu sesuai sama dia, nggak mungkin kan dilepasin gitu aja? Pengorbanan itu bakal berubah menjadi kebiasaan dan ketika waktunya sudah terlewat, menjadi kenangan yang sulit dilupakan. Tapi bukan berarti kamu harus abai pada perasaan kan?
ADVERTISEMENTS
5. Kamu berlindung di balik kalimat “Kita jalanin dulu aja ya…” Padahal dalam hati juga tahu ujungnya ke mana..
Ada lho orang yang pacaran, tapi nggak yakin sejak awal. Ada pula dia yang ‘maksa’ pacaran, tapi sudah tahu endingnya bakal pisah. Mereka selalu menggunakan kata-kata apa? “Kita jalanin dulu aja yaa…” Entah itu pacaran beda agama, beda suku, beda kota, atau beda spesies. Kamu yang sering ngomong begini, berarti kamu dan dia memang saling menikmati hubungan, dan tidak sedang mengejar finish-line. Biasanya kamu juga mikir, kalau perbedaan itu kan diciptakan buat dipersatukan. Kalau emang tetap bertahan, kenapa kita harus memisahkan?
Lhah, tapi kalau tahu endingnya nggak bisa nyatu, masa mau diterusin? Apalagi dengan semakin terbiasanya kamu bersama dia, sangat besar kemungkinan bertambah besarnya rasa cinta. Terlepas dari perbedaan-perbedaan itu, dengan hilangnya rasa, kamu masih percaya kalau rasa serupa bakal muncul lagi nantinya. Iya kalau iya, kalau nggak? Kamu akan berhubungan dengan rasa yang entah sampai kapan???
ADVERTISEMENTS
6. Terakhir, kamu terlalu takut akan KARMA kalau kamu memutuskan hubungan sepihak. Lebih baik jalani saja sampai nanti kelihatan ujungnya
Gimanapun alibinya, yang namanya mutusin sebelah pihak itu tetep nyakitin. Yang namanya nyakitin orang itu dosa. Jadi, bisa jadi kamu yang memilih untuk bertahan saat ini lantaran takut berdosa. Padahal, logikanya, segala sesuatu itu pasti mengandung resiko. Mau bertahan juga salah, selain mengorbankan perasaanmu sendiri, dalam diam kamu juga menyakiti hati si pacarmu tadi.
Tapi kalau ternyata dalam hubungan itu kamu pernah dikecewakan, namun takut memutuskan pasangan lantaran takut karma. Bukankah sesungguhnya justru dia yang akan terkena karmanya? Walaupun kamu yang saat itu terlihat menyakitinya, tapi itu memang karma dia yang udah ngecewain kamu duluan. Nggak usah takut sama balasan Tuhan kalau itu emang terbaik buatmu dan kata hati. Yang penting jujur cyin~
Setelah baca ini, jadi tahu alasanmu tak berani berkata putus itu karena apa? Tanya hatimu dulu, coba jangan ragu, kalau ternyata memang kamu butuh orang baru, ya itu yang kudu kamu tuju.
Kalau memang sudah nggak sayang, kenapa harus bertahan?
Kebersamaan nanti cuma bisa bikin menyakitkan secara perlahan
Jangan bertahan tapi nggak yakin sama hati sendiri