Bagi para orang tua, anak ibarat harta yang paling berharga. Mereka akan memberikan cinta, perhatian, dan kasih sayang yang tak kurang-kurang. Orang tua pun akan berusaha mendidik anak-anaknya agar tumbuh jadi pribadi yang baik budi. Namun, bukankah menjadi orang tua adalah perkara yang tak mudah?
Mungkin, saat ini kamu belum punya pasangan, tak sedang menjalani hubungan yang serius, atau bahkan belum menikah dan punya anak. Tapi, percayalah bahwa mempersiapkan diri sejak dini adalah keputusan yang tepat. Kelak saat anak-anakmu benar-benar ada dipangkuan atau tidur dalam pelukan, kalimat-kalimat inilah yang layak mereka dengar…
ADVERTISEMENTS
1. “Anakku, hidup adalah perkara pilihan. Jalan hidup mana yang akan dipilih, kamulah yang berhak menentukan.”
Jika saat masih kanak-kanak mereka hanya sibuk dengan mainan, kelak setelah dewasa mereka akan dihadapkan dengan berbagai pilihan. Mereka mungkin akan gundah saat memilih jurusan kuliah, merasakan dilema ketika berpikir mau bekerja dimana, atau galau saat menentukan pendamping hidup yang sekiranya paling setia.
Apapun itu, anak-anakmu kelak harus paham bahwa merekalah yang berhak menentukan pilihan. Orang tua selayaknya memberi saran, tapi bukan berarti boleh memaksakan. Bagaimanapun, anak-anak berhak menjalani hidup sesuai inginnya hati. Merasakan kehidupan yang memang layak dijalani karena membebasakan diri. Setiap harinya, mereka harus merasakan betapa bahagianya bangun dari tidur dengan semangat untuk menjelang hari.
ADVERTISEMENTS
2. “Percayalah Nak, tak ada yang mustahil di dunia ini. Kamu boleh punya ambisi dan memelihara banyak mimpi.”
Setiap anak berhak punya keinginan dan mimpi. Apakah ingin jadi dokter, guru, penulis, pemadam kebakaran, atau polisi? Ataukah bermimpi bisa keliling dunia, kuliah di luar negeri, atau membangun bisnis sendiri? Bisa jadi keinginan dan mimpi mereka sekadar sederhana saja. Berharap bisa jadi anak yang berguna, mampu membahagiakan dan jadi kebanggaan orang tuanya.
Anak-anak selayaknya diberi pemahaman bahwa tak ada hal yang mustahil di dunia ini. Seberapa besar pun seberapa sederhana, mimpi mereka layak untuk terus dipelihara. Karena mimpi-mimpi itulah yang akan mendidik mereka jadi pribadi yang luar biasa. Pribadi yang tak malas belajar, berusaha dan terus berjuang demi mencapai keinginannya.
ADVERTISEMENTS
3. “Jika kelak ada yang menghalangi cita-citamu atau meremehkan kemampuanmu, jangan gentar dan teruslah melangkah maju!”
Anak-anak terus bertumbuh melewati masa remaja hingga akhirnya dewasa. Di setiap masanya, mereka akan menemukan teman, sahabat, atau bahkan kekasih yang ambil bagian dalam cerita hidupnya. Kehadiran orang-orang terdekat itu pun yang sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir hingga gaya hidupnya.
Namun, meski sangat menyayangi dan mencintai orang-orang yang mampir dalam hidupnya, yakinkan anak-anakmu agar tak mudah hilang arah atau goyah dalam melangkah. Mereka tak boleh begitu saja melepaskan cita-cita demi datangnya orang baru yang sangat dicinta. Tak seharusnya pula memilih menyerah saja ketika ada yang tak percaya atau meragukan kemampuannya.
ADVERTISEMENTS
4. “Jika suatu saat nanti kamu jatuh cinta, jangan biarkan dia membuatmu buta. Kamu layak menemukan pasangan yang setia dan mencintaimu dengan sebenar-benarnya.”
Setiap orang akan mengalami momen jatuh cinta, termasuk anak-anakmu kelak. Ajarkan pada mereka bahwa jatuh cinta itu wajar dan lumrah adanya. Mereka berhak membebaskan hati dan perasaannya untuk jatuh cinta pada hal-hal yang membuat mereka bahagia. Apakah itu pekerjaan, hobi, atau tugas-tugas kuliah yang sedang mereka geluti.
