Satu tahun hubungan sering dijadikan milestone dalam ikatan sebelum pernikahan. Di titik ini sudah banyak momen jujur yang membuat kalian saling mengenal lebih dalam. Dikenalkan ke keluarga, berusaha mingle di tengah teman-temannya, sampai nggak lagi jaim untuk kentut atau sendawa.
12 bulan kebersamaan seharusnya membuat hubungan kalian naik ke level selanjutnya. Kalau hal-hal ini belum kamu rasakan selepas setahun bersamanya, mungkin kamu perlu berhenti sejenak lalu bertanya. Apa iya dia memang orangnya?
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Setelah setahun kalian tidak lagi bertengkar karena telat memberi kabar. Pertengkaran muncul karena hal yang lebih besar
Masalah remeh seperti terlambat memberi kabar sudah tidak lagi membuat kalian bertengkar besar. Masih banyak hal lain yang sekarang lebih pas untuk diperdebatkan. Selepas 12 bulan berjalan bersama kamu sudah mengerti bagaimana perilaku dan kebiasaannya. Sudah ada pemahaman bagaimana seharusnya hubungan ini berjalan.
Sekarang pertengkaran malah lebih sering muncul karena hal yang esensial. Semisal bagaimana seharusnya kalian memperlakukan orangtua, kenapa terlalu dekat dengan teman lawan jenis tidak sepenuhnya sehat untuk hubungan. Kamu dan dia sudah tahu bagaimana lelahnya pertengkaran. Karena itu lebih baik menyimpan tenaga untuk sesuatu yang lebih besar.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Pertanyaan basa-basi seperti, ‘Apa kabar? Udah makan?’ makin jarang muncul. Kalian tak lagi kikuk untuk tembak langsung
“Kangen nih. Ketemuan yuk?”
“Makan bareng apa? Nggak ada temen makan ‘kan?”
Basa-basi dan berlaku sweet yang standar sudah hilang dari kamus kalian. Buat apa sweet-sweet nggak penting kalau tidak membawa kebaikan? Lebih baik langsung bertanya dengan lugas dan apa adanya. Setelah 1 tahun berjalan bukan komunikasi yang terus-terusan manis yang kalian harapkan.Malah kalian lebih berharap bisa berbicara dengan penuh kejujuran.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kamu menganggapnya partner dalam banyak hal. Mulai berdebat sampai teman makan
Posisinya sekarang bukan cuma sekadar pacar. Dia adalah partner terbaikmu dalam banyak hal. Kalian bisa pergi bersama untuk sekadar makan atau berdebat panjang membicarakan hal-hal remeh yang anehnya tidak pernah membuat bosan.
Saat orang lain menanyakan bagaimana posisinya di hidupmu kamu akan menjawab kalau dia itu rekan. Menemukannya di sisimu setiap hari menimbulkan rasa nyaman. Kehadirannya membuatmu tidak pernah sedikitpun merasa takut kesepian.
Hidup tanpa dia memang bisa. Tapi kalau boleh meminta kamu akan berharap dia terus ada.
Dua belas bulan berjalan membuat cinta kalian berubah jadi fragmen-fragmen kecil. Terlihat biasa. Tapi manisnya ada
Setahun berjalan bersama membuat cinta kalian mengerdil ke dalam hal-hal yang lebih sederhana. Kadang hal ini membuatmu bertanya, “Hmm….apa perasaanku sudah berkurang ya? Apa aku sudah nggak cinta ya?”
Perasaan berubah. Hidup berjalan. Sekarang perhatian bergeser ke hal-hal praktis yang tidak lagi membuatmu deg-degan seharian. Pernyataan, “Kamu membuatku senang sekali hari ini.” berganti dengan, “Kalau udah sampai kabarin ye Nduuut…”
Kata-kata “I love you” dan “Love you too” yang dulu sering sekali datang sekarang jadi makin spesial. Tiga kata itu tidak akan keluar, tapi bukan berarti kamu tidak lagi sayang.
Setahun pacaran tak jauh beda seperti landas pacu. Selepas 365 hari bersama perlahan muncul rasa yakin di hatimu
Hubungan sebenarnya tidak jauh beda dari paralayang. Kamu perlu mengambil ancang-ancang, memperhitungkan arah angin, lalu lepas landas sembari menjaga keseimbangan.
Beginilah semestinya yang terjadi dalam evolusi hubunganmu. Setahun adalah waktu yang tepat untuk membangun landasan pacu. Meskipun destinasi akhir masih tampak kabur di matamu, dengan senang hati kamu akan melatih diri agar bisa terbang mulus.
Jika 365 hari makin banyak memunculkan bimbang, perasaan kurang diperhatikan — buat apa bertahan?
Berhentilah pada dia yang membuatmu merasa cukup. Kita sudah dewasa untuk tidak tenggelam dalam ikatan yang hanya membuat hati meletup
Beberapa tahun lalu sah-sah saja jika kita merasa bisa bertahan dalam ikatan yang membuat kita berdebar setiap waktu. Pertengkaran kecil dianggap manis. Perselisihan dan perbedaan prinsip diartikan sebagai tantangan yang membuat hidup makin kaya.
Tapi bukankah kita-kita ini sudah dewasa? Butuh langkah yang lebih ringan, partner yang lebih memahami dan sevisi.
Jika dia tidak membuatmu merasa cukup dan bisa diterima jalan paling bijak adalah melepaskannya. Sayang jika waktumu terbuang percuma.
Kualitas hubungan memang tidak bisa dirumuskan begitu saja lewat ekuasi praktis. Tapi mengikuti kata hati juga tidak selamanya baik. Jika memang masih bimbang, kenapa tanda-tanda ini tidak kamu lirik?