Lagi-lagi berita tentang kekerasan dalam hubungan mencuat ke publik. Kali ini dialami seorang WNA Jepang bernama Saori Ishii yang dipukuli oleh kekasihnya sendiri. Sebenarnya kasus seperti Saori ini bukan yang pertama. Sudah banyak terjadi kekerasan dalam hubungan, bahkan ada yang sampai berujung pada penghilangan nyawa.
Mengerikan memang saat cinta menjadi alasan seseorang untuk menyakiti pasangannya. Mengingat kadang perempuan yang kebanyakan jadi korban jarang sekali menyadari tanda-tanda kekerasan dalam hubungan. Kalaupun si perempuannya menyadari, cinta sepertinya membuat logika lupa digunakan. Dipikirnya kemarahan atau apapun tuntutan yang berlebihan wujud sayang yang perlu dimaklumi. Dan baru sadar kalau itu bagian dari kekerasan entah psikis ataupun fisik saat semuanya sudah mulai memburuk.
Seperti Saori yang setelah sering kali bertengkar dan dimarahi pasangannya, akhirnya dipukuli habis-habisan hingga terbaring di rumah sakit. Pastinya kita tak ingin kejadian ini berulang, apalagi sampai terjadi dirimu sendiri. Kamu perlu sekali mengenali tanda-tandanya dan bersikap tegas.
Sebab hidupmu terlalu berharga untuk seseorang yang tak bisa menghargai pasangannya sendiri, apalagi sampai tega menyakiti.
1. Cemburunya hampir setiap saat, tapi kadang dia juga tak segan menuduh pasangannya macam-macam
Kok pesan aku nggak dibalas, telepon juga nggak diangkat?
Iya maaf, tadi aku lagi sibuk banget.
Sibuk ngapain? Kamu lagi di mana ini? Jangan-jangan kamu lagi ngobrol sama cowok lain!
Cemburu selalu saja dijadikan dalih dari rasa sayang serta perasaan takut kehilangan. Sekali dua kali mungkin masih terbilang wajar. Tapi kalau sudah sering bahkan berlebihan sampai menuduh pasangannya berbuat macam-macam, ini sudah jadi tanda hubungan yang dia bangun tak sehat. Harusnya secemburu apapun, dia masih bisa mengendalikan diri dan mengajak pasangannya bicara baik-baik. Bukan langsung menuduh yang bukan-bukan. Sampai membuat pasangannya merasa tak lagi dipercaya.
2. Apapun katanya jadi sesuatu yang harus dituruti, hidup pasangannya sekarang benar-benar di bawah kendali
Aku nggak suka kamu sering keluar bareng sama Mus dan Karin.
Tapi kan mereka sahabat aku. Kan kamu sendiri sudah kenal Mus ataupun Karin.
Pokoknya aku nggak suka. Aku juga minta kamu untuk nggak sering ngurus kegiatan komunitas. Dengerin kataku, oke!
Semua yang dia katakan harus dituruti oleh pasangannya, sekalipun itu hal paling sepele. Pokoknya pasangannya harus selalu bilang iya dan iya. Bantahan pasangannya pun seperti halnya angin lalu yang tak ada pengaruhnya. Padahal dalam hubungan ini tak hanya jalinan perasaan, tapi lebih dari itu ada ruang untuk bisa saling bertukar pemikiran, dan membuat kesepakatan bersama demi kenyamanan berdua.
Tapi kalau sudah berat sebelah, dalam arti hidup atau apapun yang dimiliki pasangannya ini berada dalam kontrolnya saja. Hubungan seperti ini harusnya tak perlu lagi diharapkan untuk dibawa ke masa depan. Kalian tak inginkan menyesal di kemudian?! Percaya saja pasti akan ada yang lebih baik datang setelahnya.
3. Nggak ada dalam kamusnya komplain baik-baik, saat pasangannya melakukan kesalahan dia dengan mudahnya marah-marah tak karuan
Pasangannya ini cuma gagal saat mengolah makanan untuknya, tapi dia sudah marah sejadi-jadinya. Seolah-olah kesalahan yang diperbuat fatal sekali. Sementara kamu salah karena memang dia tak terlalu jelas saat memberi instruksinya.
Alih-alih komplain dengan baik-baik atau coba menghargai usaha pasangan, dia justru dengan seenaknya merendahkan apa yang sudah kamu usahakan. Usahamu ini layaknya pekerjaan sia-sia yang benar-benar tak bisa memuaskannya. Kan kita semua tahu, urusan mengharagai satu sama lain itu perlu untuk membangun hubungan yang sehat.