Jika kelak mereka merasakan momen jatuh cinta pada lawan jenisnya, sampaikan pula bahwa cinta tak selayaknya membuat buta. Cinta itu seharusnya membuat kita lebih bahagia dan bersemangat menjalani hidup. Cinta justru tak sepantasnya membuat cahaya dalam diri kita redup. Jika cinta yang biasa bisa ditemui kapan saja, cinta yang sejati mungkin harus melewati proses yang lama untuk menemukannya.
ADVERTISEMENTS
5. “Tapi, jangan pernah membuka hati sebelum kamu bisa mencintai dirimu sendiri.”
Setiap anak terlahir sempurna ke dunia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang menyertainya. Namun, kelak saat menginjak usia remaja dia mungkin akan menganggap wajahnya kurang cantik atau dirinya tak seberapa pintar. Mungkin pula dia akan melihat teman-temannya dengan pandangan iri sambil mengutuki diri.
Anak-anak memang sepatutnya diajari tentang bagaimana mencintai dan menghargai diri sendiri. Mereka layak diberi pengertian bahwa setiap manusia diberi anugrah oleh Tuhan berupa keunikan. Ada yang wajahnya cantik tapi tak seberapa pintar atau ada yang sangat pintar tapi cenderung sulit bergaul. Apapun kondisi diri, segala kurang dan lebihnya selalu pantas untuk disyukuri.
ADVERTISEMENTS
6. “Nak, hidup memang tak selalu bisa dijalani dengan mudah, tapi kami berpesan agar kamu tak putus-putus berusaha dan pantang menyerah.”
Ceritakan pada anak-anakmu kelak bahwa hidup adalah tentang perjuangan. Hidup ibarat pendakian mencapai puncak-puncak tertinggi. Selama pendakian, akan banyak rintangan dan kesulitan yang harus dihadapi. Jika tak cukup bekerja keras dan gigih menjalani, kesuksesan pun mustahil bisa dicapai.
Sampaikan pada mereka bahwa ada kalanya hidup akan membawa mereka ke titik-titik terendah. Mendapat nilai jelek saat ulangan, tak lulus ujian, susah mencari pekerjaan, kesulitan hidup mapan; banyak hal yang mungkin akan membuat mereka kepayahan. Namun, sebaik-baik manusia adalah mereka yang mau memperjuangkan nasibnya dan tak mau begitu saja menyerah.
7. “Mengertilah Sayang, sukses dan keberhasilan itu tak selalu diukur dengan angka, materi atau uang.”
Banyak perubahan yang harus dirasakan anak-anak ketika mereka memasuki usia dewasa. Jika saat di taman kanak-kanak mereka hanya diajarkan menggambar dan melipat kertas, usia dewasa membuat mereka sibuk bergumul dengan angka. Bisakah dapat nilai 100 untuk pelajaran Matematika? Apakah bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude dan nilai 4 bulat? Berapa besar gaji yang bisa didapat, atau berapa banyak uang yang sudah kamu punya?
Ya, orang dewasa memang terbiasa mengukur kesuksesan dengan angka. Orang dewasa seringkali mengagungkan materi dan uang di atas segala-galanya. Tapi, jangan biarkan anak-anakmu nanti teracuni dengan pemikiran-pemikiran tersebut. Ingatkan mereka, sukses dan keberhasilan tak melulu dikaitkan dengan angka. Pencapaian adalah perkara seberapa hebat mereka mau belajar dan berusaha.
8. “Jangan pernah takut gagal atau melakukan kesalahan, karenanya kamu justru bisa belajar banyak kebaikan.”
Banyak anak-anak yang takut membuat kesalahan atau melakukan kegagalan. Akibatnya, mereka takut atau enggan menjajal pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Tak mau mencoba naik sepeda beroda dua lantaran takut jatuh. Enggan belajar berenang karena takut tenggelam. Padahal, tanpa kemauan untuk belajar dan mencoba, mereka tak akan punya kesempatan berkembang atau punya keahlian.
Jelaskan pada mereka bahwa jatuh saat belajar naik sepeda itu hal yang biasa. Hampir semua orang melakukan kesalahan sebelum akhirnya bisa berhasil atau berbuat salah hingga bisa melakukan sesuatu dengan benar. Pengalaman gagal dan berhasil itu sama-sama berguna. Orang-orang pintar adalah mereka yang bisa memanfaatkan keduanya.
9. “Anakku, berpetualanglah kemana pun kamu suka. Dunia ini terlalu indah jika kamu tak menjajal pergi kemana-mana.”