4. Tapi saat dia berbuat salah, pasanganya lah yang diminta memaklumi bahkan kadang menanggung rasa bersalah
Dia bisa menyalahkan pasangannya dengan mudah. Tapi sebaliknya, pasangannya sendiri tak punya kesempatan untuk balik menudingnya saat dia membuat kesalahan. Dia sebaik-baiknya orang yang pandai memutar balik fakta dan membuat orang lain menanggung rasa bersalah yang dirinya perbuat. Nggak jarang juga dia meminta pasangannya untuk memaklumi kesalahannya.
Kan tadi udah aku ingetin berkali-kali, masa lupa Yang….
Ya kamu ngingetin pas aku lagi repot, mana aku bisa fokus.
Makanya besok disiapin dari kemarin-kemarinnya.
Makanya kamu juga bawel banget jadi orang, bikin orang bingung aja!
5. Sebentar senang, sebentar sedih, sebentar marah. Dalam hitungan jam suasana hatinya mudah sekali berubah
Dia tak butuh banyak waktu untuk mengubah suasana hatinya. Dalam sehari dia bisa merasakan beberapa emosi sekaligus, mulai dari sedih, marah sampai senang. Dan suasana hatinya ini berubah tak tanggung-tanggung, kalau senang ya senang sekali, begitu juga sedih ataupun marah. Makanya pasangannya sendiri sering sekali merasa serba salah, karena perubahannya ini kadang sulit untuk ditebak.
6. Saat pasangannya tak ingin menuruti maunya, dia akan terus memaksa dengan memberi ancaman
Aku nggak mau tahu, pokoknya kamu harus nemenin aku ke Bandung.
Yah, aku nggak bisa. Kamu tahu sendiri aku ada liputan minggu besok.
Pokoknya kamu harus ikut. Kalau kamu nggak mau ikut, kita putus!
Apapun yang sudah menjurus ke ancaman tak bisa lagi dianggap enteng. Pertama dia mungkin akan mengancam putus, tapi besok-besok bisa saja ancamannya lebih mengerikan seperti bunuh diri, atau bahkan niatan untuk melukai.
Lalu di mana letak sikap saling pengertiannya? Kalau dia saja maunya selalu dimengerti dan dituruti. Di mana juga letak saling memberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat? Kalau semua hal yang ditentang berujung dengan ancaman. Karena hubungan yang sehat sudah memberi rasa aman, termasuk jauh dari hal-hal mengancam.
7. Katanya sayang, tapi dia selalu tega mengatai dirimu dengan julukan-julan yang kasarnya luar biasa
Dasar Lo**e, bisa nggak sih nggak usah banyak tanya aku mau pergi ke mana!
Mau itu tak sengaja, julukan kasar tetap saja kasar dan tak seharusnya diajukan kepasangannya sendiri. Cowok pun perlu menjaga ucapan, jangan terlalu manis tapi jangan juga terlalu pahit. Karena sayang sudah seharusnya menjadikan siapapun pribadi yang lebih sabar dan tak tegaan. Toh menjaga ucapan juga jadi wujud seseorang menghargai pasangannya. Jadi, kalau sudah berani mengatai seperti ini, apa iya dia benar sayang dan menghargai pasangan?
8. Nggak ada kata malu dalam kamusnya untuk memarahi, bahkan sampai mencubit atau main tangan. Walau kalian sedang di depan banyak orang
Kamu kok goblok banget sih! Masa bawa makanan sampai tumpah begini. Bikin malu saja! (sambil mencubit tanganmu dengan kasarnya)
Tak ada kebaikan dari membentak ataupun main tangan. Apalagi kalau itu semua dilakukan di depan umum. Logikanya, di depan umum saja dia berani memarahimu sampai main tangan. Bagaimana nanti saat kalian hanya berdua saja? Ada kemungkinan dia berani melakukan kekerasan fisik lebih jauh, seperti memukulimu habis-habisan.
Semua kekerasan memang selalu diawali dari psikis. Tapi, karena merasa pasangannya menerima semua perlukannya begitu saja, dia sendiri akhirnya tak ragu untuk melakukan kekerasan fisik. Jangan ditanya soal dia menyesal atau tidak, kita sendiri tak akan pernah bisa menebak isi pikiran juga hatinya.
Karena itu sebelum terlambat, sebagai perempuan sudah seharusnya kita bisa lebih tegas. Jangan hanya terus mengikuti perasaan, sementara diri atau keselamatan terancam.