Anak-anakmu perlu tahu seberapa indahnya Indonesia, betapa meriahnya Asia Tenggara, atau begitu luasnya dunia. Kenalkan mereka pada berbagai tempat-tempat indah yang ada di dunia lewat peta atau bola dunia. Tantang mereka untuk berani dan punya mimpi menyambanginya. Bagaimana pun, anak-anakmu harus punya wawasan luas tentang dunia ini.
Ijinkan dia yang hendak merantau ke luar kota, berniat mendaftar beasiswa agar bisa kuliah di luar negeri, atau hendak traveling ala backpacker keliling negeri sendiri. Yakinlah bahwa petualangan akan memberikan banyak pelajaran berharga bagi mereka. Percayalah bahwa perjalanan akan mendidik mereka jadi pribadi yang mandiri dan tangguh.
10. “Kelak, kamu harus pintar-pintar memilih teman. Mereka yang mau menerima segala kelebihan dan kekurangan memang layak dijadikan kawan.”
Memilih teman memang bukan perkara mudah. Ada teman yang hanya akan datang dikala senang, tak mau ikut membantu saat kita dilanda kesusahan. Ada pula teman-teman yang hanya menerima kelebihan kita, tanpa punya keikhlasan menerima segala kekurangan yang kita punya. Bukankah teman-teman yang semacam ini tak layak diakrabi?
Ingatkan anak-anakmu untuk baik-baik memilih kawan. Mereka pantas mencari teman-teman yang mau diajak senasib sepenanggungan. Teman yang mau tulus berbagi kegembiraan dan kesusahan. Teman yang tak punya sedikit pun niat untuk memanfaatkan atau semata-mata mencari keuntungan.
11. “Sayangku, hidup itu hanya sementara, nikmatilah setiap detiknya dengan bahagia.”
Setelah dewasa, banyak orang yang mengeluhkan hidupnya. Merasa tak puas dengan pekerjaan yang dilakoni, tak bahagia dengan pasangan sendiri, atau belum tercukupi secara materi. Banyak waktu yang akhirnya dihabiskan untuk meratapi dan mengeluhkan kehidupan. Tapi, bukankah setiap detik kesempatan hidup di dunia itu begitu berharga?
Jangan biarkan anak-anakmu kelak merasakan hal yang sama. Ajarkan mereka tentang bagaimana merayakan hidupnya meski dengan cara-cara yang sederhana. Kenalkan mereka pada musik, seni, atau sastra yang akan menjadikan hidup mereka lebih berwarna. Biarkan mereka menekuni hobi atau menemukan renjananya sehingga hidup yang dijalaninya akan terasa lebih bermakna.
12. “Tahukah kamu, tak ada yang membuat kami lebih bahagia selain melihatmu yang sedang tertawa?
Orang tua memang selalu berharap yang terbaik bagi anak-anaknya. Seringkali, orang tua akan banyak-banyak mengarahkan dan memberi saran demi kebaikan anak-anaknya. Namun, baik bagi orang tua tak selalu baik bagi anak. Hal-hal yang membuat orang tua merasa bahagia belum tentu membahagiakan pula bagi anak-anaknya.
Anak-anak layak diberi penjelasan bahwa pilihan atau saran dari orang tua tak harus jadi patokan. Anak-anak berhak punya pendapat dan pilihannya sendiri. Jika masuk jurusan Seni lebih membuat mereka bahagia, tak ada gunanya memaksakan jurusan Kedokteran atau Hukum pada mereka. Orang tua selayaknya bisa bersikap bijaksana; berusaha memfasilitasi dan mendukung anak-anaknya.
13. “Percayalah Nak, kami akan selalu siap sedia dan mendukungmu lewat rapalan doa-doa.”
Menjadi orang tua adalah satu kesempatan mulia. Merekalah yang diberi kepercayaan oleh Tuhan; diberikan anak-anak sebagai titipan. Orang tualah yang akan baik-baik menjaga dan membesarkan anak-anaknya. Merawat apa yang dititipkan Tuhan sejak dalam kandungan, saat lahir ke dunia, dan terus bertumbuh hingga dewasa. Orang tua pulalah yang tak akan putus-putus merapal doa demi kesehatan, kesuksesan dan segala kebaikan untuk anak-anaknya.
Sekali lagi, menjadi orang tua dan mendidik anak-anak bukanlah perkara mudah. Butuh kesabaran dan sikap yang bijaksana agar anak-anak yang dibesarkan bisa bertumbuh jadi sebaik-baiknya manusia. Buat para calon orang tua, selamat belajar, ya! 🙂